Rabu, 16 April 2014

HUBUNGAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PEKERJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010 

Abstrak
Latifa Dewi Safitri (fa_in_theZone@yahoo.co.id)
HUBUNGAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PEKERJA BAGIAN PERKILANGAN DI PUSDIKLAT MIGAS KECAMATAN CEPU KABUPATEN BLORA 
XVII + 113 Halaman : 3 gambar, 7 tabel, 18 lampiran 

Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas memegang peranan yang penting  untuk mendapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produktivitas. Iklim kerja  yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja. Salah satu akibat dari iklim kerja yang kurang baik adalah kelelahan pada pekerja. para pekerja merasakan kelelahan yang bersifat subyektif antara lain cepat merasa mengantuk, mudah haus, menjadi lelah seluruh badan, sulit berkonsentrasi, dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis iklim kerja di masing-masing tempat kerja, menganalisis hasil pengukuran kelelahan kerja, dan menganalisis apakah terdapat hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pekerja pada bagian perkilangan di Pusdiklat Migas Cepu Kabupaten Blora.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 47 orang. Uji statistik yang digunakan yaitu korelasi spearman dimana peneliti ingin mengetahui hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja.
Hasil penelitian iklim kerja pada bagian perkilangan menunjukkan  7 unit kerja yang melebihi NAB dan 2 unit kerja yang masih dibawah nilai NAB. Hasil penilaian kuesioner kelelahan kerja subyektif menunjukkan kelelahan sangat ringan dirasakan oleh 12 orang, kelelahan ringan 21 orang, kelelahan berat dialami oleh 13 orang, sedangkan kelelahan sangat berat dialami oleh 1 orang. Hasil uji korelasi diperoleh nilai sig > ά sehingga tidak ada hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja. kelelahan kerja disebabkan oleh factor pengganggu yang lain. 
Kesimpulan  hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja di Pusdiklat Migas Cepu. Perlu dilakukan pengendalian terhadap iklim kerja. Pekerja berusia 50 tahun ke atas harus mempunyai beban kerja yang lebih ringan serta variasi waktu kerja dan waktu istirahat lebih banyak daripada pekerja yang lebih muda.

Daftar bacaan : 16 (1988-2009)
Kata Kunci     : iklim kerja, ISBB, kelelahan
Klasifikasi      :
Full text

STUDI HACCP AYAM SEMUR KECAP DI INSTALASI GIZI RSUD

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010

Abstrak
Eko Prabowo Email: peter_sanitarian@yahoo.co.id
STUDI HACCP AYAM SEMUR KECAP DI INSTALASI GIZI RSUD AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2010 
xiv + 170halaman: gambar, tabel, lampiran

Setiap produk makanan perlu adanya jaminan mutu dan keamanan pangan seperti yang telah distandarkan menurut Internasional Standar Organization (ISO) 9001:2000 dan 22000:2005. Bahwa produk makanan harus benar-benar menjamin keamanan konsumen, begitu juga untuk makanan yang disajikan untuk pasien rumah sakit yang juga harus terjamin tingkat keamanannya agar pasien sehat.
HACCP ( Hazard Analisis Critical Control Point) Tujuan penelitian adalah suatu pendekatan untuk mengenal dan mengukur bahaya yang spesifik sebagai upaya pencegahan dalam pengawasan pengelolaan makanan untuk menjamin keamanan pangan. Proses pengolahan ayam semur kecap menjadi sangat penting diperhatikan untuk mendapatkan ayam semur kecap yang aman dan bermutu tinggi.
Metode penelitian deskriptif dengan maksud untuk menggambarkan penerapan HACCP Ayam Semur Kecap di Instalasi Gizi RSUD Ajibarang Kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian Ayam Semur Kecap di Instalasi Gizi RSUD Ajibarang terhadap penjamah makanan belum memenuhi persyaratan penjamah makanan, alat belum memenuhi syarat peralatan tetapi tempat, bahan baku dan metode sudah memenuhi persyaratan. Analisis bahaya yang mungkin terjadi di Ayam semur Kecap dari fisik kontaminasi penjamah makanan seperti kuku, rambut dan kontaminasi dari luar seperti debu, kotoran, dan serangga. Kontaminasi kimia dari logam berat dan formalin sedangkan untuk kontaminasi biologi adanya pertumbuhan mikroba. Pemantauan dan pemeriksaan makanan ayam semur kecap sebatas pengamatan fisik, belum untuk pemeriksaan makanan secara biologi dan kimia.
Kesimpulan keadaan penjamah dan alat tidak memenuhi syarat sedangkan bahan baku, tempat dan metode sudah memenuhi syarat. Saran perlu dilakukan pemeriksaan formalin dan biologi pada bahan baku, peralatan yang digunakan, serta pengadaan fasilitas sarung tangan, celemek, penutup kepala, tempat pencucian alat yang sesuai persyaratan dan pemeriksaan kesehatan penjamah.

