Kamis, 12 November 2015

KUALITAS FISIK UDARA DI TERMINAL BUS BULUPITU PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
                                                                                                                       Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015

Abstrak
Anugrah Putradana (anugrahputradana@yahoo.com)
KUALITAS FISIK UDARA DI TERMINAL BUS BULUPITU PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015
XIV + 54 halaman : gambar, tabel, lampiran

Terminal Bus Bulupitu Purwokerto Kabupaten Banyumas merupakan tempat sarana transportasi darat tipe A dengan jam operasi 24 jam, pengunjung atau penumpang terminal mencapai 5000 per hari. Masalah yang terjadi pada pengunjung 50% merasa kebisingan, 15% cepat pegal, 20% kepanasan, 15% merasa pening. Tujuan mengukur kualitas fisik udara berupa intensitas suara, intensitas pencahayaan, suhu dan kelembaban.  Metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di ruang pengelola terminal, ruang tunggu pengunjung dan ruang pedagang. Pengukuran dilakukan selama tiga hari. Waktu yang diperlukan pagi dan sore. Pengukuran intensitas suara, intensitas cahaya, suhu dan kelembaban kemudian dibandingkan dengan nilai ambang batas.  Hasil Penelitian intensitas suara pada hari pertama 65,48 dB(A)73,76 dB(A) dengan rata-rata 69,72 dB(A), hari kedua 64,18 dB(A)71,99 dB(A) dengan rata-rata 67,42 dB(A), dan hari ketiga 55,24 dB(A)71,39 dB(A) dengan rata-rata 63,48 dB(A). Hasil pengukuran intensitas cahaya pada hari pertama 16 Lux  715 Lux dengan rata-rata 178,33 Lux, hari kedua 15 Lux235 Lux dengan rata-rata 87,33 Lux, dan hari ketiga 16 Lux1035 dengan rata-rata 245,66 Lux. Hasil pengukuran suhu hari pertama 28”C30”C dengan rata-rata 28,6”C, hari kedua 30”C32”C dengan rata-rata 31,16”C, hari ketiga 27”C30”C dengan rata-rata 28,5”C. Hasil pengukuran kelembaban hari pertama 52%-70% dengan rata-rata 60,5%, hari kedua 48%-57% dengan rata-rata 51,33% dan hari ketiga 45%-58% dengan rata-rata 52,83%. 
Kesimpulan empat pengukuran yang terdiri intensitas suara, intensitas cahaya, suhu, kelembaban memenuhi syarat. Saran dapat dilakukan membuat celah pada atap dengan kaca agar cahaya alami dapat masuk, menambah pencahayaan buatan, mengganti pencahayaan yang sudah tidak layak, pengecatan kembali dinding yang sudah kusam.

Daftar Bacaan  : 13 (1987-2014)
Kata Kunci      : Kualitas Fisik Udara, Terminal Klasifikasi 
Klasifikasi        :
Full text

Selasa, 10 November 2015

STUDI SANITASI PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015


Abstrak
Yoga Dwi Prasetyo (yogadwiprasetyo8@gmail.com)
STUDI SANITASI PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 
XV + 71 halaman : gambar, tabel, lampiran

 Menurut World Health Organization (WHO), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi pengelolaan linen di Rumah Sakit Pelayanan Kesehatan Umum (PKU) Muhammadiyah Gombong Kabupaten Kebumen.  Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu dengan  cara membandingkan hasil penenlitian yang dilakukan dengan teori dan peraturan yang berlaku yaitu KepMenKes RI Nomor 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan wawancara dan observasi, pengukuranya menggunakan checklist kuesioner dan pengukuran angka kuman.  Tingkat sanitasi pengelolaan linen di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Kabupaten Kebumen termasuk dalam kategori memenuhi syarat dengan nilai 69,61%. Hasil pemeriksaan mikrobiologi spora spesies Bacillus sp. pada linen kotor ruang rawat inap (7482 CFU/inc2), linen kotor ruang IBS (0 CFU/inc2), linen bersih ruang rawat inap (2205,9 CFU/inc2
) dan linen bersih ruang IBS (0 CFU/inc2).   Peneliti menyimpulkan proses pengelolaan linen di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Kabupaten Kebumen masih ada yang belum memenuhi syarat yaitu pengangkutan, penerimaan, dan pengangkutan linen bersih. Peneliti menyarankan untuk pelatihan pengelolaan linen yang baik, memperbaiki linen kotor dengan menambahkan tutup dan bahaya linen kotor bagi kesehatan serta peningkatan kesadaran tenaga pengelola linen tentang pentingnya alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.

