Kamis, 22 Desember 2016

EVALUASI OPERASI DAN PEMELIHARAAN IPAL KOMUNAL

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, 
Juli 2014 

Abstrak
Cahyo Setiawan (cahyo.setiawan13@yahoo.com)
EVALUASI OPERASI DAN PEMELIHARAAN IPAL KOMUNAL DI KELURAHAN KARANG PUCUNG KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 XVII + 109 halaman: gambar, tabel, lampiran. 

Salah satu ruang lingkup program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) untuk mengatasi masalah sanitasi adalah dengan penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Tahun 2012 Kelurahan Karang Pucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas menjadi sasaran pelaksanaan pembangunan IPAL Komunal.  Sebagai tindak lanjut pembangunan IPAL Komunal tersebut adalah pelaksanaan operasi dan pemeliharaan. Hasil survei pendahuluan di Kelurahan Karang Pucung terdapat permasalahan, antara lain belum adanya upaya terpadu antara pengelola dan masyarakat pemanfaat dalam kegiatan operasional dan pemeliharaan, sehingga beberapa bak kontrol ada yang rusak. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan IPAL Komunal di Kelurahan Karang Pucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. 
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif evaluasi yaitu mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan pengelolaan IPAL Komunal pada tahap operasi dan pemeliharaan. Aspek operasi dan pemeliharaan meliputi pembiayaan, pengoperasian, dan pemeliharaan sarana IPAL Komunal, kemudian dibandingkan dengan pedoman teknis operasi dan pemeliharaan yang dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2012. evaluasi menggunakan instrumen checklist yang mengacu pada pedoman operasi dan pemeliharaan IPAL Komunal oleh Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2012, didapatkan nilai 110/ 300 (37%) dan termasuk kategori “Kurang” 

Selasa, 08 November 2016

HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Program Studi Diploma IV Kesehatan 
 Lingkungan Jurusan Kesehatan   Lingkungan Purwokerto Poltekkes 
 Depkes Semarang  Skripsi,  1 Juli 2008 

Abstrak
Tuty Andayani   
HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI KEC. PURWAREJA KLAMPOK KAB. BANJARNEGARA  
xiv + 52 halaman + 15 tabel + 2 gambar + 8 lampiran   

Kecacingan adalah suatu bentuk infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui perantara tanah kepada manusia. Infeksi cacing dewasa menyebabkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi dan iritasi usus sedangkan  bentuk larvanya dapat menyebabkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. Kondisi yang kronis akibat kecacingan akan menurunkan produktivitas kerja. Kelompok pekerja yang jenis pekerjaannya selalu berinteraksi dengan tanah mempunyai risiko terinfeksi cacing perut.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut di Desa Sirkandi Kec. Purwareja Klampok Kab. Banjarnegara . Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 40 orang pembuat batu bata dan 50 orang pembuat anyaman bambu, sampel diambil sebanyak 50% dari populasi yang dibagi secara proporsional.   Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan responden. Penderita kecacingan perut pada pembuat batu bata sebesar 35 % sedangkan pada pembuat anyaman bambu hanya 4 %. Data dianalisis dengan uji Chi Square dengan tujuan ujinya mencari hubungan. Hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat, karena mempunyai nilai harapan (expected), lebih dari 20% yaitu 50%, sehingga jenis uji statistiknya menggunakan exact fisher, dimana nilai “p” 0,015 untuk uji dua sisi, nilai ini lebih kecil dari nilai α = 5 %. Kesimpulan dari uji ini membuktikan bahwa hipotesis nihilnya ditolak artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut dengan koefisien asosiasi 0,374 dengan katagori asosiasi lemah.  Pekerja hendaknya memperhatikan kebersihan perorangan dan menggunakan alat pelindung diri berupa  sarung tangan dan sepatu panjang. Petugas kesehatan hendaknya melaksanakan pengawasan dan pembinaan bagi tenaga kerja sesuai tugas dan kewenangannya.

Kepustakaan   : 20 (1990 - 2008) 
Kata Kunci      : Jenis pekerjaan, Kecacingan, Tanah,
Full Text 

JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Program Studi Diploma IV Kesehatan 
 Lingkungan Jurusan Kesehatan   Lingkungan Purwokerto Poltekkes 
 Depkes Semarang  Skripsi,  1 Juli 2008 

Abstrak
Tuty Andayani   
HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI KEC. PURWAREJA KLAMPOK KAB. BANJARNEGARA  
xiv + 52 halaman + 15 tabel + 2 gambar + 8 lampiran   

Kecacingan adalah suatu bentuk infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui perantara tanah kepada manusia. Infeksi cacing dewasa menyebabkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi dan iritasi usus sedangkan  bentuk larvanya dapat menyebabkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. Kondisi yang kronis akibat kecacingan akan menurunkan produktivitas kerja. Kelompok pekerja yang jenis pekerjaannya selalu berinteraksi dengan tanah mempunyai risiko terinfeksi cacing perut.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut di Desa Sirkandi Kec. Purwareja Klampok Kab. Banjarnegara . Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 40 orang pembuat batu bata dan 50 orang pembuat anyaman bambu, sampel diambil sebanyak 50% dari populasi yang dibagi secara proporsional.   Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan responden. Penderita kecacingan perut pada pembuat batu bata sebesar 35 % sedangkan pada pembuat anyaman bambu hanya 4 %. Data dianalisis dengan uji Chi Square dengan tujuan ujinya mencari hubungan. Hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat, karena mempunyai nilai harapan (expected), lebih dari 20% yaitu 50%, sehingga jenis uji statistiknya menggunakan exact fisher, dimana nilai “p” 0,015 untuk uji dua sisi, nilai ini lebih kecil dari nilai α = 5 %. Kesimpulan dari uji ini membuktikan bahwa hipotesis nihilnya ditolak artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut dengan koefisien asosiasi 0,374 dengan katagori asosiasi lemah.  Pekerja hendaknya memperhatikan kebersihan perorangan dan menggunakan alat pelindung diri berupa  sarung tangan dan sepatu panjang. Petugas kesehatan hendaknya melaksanakan pengawasan dan pembinaan bagi tenaga kerja sesuai tugas dan kewenangannya.

Kepustakaan   : 20 (1990 - 2008) 
Kata Kunci      : Jenis pekerjaan, Kecacingan, Tanah, 

JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Program Studi Diploma IV Kesehatan 
 Lingkungan Jurusan Kesehatan   Lingkungan Purwokerto Poltekkes 
 Depkes Semarang  Skripsi,  1 Juli 2008 

Abstrak
Tuty Andayani   
HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI KEC. PURWAREJA KLAMPOK KAB. BANJARNEGARA  
xiv + 52 halaman + 15 tabel + 2 gambar + 8 lampiran   

Kecacingan adalah suatu bentuk infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui perantara tanah kepada manusia. Infeksi cacing dewasa menyebabkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi dan iritasi usus sedangkan  bentuk larvanya dapat menyebabkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. Kondisi yang kronis akibat kecacingan akan menurunkan produktivitas kerja. Kelompok pekerja yang jenis pekerjaannya selalu berinteraksi dengan tanah mempunyai risiko terinfeksi cacing perut.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut di Desa Sirkandi Kec. Purwareja Klampok Kab. Banjarnegara . Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 40 orang pembuat batu bata dan 50 orang pembuat anyaman bambu, sampel diambil sebanyak 50% dari populasi yang dibagi secara proporsional.   Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan responden. Penderita kecacingan perut pada pembuat batu bata sebesar 35 % sedangkan pada pembuat anyaman bambu hanya 4 %. Data dianalisis dengan uji Chi Square dengan tujuan ujinya mencari hubungan. Hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat, karena mempunyai nilai harapan (expected), lebih dari 20% yaitu 50%, sehingga jenis uji statistiknya menggunakan exact fisher, dimana nilai “p” 0,015 untuk uji dua sisi, nilai ini lebih kecil dari nilai α = 5 %. Kesimpulan dari uji ini membuktikan bahwa hipotesis nihilnya ditolak artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut dengan koefisien asosiasi 0,374 dengan katagori asosiasi lemah.  Pekerja hendaknya memperhatikan kebersihan perorangan dan menggunakan alat pelindung diri berupa  sarung tangan dan sepatu panjang. Petugas kesehatan hendaknya melaksanakan pengawasan dan pembinaan bagi tenaga kerja sesuai tugas dan kewenangannya.

Kepustakaan   : 20 (1990 - 2008) 
Kata Kunci      : Jenis pekerjaan, Kecacingan, Tanah,
Full Text 

STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA

  
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028 (P<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">0,05).  
Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri. Daftar bacaan  : 10 (1981  2009) Kata kunci  : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita 

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN

  
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri.