Daftar bacaan : 12 (1986 - 2009)
Kata kunci      : Studi HACCP Ayam Semur Kecap, Instalasi Gizi RSUD   Ajibarang Tahun 2010.
Klasifikasi      :

TINJAUAN SANITASI HOTEL

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Progam Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010 

Abstrak
Yusuf Kurniawan (Yusufkurniawan84@yahoo.co.id)
TINJAUAN SANITASI HOTEL CANDISARI KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2010
xii+66 halaman : table, gambar, lampiran 

Hotel merupakan sarana umum yang dikelola secara komersil dan memiliki risiko kesehatan yang tinggi apabila tidak memenuhi persyaratan kesehatan hotel. Hotel candisari terletak di Jalan Raya Timur Km 2 Karanganyar – Kebumen yang berjarak dari pusat kota Kabupaten Kebumen berjarak 10 km atau sekitar 10 menit dari kota Kabupaten Kebumen. Pengawasan sanitasi hotel yang meliputi bagian dalam dan luar hotel disesuaikan dengan persyaratan kesehatan hotel untuk mencegah penularan penyakit dan gangguan lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi Hotel Candisari Karanganyar yang meliputi kondisi lingkungan, bangunan, kamar dan fasilitas sanitasi hotel.   
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan keadaan sanitasi Hotel Candisari Karanganyar. Cara pengumpulan data yaitu wawancara dengan pengelola dan karyawan hotel, observasi langsung pada obyek yang diteliti serta dilakukan pengukuran, meliputi pengukuran pencahayaan, suhu, kelembapan, dan MPN coloform.
Hasil yang diperoleh secara umum pada sanitasi hotel belum memenuhi syarat Permenkes RI No. 80/Menkes/Per/1990 yang meliputi persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan, ruang hotel, fasilitas sanitasi, dan karyawan. Menurut penilaian peneliti, nilai yang diperoleh Hotel candisari Karanganyar sebesar 682,5 menurut IS (inspeksi sanitasi) dari DKK (Dinas Kesehatan Kabupaten), nilai 682,5 tergolong dalam kategori belum memenuhi syarat kesehatan.
Kesimpulan kondisi sanitasi hotel yang belum memenuhi syarat antara lain pembuangan air kotor dari laundry dan dapur langsung ke badan air dan tanah yang kosong yang letaknya berada disamping hotel, tempat pembungan sampah di dapur tidak berpenutup dan perlu diberi tutup, dapur agar diberi cerobong asap, ruang istirahat karyawan perlu disediakan, kesehatan karyawan perlu dilakukan pem dan mengikutkan pemeriksaan secara berkala minimal sekali dalam setahun dan mengikutkan penjamah makanan dalam kursus penyehatan makanan dan minuman.

Daftar bacaan : 15 buah (1980-2010)
Kata Kunci     : Sanitasi
Klasifikasi      : -

STUDI TENTANG KADAR DEBU PADA PABRIK

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010

ABSTRAK
Yanuar Tri Wibowo (Yanuar_triwibowo@yahoo.com)
STUDI TENTANG KADAR DEBU PADA PABRIK KAYU UD. HASIL SAW MILL DI KAWASAN INDUSTRI KELURANAN LOMANIS KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2010
xv + 55 halaman : lampiran, tabel, gambar 

Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Kualitas lingkungan yang harus di awasi agar tidak menimbulkan dampak yang negatif terhadap kesehatan, sedangkan satu diantara kualitas lingkungan adalah pencemaran udara dengan zat pencemarnya yaitu debu. Debu berpengaruh terhadap lingkungan maupun kesehatan dan kesetan kerja, karena selain membahayakan terhadap kesehatan melalui pernafasan, juga dapat mengganggu daya tembus mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kadar debu kayu pada Pabrik Kayu UD. Hasil Saw mill
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat  gambaran tentang suatu keadaan secara objektif, dan memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. dengan menggunakan pendekatan crossectional.
Hasil penelitian dengan cara pengukuran kadar debu menggunakan alat pengukur Environental Particulate Air Monitoring 5000 yaitu debu rata-rata yang terendah pada titik kedua sebesar 0,055 mg/m³ dan yang tertinggi pada titik ketiga yaitu sebesar 0,094 mg/m³ dan hasil rata-rata keseluruhan kadar debu sebesar 0,071 mg/m³.  Kadar debu di Pabrik UD. Hasil Saw mill sebesar 0,071 mg/m³. Apabila dibandingkan dengan baku mutu yang ada maka kadar debu di Pabrik UD. Hasil Saw mill masih dibawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan. Masyarakat agar meningkatkan program penghijauan  di sekitar permukiman, memasang kain kasa pada ventilasi rumah untuk mengurangi debu yang masuk kedalam rumah dan membersihkan rumah/perabotannya secara rutin minimal 2 kali sehari. Pihak pabrik agar menambah kelengkapan APD terhadap para pekerja, serta Dinas Kesehatan agar selalu memonitor pencemaran udara oleh debu pabrik.

Daftar bacaan : 18 (1982-2010)
Kata kunci      : Kayu, Kadar Debu 
Klasifikasi      :  -

STUDI SANITASI PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT


                                                                                           Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                             Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                            Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                  Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010

Abstrak
Wahyuning Herdiyanti (Ayu Herdiyanti@yahoo.co.id)
STUDI SANITASI PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bunda arif PURWOKERTO TAHUN 2010 
XII + 57 halaman : gambar, tabel, lampiran 


Linen kotor merupakan salah satu sumber kontaminasi yang ada di rumah sakit. Jika penanganan linen dilakukan secara tidak baik, maka dapat menyebabkan penyebaran penyakit infeksi nosokomial dari ruangan satu ke ruangan yang lain, dari orang sakit ke orang yang sehat ataupun dari pasien ke petugas rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi pengelolaan linen, sanitasi ruangan pengelolaan linen, proses pengelolaan linen dan tenaga pengelolaan linen di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda arif Purwokerto Tahun 2010.
Metode penelitian deskriptif yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori dan peraturan yang berlaku menggunakan instrumen melalui wawancara, observasi dan pengukuran didalam mengambil data dari responden yang nantinya diperoleh nilai tingkat sanitasi pengelolaan linen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi ruangan pengelolaan linen dengan nilai 86,67% termasuk kategori baik, proses pengelolaan linen dengan nilai 66,67% termasuk kategori cukup baik dan tenaga pengelola linen dengan nilai 30% termasuk kategori kurang baik. Secara keseluruhan dapat disimpulkan tingkat sanitasi pengelolaan linen di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda arif Purwokerto diperoleh hasil dengan nilai 75% termasuk dalam kategori cukup baik. 
Kesimpulan penelitian adalah kondisi sanitasi pengelolaan linen di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda arif Purwokerto termasuk dalam kategori cukup baik. Disarankan, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan sanitasi pengelolaan linen dan upaya pencegahan kontaminasi dan penanggulangan dilakukan mulai pengumpulan linen sampai pendistribusian dan tenaga atau pengelola linen yang benar menurut syarat kesehatan.
 
Daftar bacaan : 9 (1997 - 2009)      
Kata kunci      : Sanitasi Pengelolaan Linen 
Klasifikasi      :
 
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010   


Abstrak
Wahyu Indra P (ndrabathonk@yahoo.co.id)
STUDI KADAR NITRAT PADA SUMUR GALI DI DESA BOBOTSARI KECAMATAN BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010  
Xiv + 40 : tabel+ gambar + lampiran 