Kepustakaan : 11 (1989 – 2014)
Kata Kunci   : Pengelolaan, sanitasi dan linen rumah sakit
Klasifikasi     : -
Full Text

EFEKTIVITAS BERBAGAI MEREK INSEKTISIDA PADA RENDAMAN KELAMBU TERHADAP DAYA BUNUH NYAMUK Anopheles Spp

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, 29 Juli 2015


Abstrak
Vivi Lusi Nurbuwati (lucyvivi.007@gmail.com)
EFEKTIVITAS BERBAGAI MEREK INSEKTISIDA PADA RENDAMAN KELAMBU TERHADAP DAYA BUNUH NYAMUK Anopheles Spp DI BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA  TAHUN 2015
XVI+ 62halaman: gambar, tabel, lampiran.  

Indonesia program eliminasi malaria diterjemahkan dalam program gebrak malaria, yang dibagi dalam beberapa tahapan capaian. Upaya pemberantasan bertumpu pada dua aspek besar yaitu memberikan diagnosis sedini mungkin secara adequat dan menekan densitas vektor. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh Hosain dkk disimpulkan bahwa nyamuk Aedes aegypti lebih rentan terhadap kelambu celup permetrin daripada Anopheles gambiae yang lebih rentan daripada Culex quinque fasciatus. Bahan insektisida yang digunakan adalah merek “B” dengan kandungan sipermetrin 0,10%,transflurin 0,06% dan imiprotin 0,05%. Bahan aktif insektisida merek “V” dengan konsentrasi transflutrin 21,3%. Bahan aktif yang terkandung dalam merek “H” adalah propoksur 1,18% dan d-aletrin 0,22%. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas berbagai merek insektisida pasaran terhadap daya bunuh nyamuk Anopheles spp pada rendaman kelambu selama 15 menit. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (pra eksperimen) yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya efektivitas berbagai merek insektisida pasaran terhadap daya bunuh nyamuk Anopheles spp yang menggunakan desain penelitian the statistic group comparasion yaitu suatu rancangan penelitian yang menggunakan dua kelompok subjek diantaranya kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilakukan pengukuran setelah diberi perlakuan. Hasil pengujian kelambu berbagai merek insektisida didapatkan kematian nyamuk Anopheles spp pada rendaman kelambu berbagai merek insektisida berturut-turut adalah 90% pada kelambu merek “H”, 80% pada kelambu merek “B” dan 70% pada kelambu merek “V”. Didapatkan pada uji One way anova efektivitasberbagai merek insektisida dengan kematian nyamuk tidak memiliki perbedaan (0,998>0,05). Perlu dilakukan pengujian kelambu dengan merek insektisida yang memiliki kandungan bahan aktif yang sama dan dengan percobaan jumlah dosis yang sama dan lebih rendah.

Daftar bacaan : 23 (2003 - 2014)
Kata kunci     : Kelambu Insektisida Pasaran, Anopheles Spp
Klasifikasi     : 
Full Text

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU DI DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015

Abstrak
Vivi Kusumastuti ( vivigmt@gmail.com)
STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU DI DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS  TAHUN 2015 
XV + 105 halaman: gambar, tabel, lampiran.  

Tahu merupakan salah satu sumber makanan yang berasal dari kedelai dan mengandung protein tinggi. Proses pembuatan tahu tidak hanya menghasilkan tahu sebagai sumber makanan, akan tetapi juga menghasilkan bahan buangan seperti ampas tahu dan air limbah. Tujuan penelitian ini adalah untuk  mendeskripsikan instalasi pengolahan air limbah tahu di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu mendeskripsikan instalasi pengolahan air limbah tahu dengan cara melihat perbandingan struktur organisasi pengelola IPAL, sistem pengolahan air limbah, perbandingan antara pH,  COD dan suhu yang berasal dari saluran inlet dan outlet IPAL dengan penyaluran air limbah  sistem pompa dan sistem gravitasi  Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur organisasi instalasi pengolahan air limbah tahu pada masing-masing biolita terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan seksi perawatan. Sistem pengolahan air limbah terdiri dari bak penyaring, bak penangkap, digester, gas holder, bak Buffle reactor (khusus biolita 4) dan outlet dengan menggunakan sistem biofilter UASB (Upflow Anaerobic  Sludge Blanket) dan menghasilkan biogas yang di salurkan kembali ke warga desa. Hasil pemeriksaan menunjukan limbah influen pada seluruh Biolita memiliki nilai pH 4 - 5, nilai COD  700 mg/l - 10.600 mg/l, serta suhu sebesar 38 oC - 60oC. Sedangkan pada outlet seluruh Biolita memiliki nilai pH 7 sampai 8, kadar COD sebesar 340 mg/ L -  3.520 mg/l, serta kadar suhu sebesar 31 oC - 36
 oC.  Beban pencemaran COD pada seluruh Biolita berkisar antara  0,32 kg/ton - 17,3kg/ton. Menurut baku mutu yang ada, nilai pH dan suhu telah memenuhi syarat. Beban pencemaran  COD pada Biolita 1 dan 2 telah memenuhi syarat, tetapi kadar COD pada seluruh IPAL belum memenuhi syarat yang berlaku. Masalah-masalah yang dimiliki IPAL bersistem Pompa lebih kompleks di bandingakan dengan IPAL bersistem gravitasi.  Kesimpulan penelitian adalah IPAL bersistem pompa dan sistem gravitasi secara berurutan kelebihan utamanya adalah dapat ditempatkan dimana saja dan biaya operasional lebih murah. Kekurangan sistem pompa masih tergantung pada arus listrik. Di sarankan menggunakan sistem jaringan gravitasi, pengaktifan kembali Trickling filter pada Biolita 1.  Lumpur aktif yang terdapat di dalam digester dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik. 