Daftar bacaan  : 10 (1981  2009)
Kata kunci       : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita
Klasifikasi        :
Full Text

DESKRIPSI INTENSITAS SUARA DI TEMPAT KARAOKE

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak 
Lelita Nur Meiyani (lelitanurmeiyani@gmail.com)
DESKRIPSI INTENSITAS SUARA DI TEMPAT KARAOKE HAPPY PUPPY PURWOKERTO TAHUN 2016 
 xvii + 80 Halaman : gambar, tabel, lampiran

Karaoke adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat intensitas suara di tempat karaoke Happy Puppy Purwokerto yang meliputi intensitas suara di tempat kerja,tempat pengunjung berkaroke, dampak kebisingan dan cara pengendalian kebisingan.  
Metode Penelitian ini yaitu observasi dan wawancara dengan menggunakan observasional yaitu mendeskripsikan kondisi tingkat intensitas suara di Tempat Karaoke Happy Pappy Purwokerto dan menggunakan pendekatan cross sectional. 
Hasil pengukuran rata-rata intensitas suara pada tempat karaoke Happy Puppy Purwokerto untuk tempat kerja pekerja adalah 70,7 Desibel (dB), tempat pengunjung berkaraoke adalah 92,24 Desibel (dB). Upaya pengendalian kebisingan yang dilakukan adalah secara teknis, administasi. Keluhan yang dirasakan pada pekerja adalah sulit berkomunikasi 18,5 %, kurang konsentrasi 48,15 %, gangguan tidur 22% dan keluhan yang tidak dirasakan adalah sulit mendengar dan terdengar suara mendenging. Kesimpulan intensitas suara di Tempat Karaoke Happy Puppy Purwokerto tidak melebihi NAB kebisingan untuk waktu kerja selama 8 jam dan pengunjung berkaraoke selama 1 jam. Upaya dalam mengurangi kebisingan perlu ditambah lagi peredam suara sehingga tidak terdengar suara dari dalam tempat pengunjung berkaraoke, pemeriksaan pendengaran untuk pekerjanya sehingga dapat meminimalisir risiko bahaya yang dapat terjadi pada diri pekerja. 
Daftar bacaan  : 28 (1991-2014)
Kata kunci        : Intensitas suara di tempat karaoke
Klasifikasi         : -
Full Text

KOHORT DENSITAS LARVA PADA FOGGING FOCUS DI DESA KEDUNGRANDU

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Muti’atun Cinta Muliani (mutiatuncinta4@gmail.com)
KOHORT DENSITAS LARVA PADA FOGGING FOCUS DI DESA KEDUNGRANDU KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI+109 halaman: tabel, gambar, lampiran

Salah satu upaya dalam menurunkan angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cara memutus mata rantai vektor. Fogging focus menggunakan insektisida dapat mengendalikan perkembangbiakan vektor. Fogging focus dilaksanakan dalam 2 siklus. Fogging pertama untuk membunuh nyamuk dewasa dan fogging kedua untuk membunuh larva dari fogging pertama yang sudah menjadi nyamuk dewasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas fogging focus yang ditinjau dari densitas larva di Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kohort yang dilakukan untuk mengetahui densitas larva 2 hari sebelum fogging ke-1, 3 hari setelah fogging ke-1, 3 hari setelah fogging ke-2, dan 6 hari setelah ke-2 dan analisisnya menggunakan uji statistik One-way ANOVA. Populasi yaitu rumah dengan radius 200 meter dari titik pengukuran yang dilakukan fogging focus. Variabel pengukuran meliputi suhu, kelembaban, dan pencahayaan. Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukkan (p0,005)<0 2="" 3="" 6="" ada="" analisis="" antara="" artinya="" dan="" dengan="" densitas="" ditolak="" fogging.="" fogging="" hari="" hasil="" ho="" hoc="" ke-1="" ke-1dan="" ke-2.="" ke-2="" kemudian="" lanjut="" larva="" menunjukkan="" p="" perbedaan="" post="" sebelum="" sesudah="" setelah="" setelahfogging="" signifikan="" statistik="" tidak="" uji="">dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efektifitas fogging focus efektif menurunkan densitas larva sampai dengan 3 hari setelah fogging ke-2. Kegiatan yang dapat memberantas larva secara efektif adalah PSN yang dilakukan secara berkala dan menjaga kebersihan rumah.Daftar baca  : 37 (1981-2016)Kata Kunci   :  Fogging focus, densitas larva  Klasifikasi     : -Full Text 

STUDI PERSONAL HYGIENE PENJAMAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak
Lutfi Bahtiyar Arif (lutfibahtiyararif90@gmail.com)
STUDI PERSONAL HYGIENE PENJAMAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 
XV+43 halaman: tabel, gambar, lampiran

Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan berubahnya makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Pencegahan kontaminasi makanan dapat dilakukan dengan upaya pengamanan makanan. Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan antara lain hygiene perorangan yang buruk,cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Kebersihan penjamah makanan merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran personal hygiene penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUD PROF. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Kabupaten Banyumas 
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian personal hygiene penjamah makanan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mengetahui gambaran personal hygiene penjamah makanan. Peneliti melakukan Observasi dan wawancara kepada responden dan mendeskripsikan personal hygiene penjamah makanan mulai dari penggunaan alat pelindung diri penjamah makanan, pengetahuan, sikap dan perilaku penjamah makanan, pelatihan penjamah makanan, pengawasan penjamah makanan, serta pemeriksaan kesehatan penjamah makanan. 
Hasil kualitatif yang diperoleh dari sampel 59 penjamah makanan menunjukan penggunaan alat pelindung diri “Baik” dengan nilai 96,6%, pengetahuan “Baik” dengan nilai 100%, sikap “Baik” dengan nilai 98,3%, perilaku kategori “Baik” dengan nilai 94,4%, pelatihan “Baik” dengan nilai 100%, pengawasan “Baik” dengan nilai 83,3%, pemeriksaan kesehatan “Baik” dengan nilai 100%. Kesimpulan bahwa personal hygiene penjamah makanan secara keseluruhan sudah baik karena semua komponen mendapat kategori “Baik” dengan nilai >76%. Tim pengawas lebih ketat lagi dalam mengawasi penjamah makanan, penjamah makanan meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya menggunakan alat pelindung diri. Keduanya harus saling bekerja sama demi kepentingan diri sendiri,rumah sakit dan konsumen. 

Daftar baca : 22 (1990-2014)
Kata Kunci : Personal hygiene, penjamah makanan
Klasifikasi   : -
Full Text

Senin, 07 November 2016

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA


  
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028 (P<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">0,05).  
Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri.

Daftar bacaan  : 10 (1981  2009)
Kata kunci  : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita 

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN


  
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028 (P<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">0,05). Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri.

Daftar bacaan  : 10 (1981  2009)
Kata kunci  : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita
Full Text

TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
 Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Intan Ektaviana (intanekta50@gmail.com)
TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO TAHUN 2016
XVI + 74 halaman: gambar, tabel, lampiran

Asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi sekelompok orang untuk sementara waktu yang terdiri atas sejumlah kamar dan biasanya dipimpin oleh seorang kepala asrama. Tujuan dari penelitian ini untuk  mengetahui kondisi sanitasi Asrama Sekolah Polisi Negara Purwokerto yang meliputi keadaan lingkungan dan bangunan, kepadatan siswa dalam satu barak, penyediaan air bersih, pengelolaan makanan dan minuman, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah, pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif. Subjek ini adalah tentang kondisi sanitasi asrama/barak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan pegukuran. Analisis data yang digunakan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi asrama/barak berasal
dari hasil penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh dari kondisi sanitasi asrama yaitu lingkungan asrama aman dan nyaman, kondisi bangunan sangat baik dan memenuhi persyaratan; kepadatan siswa masih belum memenuhi standart, jumlah barak yang tersedia masih terbatas sedangkan jumlah siswa melebihi batas ideal; penyediaan air bersih cukup baik, sumber air bersih berasal dari sumur gali dan pendistribusian pada setiap kamar mandi bejalan lancar; pengelolaan makan dan minuman sudah cukup baik, semuanya sudah dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah profesional; pengelolaan sampah sudah sangat baik, ada periodik pengosongan sampah pada tempat sampah yaitu pada 2x24 jam pagi dan sore hari; pembuangan air limbah kurang baik, semua  pembuangan air limbah disalurkan menuju kolam dengan begitu kolam tersebut akan tercemar; pengendalian vektor dan binatang pengganggu cukup baik, pengendalian dilakukan dengan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga tidak mencemari sanitasi lingkungan. Kesimpulan dari penelitian yang telah  dilakukan adalah kondisi sanitasi asrama/barak sudah cukup baik dan termasuk kategori memenuhi syarat, penilaian diambil dari penggabungan hasil checklis, kuesioner dan observasi langsung. Untuk saran, sebaiknya pihak sekolah menambah lagi bangunan barak sehingga jumlah siswa dengan jumlah barak seimbang, diadakannya pembuatan resapan untuk saluran pembuangan air limbah sehingga pencemaran lingkungan berkurang.