Air bersih harus memenuhi syarat kesehatan, baik secara fisika, mikrobiologi maupun secara kimiawi (nitrat). Salah satu usaha untuk pengawasan air bersih secara kimiawi dapat dilakukan dengan pemeriksaan terhadap jumlah kadar nitrat pada sumur gali, karena adanya kadar nitrat yang berlebihan akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti metahaemoglobinemia dan blue baby. Hal ini sehubungan dengan air yang merupakan media pembawa dan penyebab penyakit. Masyarakat desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga menggunakan air sumur gali dan air perpipaan untuk keperluan sehari-hari.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah rata-rata kadar nitrat pada air sumur gali di desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun 2010.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi pada sumur gali serta pemeriksaan laboratorium Kesehatan Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian Kadar nitrat pada air sumur gali di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun 2010 yaitu antara 3,2 mg/lt – 9,9 mg/lt. Jumlah kadar nitrat ini masih dibawah Nilai Ambang Batas air bersih ntuk sumur gali menurut Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 Tentang Persyaratan Air Bersih, yaitu tak lebih dari 10 mg/lt.
Jumlah kadar nitrat air sumur gali di desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga tahun 2010, walaupun masih di bawah Nilai Ambang Batas sesuai peraturan yang berlaku. Disarankan bagi masyarakat  untuk melakukan perbaikan konstruksi sumur gali, dan melakukan khlorinasi. 
   
Daftar bacaan   :  12 ( tahun 1958-2004)
Kata kunci        :   Kadar nitrat dan air sumur gali
Klasifikasi        :

STUDI KADAR SISA KLOR PADA JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KABUPATEN BANYUMAS CABANG PURWOKERTO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

Abstrak
WAHID HASYIM (Wahid_hasym@yahoo.com)
STUDI KADAR SISA KLOR PADA JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KABUPATEN BANYUMAS CABANG PURWOKERTO PELAYANAN WILAYAH BATURADEN TAHUN 2010
XVI + 80 halaman: gambar, tabel, lampiran

Proses pengolahan air untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan beberapa tahap pengolahan. Salah satu tahap akhir pegolahan air adalah desinfeksi. Desinfeksi adalah salah satu cara membunuh bakteri dalam air. Penelitian tentang kadar sisa klor pada jaringan distribusi PDAM Kabupaten Banyumas Cabang Purwokerto pelayanan wilayah Baturaden belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa sisa klor pada Jaringan Distribusi PDAM Kabupaten Banyumas Cabang Purwokerto Pelayanan Wilayah Baturaden.
Metode penelitian dengan cara pengukuran langsung dan observasi dilapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hasil penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap kadar sisa klor pada Jaringan Distribusi PDAM Kabupaten Banyumas Cabang Purwokerto Pelayanan Wilayah Baturaden diperoleh rata-rata kadar klorin pada air kran pelanggan terdekat dari bak klorinasi sebesar 3,16 mg/ltr dan pada air kran pelanggan terjauh dari bak klorinasi sebesar 3,16 mg/ltr.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah kadar klorin pada air kran pelanggan terdekat dan terjauh dari bak klorinasi sesuai dengan standar baku mutu pengawasan kualitas air minum. Pihak PDAM disarankan untuk mempertahankan klorinasi dengan dosis tepat sesuai yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Daftar bacaan  : 18 (1985-2010)
Kata kunci       : Kadar Sisa Klor
Klasifikasi       : -

STUDI ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PENDERITA PENYAKIT DIARE

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan  
Program Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010 

Abstrak 
Umi Umayyah   
STUDI ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PENDERITA PENYAKIT DIARE DI DESA BALAPULANG WETAN KECAMATAN BALAPULANG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2010 
XIV + 70 : tabel + halaman + lampiran 

Diare merupakan salah satu penyakit menular yang ditularkan oleh vektor pembawa bibit penyakit karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek/buruk. Penyakit diare termasuk penyakit yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Balapulang khususnya Desa Balapulang Wetan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aspek kesehatan lingkungan apa saja yang mempengaruhi penyakit diare di Desa Balapulang Wetan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Tahun 2010, adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisis tabel.
Hasil penelitian dilakukan pada penderita diare di Desa Balapulang Wetan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Tahun 2010 dapat diketahui sarana air bersih tingkat resiko pencemaran sedang, buang air besar pada jamban kurang baik, SPALT (sarana pembuangan air limbah), pembuangan sampah, hygiene sanitasi makanan&minuman, serta personal hygiene yang masih kurang baik. 
Hal ini dikarenakan kurang mengertinya masyarakat tentang sanitasi  kesehatan lingkungan yang meliputi sanitasi penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, hygiene sanitasi makanan&minuman, serta personal hygiene, hal tersebut dapat menyebabkan angka kesakitan diare yang cukup tinggi di Desa Balapulang Wetan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Diharapkan agar pihak Puskesmas dan Pemerintah Desa lebih giat dalam melaksanakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan melakukan pengawasan terhadap sarana-sarana kesehatan lingkungan dan resiko-resiko pencemaran serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di Desa Balapulang Wetan.
 