Daftar bacaan : 32  (1983 - 2014)
Kata kunci     : IPAL Tahu
Klasifikasi     : -
Full Text

STUDI KUALITAS AIR BERSIH SUMUR GALI DI DUSUN JAPUN DESA KEWANGUNAN KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang   
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan   
                                                                                                                 Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 

Abstrak 
Tutut Mugi Rahayu (tututmugi.rahayu@yahoo.com)
STUDI KUALITAS AIR BERSIH SUMUR GALI DI DUSUN JAPUN DESA KEWANGUNAN KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015
XIV + 90 halaman : gambar, tabel, lampiran  

Masyarakat di Desa Kewangunan Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen sebanyak 3118 jiwa umumnya memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari – hari dari sumber air yang berupa sumur gali. Kualitas air sumur gali yang ada di Dusun Japun secara fisik tampak keruh baik musim kemarau maupun musim penghujan sehingga mengganggu pemanfaatan air yang ada. Untuk mengetahui permasalahan yang ada maka peneliti telah mengadakan penelitian dengan judul Studi Kualitas Air Bersih Sumur Gali di Dusun Japun Desa Kewangunan Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Tahun 2015 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasidan wawancara. Data diolah secara deskriptif dilakukan dengan analisis tabel dan prosentase untuk menggambarkan kondisi kualitas air bersih pada sumur gali di Dusun Japun Desa Kewangunan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 14 sampel sumur gali di Dusun Japun Desa Kewangunan Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen yang menjadi objek penelitian, setelah dibandingkan dengan Permenkes RI no. 416/Menkes/per/XI/1990 tentang Syarat – Syarat Pengawasan Kualitas Air Bersih kondisi fisik meliputi (bau, rasa, warna, kekeruhan dan zat padat terlarut), kondisi kimia yaitu kandungan Fe (Besi) dan kondisi mikrobiologi yaitu kandungan coliform sudah memenuhi syarat kesehatan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sanitasi sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan. Disarankan masyarakat harus benar – benar memperhatikan keadaan sanitasi di sekitar sumur gali agar selalu dalam keadaan bersih sehingga tidak mempengaruhi kualitas air sumur gali.
 
Daftar Bacaan : 10 (1985 - 2013)
Kata Kunci     : Kualitas air bersih, Sumur gali 
klasifikasi         : -
Full Text

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU BTA (+) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, 7 Juli 2015



Abstrak
Tri Wahyuni (tri_wahyuni58@yahoo.com)
HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU BTA (+) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 
xvi +80 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian Tb Paru BTA positif adalah lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Puskesmas II Kembaran merupakan puskesmas yang paling tinggi Tb Paru BTA (+) yaitu sebesar 69 orang (2013). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dan besarnya nilai resiko antara lingkungan fisik rumah dengan kejadian Tb Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas II Kembaran tahun 2015.  Metode Penelitian ini bersifat observasional dengan menggunakan metode case control. Sampel sebanyak 60 orang, terdiri dari 30 kasus dan 30 kontrol. Variabel yang diteliti meliputi luas jendela ruang keluarga, luas jendela kamar, luas ventilasi ruang keluarga, luas ventilasi kamar, kepadatan penghuni, jenis lantai dan jenis dinding. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Seluruh perhitungan menggunakan program computer dan dianalisis dengan uji statistik Chi Square dan OR dengan CI 95%dan α: 0,05.  Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Luas jendela ruang keluarga (p=0,229;OR=1,974), luas jendela kamar (p=0,531;OR=1,818), luas ventilasi ruang keluarga (p=0,026; OR= 0,229), luas ventilasi kamar (p=1,000;OR= 0,643), kepadatan penghuni (p=0,004;OR=7,875), jenis lantai (p=0,026;OR=10,545),dan jenis dinding (p=0,004;OR= 7,875)   Kesimpulan dari peneliti ini adalah ada hubungan antara luas ventilasi ruang keluarga, kepadatan penghuni, jenis lantai, jenis dinding dengan kejadian Tb Paru BTA Positif dan tidak ada hubungan antara luas jendela ruang keluarga, luas jendela kamar, luas ventilasi kamar dengan kejadian Tb paru BTA positif. Disarankan untuk penderita Tb Paru BTA positif untuk menambah luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai, kepadatan penghuni minimal 9 m / orang, memasang jenis lantai yang kedap air, dan mengganti jenis dinding dengan pasangan batu bata yang diplester. 