Daftar bacaan : 18 (1990-2016)
Kata kunci      : sanitasi asrama
Klasifikasi       : -
Full Text

TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
 Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Intan Ektaviana (intanekta50@gmail.com)
TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO TAHUN 2016
XVI + 74 halaman: gambar, tabel, lampiran

Asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi sekelompok orang untuk sementara waktu yang terdiri atas sejumlah kamar dan biasanya dipimpin oleh seorang kepala asrama. Tujuan dari penelitian ini untuk  mengetahui kondisi sanitasi Asrama Sekolah Polisi Negara Purwokerto yang meliputi keadaan lingkungan dan bangunan, kepadatan siswa dalam satu barak, penyediaan air bersih, pengelolaan makanan dan minuman, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah, pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif. Subjek ini adalah tentang kondisi sanitasi asrama/barak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan pegukuran. Analisis data yang digunakan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi asrama/barak berasal
dari hasil penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh dari kondisi sanitasi asrama yaitu lingkungan asrama aman dan nyaman, kondisi bangunan sangat baik dan memenuhi persyaratan; kepadatan siswa masih belum memenuhi standart, jumlah barak yang tersedia masih terbatas sedangkan jumlah siswa melebihi batas ideal; penyediaan air bersih cukup baik, sumber air bersih berasal dari sumur gali dan pendistribusian pada setiap kamar mandi bejalan lancar; pengelolaan makan dan minuman sudah cukup baik, semuanya sudah dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah profesional; pengelolaan sampah sudah sangat baik, ada periodik pengosongan sampah pada tempat sampah yaitu pada 2x24 jam pagi dan sore hari; pembuangan air limbah kurang baik, semua  pembuangan air limbah disalurkan menuju kolam dengan begitu kolam tersebut akan tercemar; pengendalian vektor dan binatang pengganggu cukup baik, pengendalian dilakukan dengan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga tidak mencemari sanitasi lingkungan. Kesimpulan dari penelitian yang telah  dilakukan adalah kondisi sanitasi asrama/barak sudah cukup baik dan termasuk kategori memenuhi syarat, penilaian diambil dari penggabungan hasil checklis, kuesioner dan observasi langsung. Untuk saran, sebaiknya pihak sekolah menambah lagi bangunan barak sehingga jumlah siswa dengan jumlah barak seimbang, diadakannya pembuatan resapan untuk saluran pembuangan air limbah sehingga pencemaran lingkungan berkurang.

Daftar bacaan : 18 (1990-2016)
Kata kunci      : sanitasi asrama
Klasifikasi       : -
Full Text

Minggu, 06 November 2016

STUDI KUALITAS RADIOAKTIF AIR SUMUR BOR DALAM DI KABUPATEN BANYUMAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Dioloma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak
Putri Sekarini (putrisekar48@gmail.com)
STUDI KUALITAS RADIOAKTIF AIR SUMUR BOR DALAM DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XIV+ 87 halaman : gambar, tabel, lampiran

Sumur bor dalam berpotensi mengandung zat radioaktif. Selama inipemeriksaan kualitas air bersih yang telah dilakukan meliputi kualitas fisik,kualitas kimia dan kualitas mikrobiologi, sedangkan kualitas radioaktif masihjarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas radioaktif air sumur bor dalam pada 3 desa di Kabupaten Banyumas tahun 2016, yaitu Desa Cikakak, Desa Langgongsari dan Desa Pengadegan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Data diolah secara deskriptif dengan analisis tabel untuk menggambarkan kondisi kualitas radioaktif air sumur bor dalam. Hasil pemeriksaan menunjukkan kualitas radioaktif ketiga sumur bor dalam adalah α = 0 Bq/l (<2 0="" bq="" br="" cpm="" dan="" geiger="" l="">muller standar tidak dapat mendeteksi zat radioaktif dalam jumlah kecil sehingga dilakukan penelitian lanjutan dengan Pencacah Geiger Muller. Apabila dibandingkan dengan Permenkes RI no. 416/Menkes/per/XI/1990 tentang Syarat – Syarat Pengawasan Kualitas Air Bersih , zat radioaktif masih di bawah standar kualitas air bersih dan memenuhi syarat kesehatan. Sehingga air sumur bor aman dan tidak membahayakan apabila digunakan Daftar Bacaan : 24 (1983 – 2014) Kata Kunci     : Kualitas Radioaktif, Sumur Bor Dalam Klasifikasi       : - Full Text

STUDI SANITASI GOR GOENTOER DARJONO KABUPATEN PURBALINGGA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Yoga Prasetyo
STUDI SANITASI GOR GOENTOER DARJONO KABUPATEN PURBALINGGATAHUN 2016
xv+87 halaman : tabel, gambar, lampiran

Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat-tempat umum dan GOR sebagai sarana bangunan  umum perlu mendapat pengawasan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetuhi sanitasi  bagian luar dan bagian dalam, fasilitas sanitasi, parameter udara secara fisik di mess atlit GOR, kualitas air bersih secara mikrobiologi di GOR Goentoer darjono. Jenis penelitian adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran keadaan sanitasi GOR Goentoer Darjono Purbalingga. Cara pengumpulan data dengan yang dilakukan adalah wawancara dengan pengelola dan karyawan GOR, observasi langsung pada obyek yang diteliti serta dilakukan pengukuran, meliputi sanitasi luar gedung dan dalam gedung, fasilitas  sanitasi, pengukuran pencahayaan, suhu dan kelembaban di mess atlet GOR Goentoer Darjono Purbalingga serta pemeriksaan air secara mikrobiologis 
Hasil pemeriksaan secara keseluruhan untuk sanitasi GOR sudah memenuhi syarat meliputi persyaratan bagian luar GOR mendapat rata – rata 84.84 % katagori baik. dan bagian dalam gedung untuk konstruksi GOR mendapat rata – rata 94.73 % katagori baik dan ruang bangunan mendapat rata – rata 67.74 %  katagori cukup baik, dan fasilitas sanitasi mendapat rata – rata 68.75 katagori cukup baik. Parameter fisik udara di mess tuan rumah yaitu 63.4 lux, 280c dan 69%,dan untuk tamu yaitu 75.9 lux, 26 0C dan 62% kelembaban maka sudah memenuhi syarat. Kualitas air bersih secara mikrobiologis di GOR yaitu di kamar mandi karyawan 27 MPN/100ml, kamar mandi ruang ganti 49 MPN/100 ml dan kamar mandi masjid 9 MPN/100ml dengan standart 50 MPN/100ml non perpiaan maka sudah memenuhi syarat. Penilaian  keseluruhan sanitasi luar, dalam, dan fasilitas sanitasi mendapat prosentase 79.57 % dalam kategori baik. Komponen sanitasi yang belum memenuhi syarat antara lain meliputi halaman, loket, toilet umum, urinoir, jamban, sistem pencegahan vektor dan binatang pengganggu dan gudang. Penulis menyarankan untuk  kebersihan di setiap ruangan di tingkatkan lagi seperti kamar mandi, toilet, urinoir dan ruangan yang lainnya, tahap akhir pengelolaan sampah perlu di perbaiki, hindari pemusnahan sampah dengan cara di bakar karena dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan gangguan kesehatan.

Dafta bacaan  :16 (1978 - 2014)
Kata kunci      : Sanitasi, Gelanggang Olahraga
Klasifikasi       :
Full Text

HUBUNGAN JUMLAH PENGUNJUNG DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR KOLAM RENANG DI DREAM LAND

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Uli Amrina Hidayah (uliamrina40@yahoo.co.id)
HUBUNGAN JUMLAH PENGUNJUNG DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR KOLAM RENANG DI DREAM LAND AJIBARANG TAHUN 2016
xv + 74 halaman: gambar, tabel, lampiran