Daftar bacaan : 23 (1984 -2009)
Kata kunci      : diare dan kesehatan lingkungan 
Klasifikasi      :

STUDI PENERAPAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DI KERETA API

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan KemenKes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010

Abstrak
Umi Handayani ( Cumee78@yahoo.co.id )
STUDI PENERAPAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DI KERETA API PURWOJAYA DAOP V PURWOKERTO TAHUN 2010 
xix + 96 halaman: gambar, tabel, lampiran

Makanan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Banyak kasus keracunan makanan yang terjadi disebabkan dari pengelolaan makanan yang tidak saniter. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengelolaan makanan di kereta Api Purwojaya DAOP V Purwokerto, mengetahui kondisi fasilitas sanitasi pengelolaan makanan di Kereta Api Purwojaya DAOP V Purwokerto, mengetahui kondisi Hygiene makanan di Kereta Api Purwojaya DAOP V Purwokerto, mengetahui sendok makan yang digunakan memenuhi syarat kualitas kesehatan yaitu ALT=100 koloni/cm2
atau tidak memenuhi syarat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data
dilakukan observasi, wawancara dan pengukuran. Observasi dilakukan dengan menggunakan checklist. Wawancara dilakukan dengan menggunakan questioner dilakukan kepada Manager Operasional DAOP V Purwokerto dan penjamah makanan di Kereta Api Purwojaya DAOP V Purwokerto. Pengukuran yang dilakukan antara lain pemeriksaan Salmonella, pewarna, uji usap alat sendok makan, pengukuran suhu, kelembaban dan pencahayaan.
Hasil observasi dan wawancara pada pengelolaan makanan yang meliputi 6 Prinsip HSMM adalah 74%, termasuk dalam kriteria cukup. Kondisi fasilitas sanitasi yang belum memenuhi syarat adalah pada saluran pembuangan limbah, tempat cuci tangan dan tempat cuci peralatan. Hasil pemeriksaan Salmonella pada nasi goreng adalah negatif. Hasil pemeriksaan pewarna pada saus yang digunakan sebagai penambah rasa pedas dalam nasi goreng adalah pewarna sintetis yang diperbolehkan. Hasil pemeriksaan uji usap alat makan adalah untuk sampel kode III a ALT (Total Plate Count) sebanyak 9.400 koloni/cm2, sampel kode III b ALT (Total Plate Count) sebanyak 11.900 koloni/cm2, sampel kode III c jumlah ALT (Total Plate Count) sebanyak 10.650 koloni/cm2, sehingga tidak memenuhi syarat.  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa, pengelolaan makanan di kereta Api Purwojaya DAOP V Purwokerto yang meliputi 6 Prinsip HSMM adalah termasuk dalam kriteria cukup (74%). Maka sebaiknya  perlu diwaspadai pada 6 Prinsip HSMM, dengan melakukan berbagai upaya pengendalian ke arah pengelolaan makanan yang saniter.

Daftar bacaan  : 25 (1986-2009)
Kata kunci       : Sanitasi makanan

STUDI PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010

Abstrak
Ufuk Nurwilastri (ufuknurwilastri@yahoo.co.id)
STUDI PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH  JATIWINANGUN PURWOKERTO TAHUN 2010
xi + 78 halaman : lampiran  