Daftar bacaan :  28 (1986- 2014)
Kata kunci      :  Lingkungan Fisik Rumah, Tb paru
Klasifikasi       : -  
Full Text

STUDI TELUR CACING NEMATODA USUS PADA LUMPUR BUANGAN IPAL

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015



Abstrak
Tri Mulyani  ( trimulyani2201@yahoo.com )
STUDI TELUR CACING NEMATODA USUS PADA LUMPUR BUANGAN IPAL RUMAH SAKIT SE KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015. 
xviii + 116 halaman, gambar, tabel, lampiran.

Kabupaten Banjarnegara ada tiga rumah sakit yaitu RSUD Hj Anna Lasmanah, RS Islam, dan RS Emanuel. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara ketiga rumah sakit tersebut belum pernah dilakukan penelitian telur cacing nematoda usus pada lumpur buangan IPAL. Tujuan penelitian mengetahui telur cacing nematoda usus pada lumpur buangan IPAL rumah sakit se Kabupaten Banjarnegara tahun 2015. Jenis penelitian deskriptif. Sampel diambil dari lumpur buangan IPAL Rumah Sakit Emanuel dan Rumah Sakit Islam. Hasil penelitian menunjukkan Rumah Sakit Emanuel menggunakan IPAL RBC dilengkapi pengolahan lumpur buangan. Rumah Sakit Islam menggunakan IPAL DEWATS dan tidak ada pengolahan lumpur. RSUD Hj. Anna Lasmanah tidak memiliki IPAL dan unit pengolahan lumpur. Hasil pemeriksaan telur cacing nematoda usus pada lumpur buangan IPAL Rumah Sakit Emanuel dan Rumah Sakit Islam Banjarnegara adalah positif. Hasil identifikasi telur cacing nematoda usus yang ditemukan adalah telur cacing tambang.
Kesimpulan menunjukkan bahwa lumpur buangan IPAL rumah sakit se Kabupaten Banjarnegara tercemar telur cacing tambang. Peneliti menyarankan untuk rumah sakit yang belum memiliki IPAL, segera membangun IPAL. Sebaiknya, dilakukan pengolahan lumpur buangan IPAL dengan cara mengatur suhu pemanasan yaitu 50oC selama 13 hari.

Kepustakaan : 41  ( 1994-2015)
Kata Kunci   : Lumpur IPAL, Rumah Sakit, Telur Cacing Nematoda Usus
Klasifikasi      : -
Full Text

STUDI ANGKA KUMAN DI UDARA PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK SOHUN PT SOKA INDAH

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015


Abstrak  
Tri Kurnia Rahardian (Tri_kurnia_rahardian@yahoo.com)
STUDI ANGKA KUMAN DI UDARA PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK SOHUN PT SOKA INDAH DI DESA KARANGSOKA KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 
XIV+93 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja/karyawan. Industri makanan merupakan industri yang penting dalam mengolah bahan olahan makanan dengan baik serta diminimalisir dari pencemaran dilingkungannya yang dapat menularkan penyakit bagi pekerja maupun konsumennya.   Tujuan penelitian untuk mengukur dan menghitung angka kuman udara, parameter fisik (suhu, kelembaban, pencahayaan, kecepatan angin) dan mendiskripsikan faktor yang mempengaruhi angka kuman di udara pada ruang produksi pembuatan mie sohun PT. Soka Indah di desa Karangsoka Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2015. Metode penelitian ini adalah merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan analisis tabel dan dibandingkan dengan Kepmenkes RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri secara deskriptif.   Hasil penelitian Angka Kuman Udara rata  rata 6.550 CFU/m, Pengukuran suhu di ruang produksi sohun rata  rata 28.8oC, kelembaban rata  rata 66,6%. Pencahayaan rata  rata 123,2 Lux. Kecepatan angin rata  rata 0,24 m/s. Kualitas fisik bangunan adalah 35,71% kegiatan produksi yang mencakup perilaku pekerja tentang pemakaian APD (masker, penutup rambut, sarung tangan) dan perilaku kebiasaan merokok dan berbicara saat bekerja di tempat kerja. dan parameter fisik udara di ruang produksi sohun PT. Soka Indah yang mendukung pertumbuhan serta adanya kuman di udara.  Kesimpulan hasil pengukuran angka kuman udara tidak memenuhi standar (700 CFU/m3), suhu memenuhi standar (18-30C), kelembaban memenuhi standar (65-95%), pencahayaan tidak memenuhi standar (200 lux), kecepatan angin memenuhi standar (0,15-0,25). Saran yang dapat diberikan memperbaiki ventilasi dengan menggunakan sistem saringan udara bertingkat, pemasangan exhaust fan di ruang produksi, menambah pencahayaan alam maupun buatan, meningkatkan upaya sanitasi yang baik, perlu adanya petugas khusus yang menangani masalah kebersihan, memberikan pemahaman tentang pentingnya APD dan penerapan peraturan  peraturan industri pemakaian APD pada pekerja.