Kolam renang adalah suatu usaha umum yang menyediakan tempat untuk berenang, berekreasi serta jasa pelayanan lainnya menggunakan air bersih yang telah diolah. Permenkes No. 061/Menkes/Per/I/1991, menyatakan bahwa syarat air kolam renang meliputi syarat fisik, kimia dan mikrobiologis. Kolam renang Dream Land Ajibarang, Kabupaten Banyumas berlokasi di Jalan raya Pancasan, Ajibarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah pengunjung dengan kualitas mikrobiologi air kolam renang di Dream Land Ajibarang, Kabupaten Banyumas.  
Metode yang digunakan adalah Observasional dengan pendekatan crossectional yang dimaksudkan untuk menghitung jumlah pengunjung dan mengukur kualitas mikrobiologi air kolam renang. Pengambilan sampel dilakukan 6 kali dengan waktu pengambilan 3 hari. Pengambilan sampel air dilakukan 3 hari sebelum dan sesudah kolam digunakan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemeriksaan angka kuman air yang dilakukan pada hari Senin adalah 43 koloni/ml air dengan jumlah pengunjung 0 atau tidak terdapat pengunjung. Pada hari kamis adalah 343 koloni/ml air dengan jumlah pengunjung sebanyak 2 orang dan pada hari Minggu adalah 42.711  koloni/ml air dengan jumlah pengunjung sebanyak 5 orang. Air kolam renang di Dream Land Ajibarang pada hari Senin memenuhi syarat sedangkan pada hari kamis dan minggu tidak memenuhi syarat.  Hasil perhitungan hubungan jumlah pengunjung dengan kualitas mikrobiologi air kolam renang di Dream Land Ajibarang menggunakan uji pearson product moment hasilnya adalah nilai p = 0,256 (p>0,05) atau Ho diterima. Sedangkan nilai r atau pearson correlation = 0,920 (kategori hubungan kuat) atau ada hubungan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jumlah pengunjung dengan kualitas mikrobiologi air kolam renang di Dream Land Ajibarang tetapi tidak signifikan atau bermakna. Penelitian ini menyarankan melakukan tindakan desinfeksi dengan cara pemberian kaporit pada air kolam renang secara rutin dan pembuatan bak cuci kaki agar kualitas air kolam renang memenuhi syarat kesehatan dan dapat mencegah mencegah penyakit yang ditimbulkan karena kualitas air kolam renang yang tidak memenuhi syarat.

Daftar bacaan : 13 (1990-2015)
Kata kunci      : Kualitas Air Kolam Renang, Jumlah Pengunjung
Klasifikasi       : -
Full Tex

SANITASI RUMAH KOS DAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Riza Bintang Pamungkas (rizabintangpamungkas@ymail.com)
STUDI SANITASI RUMAH KOS DAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) PADA  PENGHUNI KOS DI KELURAHAN KARANGWANGKAL KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI + 91 halaman : Gambar, tabel, lampiran.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup bersih sehat bagi setiap orang agar menciptakan kesajahteraan yang optimal. Rumah sehat merupakan salah satu
sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh sanitasi perumahan. Tujuan penelitian Mengetahui keadaan sanitasi rumah kost dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) penghuni kost di Kelurahan Karangwangkal Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten  Banyumas.  
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan analisis deskriptif untuk memperoleh  gambaran tentang sanitasi rumah kos dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) penghuni kos, sampel yang diambil 26 rumah kos dari jenis 10 paviliun kos dan 16 induk kos, beserta penghuninya sebanyak 213 orang. Dan dibandingkan data hasil survey dengan standar yang sesuai peraturan kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999, tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Hasil wawancara,observasi dan pengukuran  menggunakan kuesioner,checklist, dan alat ukur, hasil secara umum sanitasi rumah kos memenuhi syarat dengan rata-rata hasil penilaian 95,75%, dan untuk penilaian Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) memenuhi syarat dengan prosentase 97,12%. Pemilik kos melakukan pengecekan secara berkala pada bangunan
kos,mengganti barang yang sudah tidak layak terpakai atau dapat membahayakan penghuni kos, dan memperbaiki bangunan kos yang sekiranya sudah lama termakan usia. Perlu adanya upaya untuk  memperbaiki fasilitasfailitas kost/kamar yang kurang memenuhi syarat agar dapat menambah kenyamanan penghuni kos. Untuk penghuni kos mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemilik kos atau rt/rw setempat dan menjaga hunian atau prabotan kos layaknya kepunyaan sendiri. dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Daftar bacaan : 20 (1992-2016)
Kata kunci      : PHBS, sanitasi, rumah kos
Klasifkasi        :
Full Text

DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA BAGIAN PRODUKSI PT. MUARA KAYU SENGON

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Iqbal Budi Santosa (Iqbalbudisantosa13@gmail.com)
DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA BAGIAN PRODUKSI PT. MUARA KAYU SENGON BANYUMAS TAHUN 2016

Kebisingan diartikan sebagai terjadinya bunyi yang tidak bisa dikehendaki sehingga menggangu atau  membahayakan kesehatan. PT. Muara Kayu Sengon merupakan industri penghasil kayu lapis yang berlokasi di jalan Margasana Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Proses produksi menggunakan  mesin-mesin dan peralatan yang menghasilkan intensitas suara yang tinggi, yang mana dapat menyebabkan gangguan pekerjaan yang berupa gangguan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menghitung intensitas suara pada shift pagi dan shift malam, parameter fisik (suhu dan kelembaban), membandingkan hasil rata-rata intensitas suara pada shift pagi dan shift malam dengan regulasi yang berlaku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan analisis tabel dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/ MEN/ X/ 2011 untuk melihat gambaran umum intensitas suara di bagian produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas Tahun 2016.
Hasil Pengukuran Intensitas suara pada ruang produksi untuk shift pagi intensitas suara tertinggi yaitu di titik 8 (86,40 dBA) dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 4 (73,72 dBA), hasil pengukuran tertinggi pada shift malam yaitu titik 10 (92,00 dBA), dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 9 (76,43 dBA) . Disimpulkan hasil Intensitas suara pada ruang produksi untuk shift pagi intensitas suara tertinggi yaitu di titik 8 (86,40 dBA) pengukuran pada mesin winjer joint dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 4 (73,72 dBA) pengukuran pada mesin finishing, hasil pengukuran tertinggi pada shift malam yaitu titik 10 (92,00 dBA) pengukuran pada mesin jumping croscut dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 9 (76,43 dBA) pengukuran pada mesin winjer joint. Disarankan PT. Mara Kayu Sengon Banyumas hendaknya menyediakan APD bagi pekerja berupa ear plug, serta perusahaan mengadakan penyuluhan kepada pekerja tentang kegunaan dan manfaat APD.
Daftar Bacaan :16 (2002 - 2015)
Kata Kunci     : Intensitas Suara, Pabrik Kayu
Klasifikasi       :
Full Text

STUDI ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

ABSTRAK
Handika Rizki Nugraha (handikarizkinugraha25@gmail.com)
STUDI ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2016
xiv + 62 Halaman : gambar, tabel, lampiran

Pasien bedah merupakan pasien yang mempunyai resiko tinggi terjadi infeksi. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Berdasarkan Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004 batas maksimum angka kuman udara pada ruang operasi adalah 10 CFU/m3. Data hasil pengukuran pada tanggal 4 juli 2015 yang dilakukan oleh rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto menunjukan bahwa angka kuman udara ruang operasi masih belum memenuhi syarat yaitu dengan rata - rata 130 CFU/m3 (>10 CFU/m3). Ruang operasi perlu pengendalian yang baik yaitu dengan cara desinfeksi ruangan dan menjaga kebersihan ruangan. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jumlah angka kuman udara di ruang operasi rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel ruangan yang di ambil yaitu 2 ruangan operasi. Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan dan perhitungan koloni kuman, wawancara dan observasi. Suhu rata-rata pada Ok 1 yaitu 23,40C dan pada Ok 2 yaitu 24,40C. Kelembaban rata- rata pada Ok 1 yaitu 65,2% dan pada Ok 2 yaitu 77,8%. Pencahayaan ruangan pada Ok1 yaitu 152 dan pada Ok 2 yaitu 104, sedangkan pencahayaan meja operasi pada Ok 1 yaitu 1118 Lux dan pada Ok 2 yaitu 839 Lux. Rata – rata angka kuman pada ruang operasi 1 yaitu 4,886.6 CFU/m3,dan pada ruang operasi 2 yaitu 148,683.4 CFU/m3. Jadi setelah dilakukan pemeriksaan angka kuman di ruang OK 1 dan OK 2 belum memenuhi persyaratan angka kuman udara menurut standar angka kuman udara ruang operasi Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004. Saran untuk rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto Perlunya pengambilan angka kuman udara secara rutin, dan menambahkan jenis alat untuk mendesinfeksi yaitu dengan sinar UV.