Penanganan linen yang baik dapat mencegah terjadinya infeksi silang, infeksi nosokomial bagi pasien Rumah Sakit dengan mengelola dan mengendalikan  bahan-bahan linen, menjaga citra Rumas Sakit dengan menciptakan ketersediaan bahan linen sesuai dengan visi dan misi serta fisiologi Rumah Sakit, mengelola sumber daya Rumah Sakit untuk menyediakan linen bagi kebutuhan dan harapan customers Rumah Sakit. Linen yang kotor merupakan salah satu sumber penyakit yang ada di Rumah Sakit, penanganan linen kotor rumah sakit yang tidak benar akan dapat menyebabkan penyebaran penyakit dari ruangan yang satu ke ruangan yang lain, dari pasien ke pasien lain, atau pun dari pasien ke petugas rumah sakit. Maka penanganan linen harus sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah timbulnya dampak negatif dari kegiatan laundry di rumah sakit. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui tentang pengelolaan linen yang ada di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto 
Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang bermaksud untuk memberikan gambaran tentang cara pengelolaan linen di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto.
Hasil studi yang dilakukan di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto menunjukan bahwa sistem pengelolaan linen yang dilakukan masih sangat sederhana mulai dari pengumpulan hingga pengangkutan linen, dan peralatan yang digunakan juga masih menggunakan peralatan yang sederhana seperti penggunaan mesin cuci rumah tangga yang tanpa dilengkapi dengan air panas untuk membantu proses desinfektan, serta tidak dilakukan system pengolahan limbah awal (pre-treatmen) pada sistem penanganan limbah cair.
Disimpulkan bahwa sistem pengelolaan linen yang ada di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto masih sederhana dilihat dari peralatan yang digunakan dalam laundry. Sarannya adalah perlu adanya pelatihan terhadap tenaga laundry dan pengadaan peralatan laundry yang sudah canggih agar proses pengelolaan linen steril dan aman.

Daftar bacaan : 9 (1989-2010 )
Kata kunci      : Pengelolaan linen
Klasifikasi      : 

STUDI KANDUNGAN BORAKS PADA BAKSO YANG DIJUAL DI WARUNG BAKSO

Kementerian Kesehatan Rebublik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010


Abstrak
Tursina Habdidin (didin_eo@yahoo.com)
STUDI KANDUNGAN BORAKS PADA BAKSO YANG DIJUAL DI WARUNG BAKSO DAERAH BLABAK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010
xii + 41 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Bakso adalah salah satu makanan jajanan yang sering diminati oleh masyarakat. Pada saat pembuatan bakso dapat ditambahkan semacam bahan tambahan makanan seperti boraks. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah Blabak Kabupaten Magelang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bakso yang mengandung boraks, produksi bakso, kondisi sanitasi warung, perilaku penjual bakso dan tingkat pengetahuan penjual bakso mengenai boraks dan bahayanya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan secara laboratorium di Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, jumlah warung bakso yang akan diperiksa adalah tujuh, pengambilan dilakukan tiga kali, setiap pengambilan tujuh sampel disetiap warung.
Hasil pemeriksaan boraks pada tujuh warung bakso adalah 100% negatif. Produksi bakso dari keseluruhan penjual memproduksi sendiri. Kondisi sanitasi warung diperoleh hasil rata-rata 85,71% yang berarti dalam katagori baik. Perilaku penjual bakso diperoleh hasil rata-rata sebesar 100% yang berarti dalam katagori baik. Tingkat pengetahuan para penjual bakso mengenai boraks dan bahayannya diperoleh hasil rata-rata 70% yang berarti cukup baik.
Kesimpulan bahwa bakso yang dijual di warung bakso daerah Blabak aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung boraks. Saran kepada masyarakat dan pemroduksi bakso hendaknya tidak menggunakan boraks sebagai bahan pengawet makanan, jika ingin menggunakan pengawet hendaknya  memakai yang diijinkan oleh pemerintah seperti garam dapur dan natrium polifosfat, dan hendaknya lebih teliti dan berhati-hati dalam membeli produk makanan.  