Daftar bacaan : 22 (1986-2014)
Kata kunci     : Angka Kuman, Udara, Pabrik Sohun
Klasifikasi     : -
Full Text

TINJAUAN KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Linkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015
 
Abstrak 
Tiffani Rhapsody Lila (Tiffarhapsody@gmail.com)
TINJAUAN KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KARDINAH TEGAL TAHUN 2015
XVI+107 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Rumah sakit merupakan pembangunan kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat jika tidak dikelola dengan baik akan dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan pasien, pengunjung, petugas dan masyarakat sekitar. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit yang meliputi kesehatan lingkungan rumah sakit, penyehatan ruang bangunan rumah sakit, penyehatan makanan dan minuman, penyediaan air bersih, pengolahan limbah cair, pengelolaan limbah medis dan nonmedis, pencucian linen (laundry), pengendalian serangga dan tikus, dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi, pengamanan radiasi dan penyuluhan kesehatan lingkungan. Metode penelitian ini adalah observasional dengan analisis deskriptif dengan subjek lingkungan Rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasional dan dokumen. Analisis data yang digunakan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit dari hasil penelitian.
Hasil penelitian kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu kesehatan lingkungan rumah sakit 86% (memenuhi syarat), penyehatan ruang bangunan rumah sakit 81% (memenuhi syarat), penyehatan makanan dan minuman 97% (memenuhi syarat), penyediaan air bersih 89% (memenuhi syarat), pengolahan limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non-medis 92% (memenuhi syarat), pencucian linen (laundry) 93% (memenuhi syarat), pengendalian serangga dan tikus 87% (memenuhi syarat), dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi 90% (memenuhi syarat), pengamanan radiasi 65% (tidak memenuhi syarat), penyuluhan kesehatan lingkungan 80% (memenuhi syarat) dan unit atau instansi sanitasi rumah sakit 100% (memenuhi syarat). 
Kesimpulan  kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit diperoleh hasil 87,2% dan memenuhi syarat. Penilaian diambil dari hasil cheklist. Saran sebaiknya rumah sakit melakukan pengadaan pelapisan dinding berbahan timah hitam (Pb) dan penggantian pintu dan jendela dengan bahan timah hitam (Pb).

Daftar Bacaan : 1985 – 2012
Kata Kunci      : Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Klasifikasi        : -
Full Text

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGATAHUN 2015




Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Progam Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015  

Abstrak
Tia Agustin
STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGATAHUN 2015

Rumah Sakit Umum Daerah dr. R.  Goeteng Taroenadibrata Purbalingga merupakan rumah sakit type C yang terletak di Jl. Tentara Pelajar No. 22  berpotensi menghasilkan limbah cair yang berbahaya. Tujuan penelitian ini mengetahui besarnya efisiensi kinerja IPAL dalam mereduksi kandungan BOD, COD, TSS, Suhu, pH dan Bakteriologis limbah cair rumah sakit dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Metode Penelitian ini adalah Deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Observasi dan wawancara. Pengolahan data secara Deskriptif dilakukan dengan analisis tabel dan prosentase untuk menggambarkan kondisi kualitas limbah cair. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa pengolahan limbah cair rumah sakit dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga kandungan BOD5 di Efluent yaitu 25,03 mg/l, COD 102,00 mg/l, TSS 702 mg/l, pH 8,27, Suhu 27oC dan Mikrobiologi (Kuman Gol. Koli) 2400 MPN/100 ml. Seluruh sampel yang di uji ada yang belum memenuhi standar baku mutu air limbah yang sudah ditetapkan, untuk batas pencemaran parameter air limbah yang diolah karena hasil COD dan TSS yang diperiksa diatas standar baku mutu.