Daftar Bacaan : 6 ( 1990-2012 )
Kata kunci       : Rumah Sakit, Ruang Operasi, Kuman Udara
Klasifikasi        : -
Full Text

SANITASI MAKANAN DI PABRIK MIE “TJAP TIGA ANAK” DESA WLAHAR KULON KECAMATAN PATIKRAJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Fitri Permanasari (fitripermana79@gmail.com)
HYGIENE SANITASI MAKANAN DI PABRIK MIE “TJAP TIGA ANAK” DESA WLAHAR KULON KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI+57 halaman: tabel, gambar, lampiran

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan. Makanan selain  mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk berkembang biak mikroba. Salah satu upaya untuk  meningkatkan kualitas makanan adalah dengan cara pengawasan hygiene sanitasi makanan yang mencakup enam prinsip seperti pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,  pengangkutan, penyimpanan, dan penyajian makanan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan enam prinsip hygiene sanitasi makanan, untuk mendeskripsikan kualitas mie secara organoleptik, mengukur kandungan boraks, mengukur kualitas mie secara mikrobiologi dengan cara pemeriksaan angka lempeng total. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang Hygiene Sanitasi Makanan di Pabrik Mie Tjap Tiga Anak menggunakan cheklist.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan enam prinsip hygiene sanitasi makanan di pabrik mie cukup baik dengan prosentase 58%, kualitas mie secara organoleptik sudah baik, hasil pengukuran  kandungan boraks diperoleh hasil bahwa mie kering tidak mengandung boraks, kemudian hasil pemeriksaan angka lempeng total masih di bawah batas maksimum cemaran mikroba pada makanan sesuai Peraturan Kepala Badan POM RI NO HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009. Kesimpulan hygiene sanitasi makanan di pabrik mie belum memenuhi syarat, yang tidak memenuhi syarat, antara lain : tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan dari segi bangunan memerlukan perbaikan, kemudian penjamah makanan tidak berperilaku baik, serta pengangkutan makanan Pengelola pabrik disarankan menambah gudang untuk tempat penyimpanan makanan, membuat ventilasi di ruang produksi, menyediakan alat pelindung diri untuk
penjamah makanan, pengangkutan dan penjemuran dijauhkan dari tempat berdebu, petugas kesehatan  melakukan pengawasan dan inspeksi sanitasi secara rutin enam bulan sekali.

Daftar baca   : 15 (1989-2014)
Kata Kunci   : Hygiene Sanitasi Makanan Pabrik Mie
Klasifikasi     : -
Full Text

KADAR DEBU PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KAYU LAPIS PT. MUARA KAYU SENGON

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Dipta Hastantoro (hastantoro@gmail.com)
STUDI DESKRIPTIF KADAR DEBU PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KAYU LAPIS PT.  MUARA KAYU SENGON DESA KARANGANYAR KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan sususan (komposisi) udara dari keadaan normalnya seperti debu. PT. Muara Kayu Sengon merupakan penghasil kayu lapis dan berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa partikel debu kayu di dalam ruangan saat karyawaan bekerja sehingga mengakibatkan lingkungan menjadi tercemar oleh partikel debu kayu, sehingga kualitas udara menjadi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar debu di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon.  
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional untuk mendapatkan gambaran tentang kadar debu total di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas tahun 2016. Pengukuran kadar debu total dilakukan pada 10 titik di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas dengan hasil pengukuran rata-rata adalah 20,5824 mg/m3, hasil tertinggi di titik 8(H) sebesar 37,632 mg/m3 dan terendah di titik 3(C) sebesar 10,08 mg/m3. Standar yang digunakan adalah Permenakertrans No. 13/Men/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisik dan faktor kimia di tempat kerja adalah 5 mg/m3 dengan kadar tertinggi diperkenankan 10 mg/m3. Rata-rata pengukuran suhu 35,20C dengan persyaratan 18-300C, kelembaban 75,2% dengan persyaratan 65-95%, laju ventilasi 0,1 m/s dengan persyaratan 0,15-0,25 m/s dan arah angin menunjukkan ke arah selatan. Standar yang digunakan adalah Kepmenkes NO. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan perkantoran dan industri. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan hasil rata-rata kadar debu total di ruang produksi melebihi NAB yaitu 20,5824 mg/m3, suhu melebihi standar yaitu 35,20C, laju ventilasi tidak memenuhi standar yaitu 0,1 m/s. Ruang produksi sebaiknya dilengkapi dengan rekayasa alat untuk mengurangi paparan debu.

Daftar bacaan : 11 (1982-2015)
Kata kunci      : Kadar debu,Kayu
Klasifikasi       : -
Full Text

PENAMBAHAN TAMENG PADA PALU TERHADAP PENGURANGAN RISIKO PEKERJA PENAMBANGAN EMAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Abstrak
Mimma Nur Fatiha (mimmanfatiha@gmail.com)
PENGARUH PENAMBAHAN TAMENG PADA PALU TERHADAP PENGURANGAN RISIKO PEKERJA PENAMBANGAN EMAS DI DESA PANINGKABAN KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI + 63 halaman: gambar, tabel, lampiran

Pekerja fisik yang bekerja di lingkungan tidak formal seperti pekerja pemecah batu memiliki potensi yang besar untuk memperoleh celaka, hal ini disebabkan karena aktivitas dilakukan dengan peralatan seadanya, tanpa dilengkapi dengan alat pelindung diri dengan tuntutan produksi maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan palu yang dapat mengatasi resiko celaka serta memberi rasa aman dan nyaman bagi pekerja untuk beraktifitas.  
Metode penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen. Penelitian dilakukan pada 14 pekerja pengolahan emas dibawah koordinasi Bapak Bambang Priyono di Desa paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pengukuran dan perhitungan.  
Hasil dari penelitian dengan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai Th > Tt (23 > 21) yang artinya ada pengaruh penambahan tameng palu terhadap pengurangan risiko kecelakaan kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh penambahan tameng palu terhadap penurunan risiko kecelakaan kerja. Sebaiknya pekerja pemecah batu menggunakan palu yang diberi tameng.

Daftar bacaan : 17 (1989 – 2015)
Kata kunci      : Tameng Palu
Klasifikasi       : -
Full text

Kamis, 03 November 2016

KEEFEKTIFAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Abstrak
Susweni (susweni27@yahoo.co.id)
KEEFEKTIFAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti
XV + 59 Halaman: gambar, tabel, lampiran

Penyakit Demam Berdarah Dengue salah satu penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah. Salah satu upaya yang penting adalah memutus rantai penularan, yaitu dengan menggunakan insektisida. Pengendalian vector DBD umumnya menggunakan insektisida kimia yang berdampak negative terhadap lingkungan. Daun pepaya merupakan insektisida alami karena mengandung banyak senyawa tanin, alkaloid dan papain yang dapat digunakan untuk membunuh larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian ini adalah menghitung kematian larva Aedes aegypti pada konsentrasi 1%, 5% dan 10% ekstrak daun pepaya (Carica papaya), mengetahui konsentrasi yang paling efektif untuk mematikan larva Aedes aegypti, dan mendeskripsikan perbedaan kematian larva Aedes aegypti pada penggunaan berbagai konsentrasi ekstrak daun pepaya.
Metode penelitian ini adalah quasi exsperiment dengan rancangan static group comparation untuk menghitung kematian larva Aedes aegypti pada konsentrasi 1%, 5% dan 10% ekstrak daun pepaya. konsentrasi tersebut dimasukkan kedalam enamel berukuran 200 ml yang masing-masing berisi 25 ekor larva Aedes aegypti, diamati selama 1x24 jam. Penelitian dilakukan dalam tiga kali replikasi, dan data analisis menggunakan Anova (Analysis of Variance).
Hasil penelitian ekstrak daun pepaya (Carica papaya) mempunyai signifikansi 0.001 (Konsentrasi ekstrak daun pepaya yang paling efektif membunuh larva Aedes aegypti yaitu 10%. Bagi peneliti lain untuk mengurangi kepekatan pada ekstrak daun pepaya dapat dilakukan dengan cara filtrasi sehingga dapat memudahkan dalam pengamatan.

Daftar bacaan : 12 (1995-2015)
Kata kunci      : larva Aedes aegypti, ekstrak daun papaya
Klasifikasi       : -
Full Text

KADAR DEBU PLTU KARANGKANDRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI DESA KARANGKANDRI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak 
Ratna Rahmasari (ratnayuna08@gmail.com)
HUBUNGAN KADAR DEBU PLTU KARANGKANDRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI DESA KARANGKANDRI, KECAMATAN KESUGIHAN, KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016 
XVI + 76 halaman: tabel, gambar, lampiran 

Salah satu dampak negatif dari kegiatan industri adalah pencemaran udara. PLTU merupakan industri yang menimbulkan pencemaran udara berupa debu, apabila debu masuk ke saluran pernafasan dapat menyebabkan penyakit ISPA. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kadar debu PLTU Karangkandri dengan kejadian penyakit ISPA di Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Jenis penelitian adalah analitik dengan metode cross sectional. Variabel bebas penelitian yaitu kadar debu PLTU Karangkandri, variabel terikatnya kejadian penyakit ISPA, dan variabel pengganggu meliputi arah angin, kecepatan angin, suhu, kelembaban, curah hujan & kebiasaan merokok anggota keluarga. Data diperoleh dari pengukuran debu menggunakan EPAM 5000 & pemeriksaan ISPA pada responden yang telah didapatkan dari data Puskesmas Kesugihan II, Kabupaten Cilacap. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar dari Permenkes RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah yaitu ≤ 70 µg/m3 dalam 24 jam. Data dianalisis menggunakan program SPSS dengan uji Chi-Square (x2 ). Penelitian diperoleh 4 responden yang kadar debu rumahnya melebihi standar, yaitu 572 µg/m3 , 1011 µg/m3 , 2019 µg/m3 , 71 µg/m3 . Responden yang mengalami ISPA sebanyak 33,33%, arah angin dari selatan menuju arah utara, curah hujan sebesar 342 mm, rata-rata kecepatan angin dalam ruang sebesar 0,1 m/s, rata-rata suhu ruang 32,5ºC, rata-rata kelembaban 81% & sebanyak 68,75% responden memiliki anggota keluarga merokok. Menurut uji statistik menggunakan uji Chi Square (x2 ) diperoleh hasil bahwa ada 2 sel yang nilai harapan <5 1.="" 20="" b="" digunakan="" ekspektasi="" exact="" fisher="" maka="" melebihi="" nilai="" pada="" yaitu="" yang="">Disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan kadar debu PLTU Karangkandri dengan kejadian penyakti ISPA di Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Disarankan kepada PLTU untuk melakukan pemantauan debu minimal 2 kali dalam setahun, yaitu musim kemarau dan musin hujan & disarankan kepada masyarakat agar pada ventilasi rumah dipasang kawat kasa untuk memininalisir debu masuk ke rumah.