Daftar bacaan               : 17 (1988  2009)
Kata kunci                    : Boraks, Bakso.
Klasifikasi                     : -

STUDI KEADAAN SANITASI RUMAH PENDERITA PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI DESA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                 Karya Tulis Ilmiah,   Juli 2010 

Abstrak 
TRI ARIYATI (aryyati@yahoo.co.id)

STUDI KEADAAN SANITASI RUMAH PENDERITA PENYAKIT ISPA 
PADA BALITA DI DESA GEMBONG KECAMATAN GEMBONG KABUPATEN PATI TAHUN 2010.

xii + 58 halaman: lampiran, tabel  

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal dan berkesinambungan terus digalakkan, salah satunya adalah untuk menurunkan angka kesakitan. ISPA merupakan penyakit yang banyak dijumpai didaerah atau Negara seperti Indonesia. Hai ini didukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang kurang baik. Desa Gembong merupakan wilayah yang angka kesakitan penyakit ISPA cukup tinggi mencapai 158 penderita. Tujuan penelitian  adalah untuk mengetahui aspek kesehatan lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA di Desa Gembong Kecamatan Gembong Kabupaten Pati.  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan mengambil subyek sampel penelitian sebanyak 32 rumah dari 158 sampel,  diperoleh dari 20% dari subyek sampel penelitian dan menganalisis hasil menggunakan analisis tabel. 
Hasil penelitian menunjuk terhadap penderita penyakit ISPA yang ada di Desa Gembong, diketahui kelembaban memenuhi syarat (0%), pencahayaan alami yang memenuhi syarat (43,75%), kondisi ventilasi yang memenuhi syarat adalah (37,5%), suhu yang memenuhi syarat sebanyak (100%), kepadatan penghuni yang memenuhi syarat (68,75%), lantai yang memenuhi syarat  (87,5%). Hal tersebut menunjukkan tingginya angka kesakitan penyakit ISPA di Desa Gembong dipengaruhi oleh aspek-aspek kesehatan lingkungan.  Kesimpulan pemeriksaan sanitasi rumah penderita ISPA dikategorikan belum memenuhi syrat dalam aspek kesehatan lingkungannya, peneliti menyarankan agar pihak puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan dan melakukan pengawasan aspek physiologis rumah dan PHBS. Masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan lingkungan desanya sendiri.  

Daftar bacaan : 20 (1986 – 2010)
Kata Kunci     : ISPA
Klasifikasi      :     - 

HUBUNGAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PEKERJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010

Abstrak
Latifa Dewi Safitri (fa_in_theZone@yahoo.co.id)
HUBUNGAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PEKERJA BAGIAN PERKILANGAN DI PUSDIKLAT MIGAS KECAMATAN CEPU KABUPATEN BLORA 
XVII + 113 Halaman : 3 gambar, 7 tabel, 18 lampiran 

Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas memegang peranan yang penting  untuk mendapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produktivitas. Iklim kerja  yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja. Salah satu akibat dari iklim kerja yang kurang baik adalah kelelahan pada pekerja. para pekerja merasakan kelelahan yang bersifat subyektif antara lain cepat merasa mengantuk, mudah haus, menjadi lelah seluruh badan, sulit berkonsentrasi, dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis iklim kerja di masing-masing tempat kerja, menganalisis hasil pengukuran kelelahan kerja, dan menganalisis apakah terdapat hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pekerja pada bagian perkilangan di Pusdiklat Migas Cepu Kabupaten Blora.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 47 orang. Uji statistik yang digunakan yaitu korelasi spearman dimana peneliti ingin mengetahui hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja.
Hasil pengukuran iklim kerja pada bagian perkilangan menunjukkan  7 unit kerja yang melebihi NAB dan 2 unit kerja yang masih dibawah nilai NAB. Hasil penilaian kuesioner kelelahan kerja subyektif menunjukkan kelelahan sangat ringan dirasakan oleh 12 orang, kelelahan ringan 21 orang, kelelahan berat dialami oleh 13 orang, sedangkan kelelahan sangat berat dialami oleh 1 orang. Hasil uji korelasi diperoleh nilai sig > ά sehingga tidak ada hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja. kelelahan kerja disebabkan oleh factor pengganggu yang lain. 
Kesimpulan tidak terdapat hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja di Pusdiklat Migas Cepu. Perlu dilakukan pengendalian terhadap iklim kerja. Pekerja berusia 50 tahun ke atas harus mempunyai beban kerja yang lebih ringan serta variasi waktu kerja dan waktu istirahat lebih banyak daripada pekerja yang lebih muda.

Daftar bacaan : 16 (1988-2009)
Kata Kunci     : iklim kerja, ISBB, kelelahan
Klasifikasi      :