Daftar Bacaan : 13 (1987-2014) 

Kata Kunci      : Limbah, IPAL, COD  
Klasifikasi       :
Full Text


PENGARUH PEMAKAIAN PERASAN DAUN SELASIH (Ocimum bacillicum) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP JUMLAH HINGGAP NYAMUK Aedes aegypti TAHUN 2015



Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah,  Juli 2015


Abstrak
Suris Trijayanti (suris_t@yahoo.co.id)
PENGARUH PEMAKAIAN PERASAN DAUN SELASIH (Ocimum bacillicum) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP JUMLAH HINGGAP NYAMUK Aedes aegypti TAHUN 2015
xv + 57 : gambar, tabel, lampiran

Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor nyamuk di Indonesia merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.Kasus DBD di Kabupaten Banyumas pada tahun 2012 tercatat jumlah kasus: 199 kasus dengan kematian : 4 orang. Tahun 2013 jumlah kasus : 539 kasus dengan jumlah kematian : 4 orang. Salah satu upaya untuk mencegah gigitan nyamuk yang aman bagi manusia dan lingkungan dengan menggunakan insektisida berasal dari tumbuhan. Jenis tanaman yang dapat digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk adalah tanaman selasih, karena kandungan bahan kimia berupa linalool mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang pada tubuh nyamuk, dan kandungan geraniol mempunyai sifat volatil (menguap) pada daun selasih yang berbau menyengat menyebabkan nyamuk enggan mendekat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pemakaian perasan daun selasih sebagai repellent terhadap jumlah hinggap nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 15%, 20%, dan 25% perasan daun selasih selama 1 jam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment, dengan perlakuan menggunakan perasan daun selasih (Ocimum bacillicum) pada konsentrasi 15%, 20%, dan 25%, masing-masing menggunakan 20 ekor nyamuk yang dikontakan selama 1 jam dan dicatat selama 10 menit sekali untuk mengetahui jumlah hinggap nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik oneway anova untuk mencari perbedaan dari tiga kelompok konsentrasi perasan daun selasih yang digunakan dalam penelitian. 
Hasil penelitian perasan daun selasih (Ocimum bacillicum) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah nyamuk yang hinggap pada berbagai konsentrasi yang digunakan dengan nilai signifikan 0,001 (p<0 ada="" berarti="" daun="" i="" pemakaian="" pengaruh="" perasan="" selasih="" style="mso-bidi-font-style: normal;" yang="">Ocimum basillicum) sebagai repellent terhadap jumlah hinggap nyamuk Aedes aegypti. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perasan daun selasih (Ocimum bacillicum) dapat digunakan sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti. Disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan konsentrasi perasan daun selasih (Ocimum bacillicum) yang lebih besar, dengan konsentrasi & gt ;25% untuk mengetahui keefektifan dari perasan daun selasih (Ocimum bacillicum) sebagai zat penolak nyamuk.

Daftar bacaan
:
15 (1995-2014)
Kata Kunci
:
Repellent, Aedes aegypti, dan Ocimum bacillicum
Klasifikasi
:
-

STUDI KADAR ARSEN ( AS ) PADA IKAN DI TPI ( TEMPAT PELELANGAN IKAN ) TANJUNG INTAN CILACAP TAHUN 2015

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015


Abstrak
Siti Rojanah  ( siti_rojanah14@yahoo.co.id )
STUDI KADAR ARSEN  ( AS )  PADA IKAN DI TPI  ( TEMPAT PELELANGAN IKAN ) TANJUNG INTAN CILACAP TAHUN 2015 
XIV + 68 halaman : gambar, tabel, lampiran

Kawasan industri Cilacap terletak pada lokasi yang dekat dengan perairan laut, sehingga pembuangan dan aktivitasnya akan sangat mempengaruhi kondisi dan kualitas perairan laut cilacap termasuk daerah yang potensial menghasilkan limbah logam berat yang dapat mencemari perairan laut.Ikan dapat mengabsorbsi metil-arsen melalui makanannya dan langsung dari air dengan melewati insang. Tujuan penelitian  mengukur kandungan Arsen  ( As)  pada ikan belanak, ikan bandeng, ikan kembung, ikan kakap, Ikan kerapu di TPI Tanjung Intan Cilacap. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Sampel di ambil di TPI Tanjung Intan Cilacap sebanyak 5 sampel ikan dari jenis yang berbeda dibawa menuju laboratorium dengan menggunakan ice box. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Universitas Jendral Soedirman. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan PeraturanBPOM No.HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang penetaanbatas maksimum cemaranmikroba dan kimia dalam makanan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Arsen  ( As)  pada ikan Bandeng 0,0069 ppm, ikan Kakap 0,00831 ppm, ikan Kembung 0,01554 ppm, ikan Kerapu 0,00683 ppm, ikan Belanak 0,01237 ppm. Rata-rata hasil pemeriksaan adalah 0,00999 ppm. Menurut Peraturan BPOM nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makananuntuk logam Arsen  ( As )  pada ikan adalah sebesar 1,0 ppm. Kesimpulan penelitian ini adalah dari 5 sampel ikan Bandeng, ikan Kakap, ikan Kembung, ikan Kerapu, ikan Belanak yang diperiksa dari kandungan logam Arsen  ( As )  masih memenuhi syarat  Peraturan BPOM nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan karena kurang dari 1,0 ppm. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar serta memperhatikan aspek pengambilan sampel secara homogen. Bagi nelayan untuk memperhatikan daerah tangkapan sebaiknya jauh dari daerah indusri. Bagi Dinas Kelautan dan Perikanan dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan pengawasan.