Daftar bacaan : 13 (1994-2014)
Kata kunci      : Debu PLTU, Penyakit ISPA
Klasifikasi       :
Full Text

Senin, 31 Oktober 2016

KADAR TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomea aquatic Forsk) DI SISI JALAN RAYA PURBAYASA KABUPATEN PURBALINGGA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Yuke Anggi Saptika (yukeanggie@gmail.com)
STUDI KADAR TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomea aquatic Forsk) DI SISI JALAN RAYA PURBAYASA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016
XIV + 68 halaman : gambar, tabel, lampiran

Pb merupakan salah satu zat pencemar udara yang berasal dari sisa pembakaran kendaraan bermotor. Jumlah Pb yang ada di udara dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya antara lain sayuran yang ditanam di pinggir jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada tanaman kangkung, kepadatan kendaraan bermotor, kondisi lingkungan di sekitar lokasi penanaman kangkung dan pengelolaan tanaman kangkung di Sisi Jalan Raya Purbayasa Kabupaten Purbalingga tahun 2016.
Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kadar timbal (Pb) pada tanaman kangkung, kepadatan kendaraan bermotor, kondisi lingkungan di sekitar lokasi penanaman kangkung dan pengelolaan tanaman kangkung di Sisi Jalan Raya Purbayasa Kabupaten Purbalingga tahun 2016.
Hasil rata – rata yang diperoleh dari penelitian pada titik pertama yaitu sebesar 0,053 mg/kg bb dan titik kedua (KM 3) sebesar 0,032 mg/kg bb masih brada di bawah nilai ambang batas SNI 7387:2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat berat pada pangan yaitu 0,5 mg/kg. Kepadatan kendaraan di sekitar tempat tersebut yaitu arus stabil untuk sepeda motor dan bebas untuk mobil. Kondisi lingkungan termasuk berhawa sedang dan pengelolaan tanaman kangkung pada titik pertama menggunakan pestisida.
Kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah kangkung yang ditanam di pinggir Jalan Raya Purbayasa sudah terpapar dengan timbal (Pb) tetapi masih dibawah nilai ambang batas dan masih aman untuk dikonsumsi. Untuk para petani sebaiknya kurangi penggunaan pestisida, sebelum dimasak diicuci terlebih dahulu dibawah air mengalir, melakukan penghijauan lingkungan dengan penanaman pohon perindang di sepanjang jalan.

Daftar bacaan : 21 (1985 – 2014)
Kata kunci     : Timbal, Tanaman Kangkung, dipinggir jalan
Klasifikasi      :
Full text

KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG BOTOL BERKRAN YANG DIJUALPADA WARUNG

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah Juli 2016

ABSTRAK
Wiyatri Sulharini Rahayu (wiyatri_rahayu@yahoo.com)
KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG BOTOL BERKRAN YANG DIJUALPADA WARUNG DI KECAMATAN BATURADEN TAHUN 2016
xv+59 halaman, gambar, tabel,lampiran

Depot air minum isi ulang (DAMIU) merupakan tempat penyediaan air minum isi ulang yang di manfaatkan untuk keperluan masyrakat, . DAMIU adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen Kualitas air minum banyak yang belum memenuhi standar kesehatan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/MENKES/PER/2010 tentang syarat kualitas air minum. Apabila proses pengolahan air minum isi ulang kurang memenuhi persysratan kesehatan maka akan berdampak pada kesehatan konsumen. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pengolahan dan mengetahui kualitas bakteriologis Coliform pada air minum DAMIU yang dijual pada warung di Kecamatan Baturaden.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif,yaitu untuk mengetahui kualitas bakteri coliform pada air minum DAMIU yang dijual pada warung di kecamatan Baturaden dengan jumlah populasi lima dan sampel lima. Terdapat lima DAMIU yang menjadi sampel air bakunya bersumber dari PDAM. Dari jenis pengolahannya terdapat satu DAMIU yang menggunakan sistem Reservoir Osmosis dan empat DAMIU menggunakan sistern Ultra Violet. Hasil pemeriksaan laboratorium didapat tiga DAMIU yaitu B,C,D kualitas bakteriologisnya telah memenuhi syarat yaitu 0 per 100ml sampel,dua DAMIU kualitas bakteriologisnya belum memenuhi syarat yaitu DAMIU A 23 per 100 ml sampel dan DAMIU E 2 per 100 ml sampel. Berdasarkan hasil yang telah didapat peneliti menyimpulkan lima sampel yang air bakunya bersumber dari PDAM, tiga DAMIU memenuhi persyaratan kesehatan dan dua DAMIU belum memenuhi syarat. Maka dari itu sesuai dengan PERMENKES nomor 43 tahun 2014 perlu adanya peningkatan pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan kepada pengusaha tentang kegiatan pengolahan air minum pada DAMIU supaya perlindungan terhadap kesehatan konsumen air minum isi ulang botol berkran yang dijual pada warung lebih terjamin.

Daftar bacaan :16 (1984-2014)
Kata kunci     : Coliform, DAMIU , Air minum
Klasifikasi      : -
Full text

HUBUNGAN ANTARA KONSTRUKSI DENGAN KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM AIR SUMUR GALI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Ulfatuzzahroh ( ulfazahroh@gmail.com )
HUBUNGAN ANTARA KONSTRUKSI DENGAN KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM AIR SUMUR GALI DI DESA PANGEBATAN KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVIII + 89 halaman: gambar, tabel, lampiran

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara konstruksi dengan kandungan bakteri Coliform air sumur gali di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.
Metoda penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan Cross Sectional dan dilakukan analisis laboratorium dari aspek konstruksi sumur. Populasi penelitian adalah seluruh sumur gali dijadikan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat yaitu sebanyak 168 SGL. Sampel penelitian ini yaitu sebanyak 34 SGL dengan metode cluster random sampling.
Hasil pemeriksaan laboratorium diketahui kandungan bakteriologi air sumur gali di desa Pangebatan yaitu 34 sampel air sumur gali yang diperiksa tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan ketentuan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konstruksi sumur gali baik itu dari dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur maupun SPAL dengan kandungan bakteri Coliform air sumur gali di desa pangebatan kecamatan karanglewas tahun 2016 dimana hasil uji chi square menunjukkan nilai X2 = 9826 (nilai X2 > 0,05). Dari hasil tersebut diperkuat dengan uji keeratan hubungan keeratan hubungan (Contingency Coefficient) diperoleh nilai C = 0,998 (nilai C>0,5) yang berarti terdapat keterkaitan yang cukup kuat antara variabel.
Saran yang diberikan antara lain melakukan perbaikan konstruksi sumur gali yang belum memenuhi syarat serta menjaga dan memelihara konstruksi sumur yang sudah baik, memberikan penyuluhan tentang syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat dan melakukan identifikasi masalah penyebab penyakit diare selain dari faktor air sumur gali.