Daftar bacaan : 15  ( 1981 - 2014 )
Kata kunci       : Arsen, Tempat Pelelangan Ikan, Kesehatan Lingkungan
Klasifikasi        : -
Full Text

STUDI TINGKAT KEPADATAN LALAT DI PASAR KOTA BANJARNEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014


Abstrak  
Sigit Prayogo (sprayogo@yahoo.co.id)
STUDI TINGKAT KEPADATAN LALAT DI PASAR KOTA BANJARNEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 

Pasar yang sehat yang memenuhi syarat sanitasi salah satunya adalah adanya suatu pengendalian penyakit. Pasar, khususnya pasar tradisional merupakan tempat yang ideal bagi lalat sebagai salah satu vector penyaki tuntuk berkembang biak.Tingginya tingkat kepadatan lalat merupakan suatu indicator buruknya pengelolaan sampah maupun kondisisanitasi yang padat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat, faktor-faktor yang mempengaruhi dan upaya pengendaliannya. Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode deskriptif. Analisa deskriptif terhadap hasil pengukuran kepadatan lalat secara langsung maupun wawancara dengan masyarakat di lapangan dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan lalat rata-rata di Pasar Kota Banjarnegara tergolong tinggi,  yaitu 10 ekor/block grill. Masing-masing lokasi di pasar Kota Banjarnegara mempunyai kepadatan lalat rata-rata yang berbeda-beda, yaitu 4 ekor/block grill di los buah, los sayuran, dan los daging. 2 ekor/block grill di los ikan, 20 ekor/block grill di tempat pembuangan sampah(TPS), dan 3 ekor/block grill di tempat jajanan terbuka. Los yang memiliki tingkat kepadatan lalat tertinggi terdapat di TPS yaitu 20 ekor/block grill. Kesimpulan Kepadatan lalat rata-rata di pasar Kota Banjarnegara tergolong tinggi, yaitu 10 ekor/block grill masing-masing lokasi di pasar Kota Banjarnegara kepadatan lalat rata-rata yang berbeda-beda, yaitu 4 ekor/block grill di los buah, los sayuran, dan los daging; 15 ekor/block grill di los ikan, 20ekor/block grill di tempat pembuangan sampah(TPS), dan 3 ekor/block grill di los jajanan terbuka, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan lalat di pasar Kota Banjarnegara adalah buruknya kondisi sanitasi, lokasi TPS yang tidak sesuai, kondisi fisik seperti suhu, kelembaban, pencahayaan, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan memperbaiki kondisi sanitasi di lingkungan pasar Kota Banjarnegara.

Daftar bacaan : 17 (1991-2012)
Kata kunci      : kepadatan lalat pasar
Klasifikasi      :
Full Text
  
 

Senin, 09 November 2015

STUDI KOMPARASI JUMLAH MIKROORGANISME PADA BUS AC DAN NON AC EKONOMI JURUSAN PURWOKERTO YOGYAKARTA TAHUN 2015

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015

Abstrak
Shinta Dewi Jayanti (shintadewi.jayanti@ymail.com)
STUDI KOMPARASI JUMLAH MIKROORGANISME PADA BUS AC DAN NON AC EKONOMI JURUSAN PURWOKERTO  YOGYAKARTA TAHUN 2015 
xv + 55  : gambar, tabel, lampiran 

Bus merupakan angkutan umum yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Untuk kenyamanan penumpang selama perjalanan, digunakan Air Conditioner (AC) sebagai penyejuk dan penghawaan ruangan. Salah satu media yang berperan dalam penularan dan penyebaran penyakit adalah udara. Tujuan penelitian mengetahui jumlah mikroorganisme udara pada bus AC dan non AC serta kondisi sanitasi bus. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Observasional dengan pendekatan Cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sebanyak 8 sampel. Sampel terdiri dari 4 sampel bus AC dan 4 sampel bus non AC.
Hasil penelitian jumlah mikroorganisme udara tertinggi pada bus AC adalah 4.790.000 CFU/m‡, sedangkan terendah adalah 2.750 CFU/m‡, Untuk bus non AC tertinggi 57.500 CFU/m‡, dan terendah 30.000 CFU/m‡. Hasil rata-rata kondisi sanitasi pada bus AC adalah 67% dan 51% pada bus non AC. Uji t-test menunjukan nilai signifikan = 0,044 < α yang artinya ada perbedaan jumlah mikroorganisme udara pada bus AC dan non AC ekonomi jurusan Purwokerto  Yogyakarta. Untuk mengurangi jumlah mikroorganisme udara sesuai dengan hasil yang diperoleh, maka perlu dilakukan pembersihan dan pencucian bus secararutin minimal setelah bus beroperasi. Pengecekan sarana yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan penumpang, termasuk pengecekan AC secara berkalapada bus. 

Daftarbacaan : 17 (1982-2014)
Kata kunci     : Mikroorganisme, Bus Ekonomi
Klasifikasi     :
Full Text
 

STUDI ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2015

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015



Abstrak
Sherlyta Devi Agustina  ( sherlytadevi@ymail.com )
STUDI ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2015 
XVI + 71 Halaman: gambar, tabel, lampiran

Pokok program pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Indonesia sehat yaitu meningkatnya jangkauan pengawasan sediaan famasi, alat kesehatan dan makanan. Peralatan makan merupakan segala macam alat yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan. Salah satu media yang digunakan untuk tumbuh dan berkembangnya jasad renik adalah peralatan, baik peralatan untuk mengolah, menyajikan, menjual makanan maupun peralan makan. Untuk mencegah hal tersebut dilakukan pencucian alat makan. Tujuan penelitian  menghitung jumlah kuman pada peralatan makan di Ruang Rawat Inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Metode penelitian  deskriptif yaitu sampel yang diteliti adalah peralatan makan yang terdiri dari plato, gelas dan sendok yang ada di Ruang Rawat Inap. Populasi dari seluruh alat makan yaitu plato 120 buah, gelas 100 buah dan sendok 120 buah. Pengambilan sampel yaitu accidental sampling, cara mengambil sampel yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi sampel untuk plato 2 buah, gelas 1 buah dan sendok 2 buah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah angka kuman pada plato ruang Lavender yaitu 231 CFU dan ruang Menur 81 CFU, untuk gelas ruang Kenanga 550 CFU dan sendok ruang Lavender 100 CFU dan ruang Menur 175 CFU. Angka kuman yang melebihi standar 100 koloni/cm
2 ( Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit )  tersebut dikarenakan proses pencucian yang masih memiliki kekurangan yaitu tidak adanya desinfeksi alat makan atau penggunaan air panas, tidak ada ruangan khusus untuk pencucian dan penyimpanan alat makan. Saran kepada Rumah Sakit agar dalam proses pencucian dilakukan desinfeksi alat makan menggunakan air panas dengan suhu 80C selama 2 menit atau 100oC selama 1 menit, disediakan ruangan khusus untuk pencucian dan penyimpanan alat makan.

Daftar bacaan : 19  ( 1986-2015 )
Kata kunci      : Angka Kuman Peralatan Makan, Rumah Sakit, KesehatanLingkungan
Klasifikasi      : -
Full Text

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 XII

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Progam Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 


Abstrack
Setyo Amonggoro(amonggoro.sa@gmail.com)
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 XII

Rumah Sakit sebagai sarana, pelayanan kesehatan dan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, serta dapat menjadi tempat penularan penyakit dan memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan maupun gangguan kesehatan. Dalam aktifitasnya rumah sakit akan menghasilkan limbah padat atau sampah. Secara garis besar limbah padat atau sampahRumah Sakit dibedakan menjadi dua macam, yaitu sampah non medis dan sampah medis. .RSUD Ajibarang adalah Rumah Sakit kelas C yang memiliki 185 tempat tidur inap dan memiliki BOR (Bed Occupancy Rate) di RSUD Ajibarang pada tahun 2014 sebesar 56,41%. Tujuan penelitian untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di RSUD Ajibarang Kabupaten Banyumas. Metode penelitian deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan pengukuran.  Hasil penelitian pengelolaan sampah di RSUD Ajibarang Kabupaten Banyumas volume sampah medis rata-rata perhari adalah 736,27 liter dan untuk sampah non medis adalah 1958,125 liter per hari dan skor penilaian sampah medis yang didapatkan yaitu 89% dan sampah non medis 77% .
Kesimpulan adalah sudah dilakukannya pemisahan antara sampah medis dengan sampah non medis, namun masih tercampurnya sampah organik dengan anorganik pada sampah non medisnya. Dan masih tercampur antara sampah infeksius benda tajam dengan sampah infeksius lainnya. Pengangkutan sampah medis dan non medis dilakukan oleh petugas dengan cara manual. Sebaiknya pihak rumah sakit memperbanyak persediaan safety box supaya sampah medis tajam tidak tercampur dengan sampah medis lain. 

Dafta Bacaan : 8, (1985-2009)
Kata Kunci    : Sampah, Rumah Sakit
Klasifikasi    : -
Full Text