Daftar bacaan  : 21 (1984 – 2014)
Kata kunci       : Konstruksi Sumur Gali, Bakteri Coliform
Klasifikasi        : -
Full Text

BIONOMIK NYAMUK Anopheles SppDI WILAYAH KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Abstrak
Ulfah Kusuma Wardhani (ulfahkusumawardhani@yahoo.com)
DESKRIPSI BIONOMIK NYAMUK Anopheles SppDI WILAYAH KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016
xvii + 92 halaman: gambar, tabel, lampiran

Kondisi Desa Cibenda yang berada di dataran rendah dan berbatasan langsung dengan pantai yang menjadi muara sungai dan perairan Samudera Indonesia memungkinkan nyamuk Anopheles Spp untuk berkembangbiak, karakteristik umum habitat yang ditemukan adalah berupa rawa-rawa, kolam bekas tambak udang, lahan pertanian atau persawahan yang mendominasi juga habitat ideal bagi beberapa nyamuk Anopheles lain. Tujuan penelitian ini ialah Mendeskripsikanbionomik nyamuk Anopheles Sppdi wilayah Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran tahun 2016.
Metode penelitian menggunakan metodeobservasional dengan menggambarkan atau mengamati bionomik nyamuk Anopheles Spp di wilayah Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan pengamatan nyamukyang dilakukan mulai pukul 18.00-24.00 WIB dengan metode penangkapan nyamuk hinggap HLC (Human landing Collection) di dalam dan di luar rumah oleh 6 orang kolektor. Penangkapan dilakukan selama 40 menit, dilanjutkan dengan penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding dalam rumah dan di sekitar kandang ternak (kerbau atau sapi) selama 10 menit.
Hasil penelitian mengenai deskripsi bionomik nyamuk Anopheles Spp di wilayah Kecamatan Parigi yaitu di temukan 3 spesies nyamuk diantaranya An.vagus, An.barbirostris dan An.subpictus. Setiap habitat didominasi oleh kolam bekas tambak udang, muara sungai, persawahan tadah hujan, yang kondisinya sangat ideal untuk tempat perindukan.
Menurut penelitian dapat disimpulkanbahwakarakteristik lingkungan Desa Cibenda Kecamatan Parigi merupakan habitat yang ideal bagi perkembangbiakan Anopheles Sppdan fauna yang ditemukan diantaranya An.vagus 42 ekor (85,7%), An.barbirostris 6 ekor (12,3%) dan An.subpictus 1 ekor (2%). Oleh sebab itu disarankan bagi pemerintah hendaknya lebih meningkatkan kewaspadaan dini dan program kesehatan dalam mengendalikan penyakit malaria baik melalui penyuluhan kepada masyarakat maupun pengelola lingkungan yang dapat menjadi tempat perkembangan vektor malaria.

Daftar Bacaan : 32 (1979 – 2015)
Kata Kunci     : Nyamuk Anopheles Spp, Malaria
Klasifikasi       : -
Full Text

KANDUNGAN FORMALIN PADA KIKIL DI PASAR WAGE KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program DIII Kesehetan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Silvi Ardini (ardini_silvi@ymail.com)
STUDI KANDUNGAN FORMALIN PADA KIKIL DI PASAR WAGE KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS.
XVI + 64 halaman :gambar, table, lampiran.

Penyalahgunaan formalin dalam proses pengawetan makanan masih ditemukan dalam produk makanan. Balai besar Pom di Jakarta bersama Polres Metro Jakarta Barat pada tanggal 11 Maret 2016 menemukan 6 home industry kikil di daerah Kalideres Jakarta Barat menggunakan formalin pada proses pengelolahan kikil. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan menyatakan bahwa formalin bahan yang dilarang digunakan untuk makanan. Tujuan peneliti untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin padakikil di Pasar Wage Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Metode penelitian ini deskriptif dengan menggambarkan ada tidaknya kandungan formalin pada kikil di pasar Wage.Pengumpulan data dilakukan dengan wancacara, mengamati,,dan memeriksa sampel kikil di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh sampel kikil negative formalin.Ciri-ciri fisik kikil semua sampel aman formalin .Proses pembuatan kikil sama hanya perbedaan waktu yang digunakan dalam tahap pembuatan. Semua pedagang memiliki pengetahuan baik.Pengawasan berupa pemeriksaan dilakukan setiap setahun sekali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Semua sampel aman terhadap formalin .Saran agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih makanan, tidak hanya melihat dari penampilan makanan yang menarik saja.Pedagang tidak menggunakan formalin pada pengawetan kikil.Pemeriksaan dan penyuluhan rutin tentang bahan tambahan pangan yang aman serta bahan yang dilarang untuk tambahan makanan oleh Dinas Kesehatan.

DaftarBacaan : 17 (1994 – 2016)
Kata Kunci    : Formalin ,Kikil
Klarifikasi      : -
Full Text

TINJAUAN KANDUNGAN BAKTERI E.coli PADA SUSU KEDELAI DI PASAR KLIWON KARANG LEWAS TAHUN 2016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Dioloma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Septian Indra Manto (septianindra190@gmail.com)
TINJAUAN KANDUNGAN BAKTERI E.coli PADA SUSU KEDELAI DI PASAR KLIWON KARANG LEWAS TAHUN 2016
XIII + 43 halaman : gambar, tabel, lampiran

Susu kedelai merupakan salah satu hasil dari olahan kedelai. Susu kedelai memenuhi pangsa pasar menengah sampai bawah karena kandungan yang tidak kalah dengan susu hewani dan harga relatif lebih murah. Selama ini pengawasan dan pemeriksaan bakteri E.coli pada susu kedelai sangat jarang dilakukan oleh pihak tekait (BPOM). Tujuan dari penelitian ini untuk mengukur kandungan bakteri E.coli pada susu kedelai di Pasar Karang Lewas.  
Jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian deskriptif, dilakukan dengan cara observasi. Data diolah secara deskriptif dengan analisis tabel untuk menggambarkan bakteri E.coli pada susu kedelai di Pasar Karang Lewas.
Hasil pemeriksaan menunjukkan kandungan bakteri E.coli pada 8 sampel yang diperiksa yaitu 4 sampel dinyatakan memenuhi standar yakni 0 koloni/ml dan 4 lainnya tidak memenuhi standar yaitu, masing-masing sampel 75 koloni/ml,20 koloni/ml,23 koloni/ml, 4 koloni/ml). Standar yang digunakan adalah Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan Tahun 2009. Produsen sebaiknya menjaga kebersihan ruangan produksi untuk mengurangi terjadinya kontaminasi dan penjamah sebaiknya menggunakan APD yang sesuai. Dinas terkait, seperti BPOM,Dinas Kesehatan dan Puskesmas
sebaiknya melakukan pelatihan pengolahan pangan yang baik kepada pengusaha makanan di pedesaan.

Daftar Bacaan : 20 (1987 – 2012)
Kata Kunci     : Susu kedelai, Bakteri E.coli
Klasifikasi       : -
Full Text

EVALUASI PROGRAM PENYEMPROTAN RUMAH DI DAERAH ENDEMIS MALARIA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Rosita Nurdamayanti (rositanurdamayanti7@gmail.com)
EVALUASI PROGRAM PENYEMPROTAN RUMAH DI DAERAH ENDEMIS MALARIA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016
XVII + 102: gambar, tabel, lampiran

Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit plasmodium melalui gigitan nyamuk Anopheles spp. Angka kesakitan malaria di Purworejo tahun 2013-2015 setiap tahunnya meningkat. Pengendalian vektor nyamuk Anopheles spp secara kimiawi dengan IRS(Insecticide Residual
Spraying). Tujuan penelitian adalah untuk evaluasi program penyemprotan rumah didaerah endemis malaria terhadap vektor nyamuk Anopheles spp tahun 2016.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan penelitian diskriptif yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kematian nyamuk setelah dilakukan penyemprotan menggunakan metode Bioassay.
Hasil evaluasi program penyemprotan rumah menggunakan metode bioassay dengan 2 jenis dinding. Kematian nyamuk uji di Desa Jatirejo Kecamatan Kaligesing tertinggi di dinding tembok dengan kematian 30% dan dinding kayu 15% dengan rata-rata kematian nyamuk 15% setelah penyemprotan selama 107 hari. Kematian nyamuk uji di Desa Separe Kecamatan Loano tertinggi di dinding tembok dengan kematian nyamuk 90% dan dinding kayu 95% dengan rata-rata kematian nyamuk 92,5% setelah penyemprotan selama 20 hari. Insektisida yang digunakan yaitu golongan pyrethroid dengan bahan aktif Lamdasihalotrin ICON 100 CS. Kesimpulan penelitian yaitu insektisida yang digunakan sudah mengalami
penurunan daya bunuh pada nyamuk Anopheles spp selama 3 bulan pogram penyemprotan. Disarankan penambahan dosis insektisida atau menganti insektisida yang memiliki daya bunuh lebih baik dan sesuai dengan standar WHO.

Daftar Bacaan : 15 (1985-2015)
Kata Kunci     : Insektisida, Resistensi, Nyamuk Anopheles spp
Klasifikasi       : -
Full Text

KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemekes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Abstrak
Risma Suryani Prasetyaningsih (rissmasuryani@yahoo.com)
STUDI KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2016
XVI + 124 halaman :gambar, tabel, lampiran

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat, jika rumah sakit tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak negatif dari rumah sakit terhadap kesehatan pasien, pengunjung dan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit yang meliputi kesehatan lingkungan rumah sakit, penyehatan ruang bangunan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, pengelolaan limbah, tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi, pengamanan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, dan unit/instalasi sanitasi rumah sakit.
Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif evaluatif dengan subyek lingkungan rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasional dan dokumen. Analisis data yang digunakan secara deskriptif dengan menggambarkan kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit dari hasil penelitian.
Hasil penelitian kondisi kesehatan lingkungan RSUDProf Dr Margono Soekarjo Purwokerto yaitu kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit 96,8% (memenuhi syarat), penyehatan ruang bangunan 88,4% (memenuhi syarat), penyehatan makanan dan minuman 90,7% (memenuhi syarat), penyehatan air 88,1% (memenuhi syarat), pengelolaan limbah 84,4% (memenuhi syarat), tempat pencucian linen 100% (memenuhi syarat), pengendalian serangga dan tikus 100% (memenuhi syarat), dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi
100% (memenuhi syarat), pengamanan radiasi 75% (tidak memenuhi syarat), penyuluhan kesehatan lingkungan 100% (memenuhi syarat), dan unit/instalasi sanitasi rumah sakit 100% (memenuhi syarat).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa kondisi kesehatan lingkungan RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto mendapatkan skor 93,2% dan dikatakan memenuhi syarat, hanya saja terdapat satu variabel yang tidak memenuhi syarat yaitu pada variabel IX mengenai pengamanan radiasi, disarankan kepada pihak rumah saki dan bagian iplrs untuk lebih memperhatikan dampak yang ditimbulkan dengan cara melakukan pengadaan pelapisan timah hitam pada dinding dan daun pintu di ruang radiologi.

Daftarbacaan : 19 (1985-2015 )
Kata kunci     : Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Klasifikasi      : -
Full Text

EFEKTIFITAS STERILISASI MENGGUNAKAN ULTRAVIOLET (UV) PADA RUANG PERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Abstrak
Restutusi Ayu Waluyo (restutusiaw@gmail.com)
EFEKTIFITAS STERILISASI MENGGUNAKAN ULTRAVIOLET (UV) PADA RUANG  PERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS 
XVI + 89 halaman : gambar, tabel, lampiran

RSUD Banyumas merupakan rumah sakit tipe B. Ruang perawatan pada RSUD Banyumas adalah ruang perawatan yang melayani penyakit infeksius dan noninfeksius, sehingga berpotensi terjadinya infeksi  nosokomial. Tujuan penelitian  ini adalah untuk mengetahui efektifitas sterilisasi menggunakan UV pada ruang perawatan di RSUD Banyumas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jenis variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (penggunaan UV), variabel terikat (angka kuman udara), dan variabel pengganggu (suhu, kelembaban, pencahayaan, luas ventilasi dan volume ruangan) Berdasarkan hasil pemeriksaan Rata – rata angka kuman sebelum sterilisasi adalah 18.500CFU/m3. Rata – rata angka kuman sesudah sterilisasi adalah 8.250CFU/m3 . Rata-rata suhu pada ruang perawatan adalah 29,5oC. Rata-rata kelembaban pada ruang perawatan adalah 84,0%. Rata – rata intensitas cahaya pada ruang perawatan adalah 113 lux. Rata – rata luas ventilasi adalah 1,08m2 . Rata-rata volume ruangan pada ruang perawatan adalah adalah 55,8m3.Rata – rata efektifitas sterilisasi adalah (- 56,24%). Peneliti menyimpulkan penggunaan sterilisasi efektif dalam menurunkan angka kuman udara. Peneliti menyarankan untuk melakukan sterilisasi pada ruang perawatan setiap kali ruangan digunakan.

Kepustakaan : 16 (2002 – 2015)
Kata Kunci   : Rumah sakit, angka kuman udara, sterilisasi UV
Klasifikasi     :
Full Text

EFEKTIFITAS ULTRA LOW VOLUME (ULV) DALAM STERILISASI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS TAHUN 2016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Resita Putri (resitaputri24@gmail.com)
EFEKTIFITAS ULTRA LOW VOLUME (ULV) DALAM STERILISASI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS TAHUN 2016 
XVI + 78 halaman : tabel, gambar, lampiran

Kualitas udara di ruang IBS merupakan suatu hal yang harus diperhatikan, karena beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi terjadi dengan cara airborne. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak RSUD
Banyumas dalam menurunkan angka kuman udara adalah sterilisasi ruangan dengan Ultra Low Volume (ULV). Mengetahui efektifitas angka kuman udara sebelum dan sesudah disterilisasi ULV pada ruang IBS di RSUD Banyumas Tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sterilisasi ULV.  Variabel terikat dalam penelitian ini adalah angka kuman di udara. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah suhu, kelembaban, pencahayaan, dan volume ruangan. Hasil rata-rata angka kuman sebelum  disterilisasi sebesar 177.583,33 CFU/m3, sedangkan hasil rata-rata angka kuman sesudah disterilisasi sebesar 97.916,67 CFU/m3. Hasil pengukuran suhu pada kamar operasi rata-rata sebelum disterilisasi sebesar 22,43 ˚C dan sesudah disterilisasi sebesar 26,53 ˚C, rata-rata kelembaban sebelum 63,7 % dan sesudah 77,8 %, rata-rata intensitas cahaya sebelum 189,33 Lux dan sesudah 173,33 Lux, rata-rata luas ventilasi sebesar 0 %, dan rata-rata volume ruangan 64 m3. Efektifitas sterilisasi yang telah dilakukan mendapatkan hasil rata-rata adalah -46,75 %. Hasil Sig. (2-Tailed) adalah (0,240) > α (0,05). Peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan angka kuman udara sebelum dan sesudah disterilisasi menggunakan ULV di Ruang IBS RSUD Banyumas.

Kepustakaan : 19 (1996 – 2015)
Kata Kunci   : Angka Kuman Udara, Sterilisasi ULV, IBS
Klasifikasi     : -
Full Text

PENGARUH SALINITAS TERHADAP KEMAMPUAN HIDUP LARVA NYAMUK Anopheles sundaicus TAHUN 2016.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak 
Ravena Ferial Pradista 
PENGARUH SALINITAS TERHADAP KEMAMPUAN HIDUP LARVA NYAMUK Anopheles sundaicus TAHUN 2016. 
Xvi + 54 halaman, tabel, gambar, lampiran 

Nyamuk Anopheles merupakan vektor penyakit malaria di Indonesia yang salah satu spesiesnya adalah Anopheles sundaicus. Di Kabupaten Pangandaran jumlah penderita malaria terbilang cukup tinggi. Tingginya angka kasus malaria di Pangandaran pada beberapa tahun dahulu yaitu sekitar tahun 2000-an disebabkan karena faktor geografis. Nyamuk penyebab malaria berkembang di daerah pantai sampai dengan ketinggian maksimal 700 meter di atas permukaan laut. Faktor alam seperti muara sungai yang terbendung, tambak, dan kolam buatan yang sangat banyak membuat nyamuk ini gemar tumbuh dan menyebarkan penyakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar garam terhadap kemampuan hidup larva nyamuk Anopheles Sundaicus tahun 2016.  
Jenis penelitian ini adalah rancangan eksperimen kuasi/semu (quasi eksperimental design) yang dilaksanakan di Laboratorium Loka Litbang P2B2 Ciamis di Pangandaran. Penelitian dilakukan pada tanggal 12 April 2016 sampai dengan tanggal 19 April 2016  
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi 0‰ jumlah rata-rata larva yang hidup adalah 9.3 ekor larva, pada konsentrasi 3‰ adalah 10.3 ekor larva, pada konsentrasi 6‰ adalah 7.3 ekor larva, pada konsentrasi 9‰ adalah 8.6 ekor larva, pada konsentrasi 12‰ adalah 3 ekor larva, pada konsentrasi 15‰ adalah 5.6 ekor larva, pada konsentrasi 18‰ adalah 8.3 ekor larva, pada konsentrasi 21‰ adalah 3.3 ekor larva. Kadar garam yang paling optimal dalam penelitian ini adalah pada kadar garam 3‰, tidak ada perbedaan pada berbagai garam yang di ujikan terhadap kemampuan hidup larva nyamuk Anopheles sundaicus yang ditunjukan pada hasil uji Anova oleh nilai derajat kebebasan antar group sebesar 7, derajat kebebasan dalam group sebesar 16%, nilai F hitung sebesar 1.587. Probabilitas (p) .210 oleh karena nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dalam berbagai kadar garam yang telah diujikan . Penulis menyarankan perlu dilakukan uji di lapangan supaya dalam penerapan lebih aplikatif karena lebih mendekati ke tempat perindukan larva nyamuk Anopheles sundaicus dan Untuk peneliti lain yang tertarik untuk mengambil topik yang sejenis dengan menggunakan kadar garam yang lebih tinggi 

Daftar bacaan : 10 ( 1983- 2015 ) 
Kata kunci      : Anopheles sundaicus , Salinitas 
Klasifikasi       : -
Full Text