Selasa, 08 November 2016

HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Program Studi Diploma IV Kesehatan 
 Lingkungan Jurusan Kesehatan   Lingkungan Purwokerto Poltekkes 
 Depkes Semarang  Skripsi,  1 Juli 2008 

Abstrak
Tuty Andayani   
HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI KEC. PURWAREJA KLAMPOK KAB. BANJARNEGARA  
xiv + 52 halaman + 15 tabel + 2 gambar + 8 lampiran   

Kecacingan adalah suatu bentuk infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui perantara tanah kepada manusia. Infeksi cacing dewasa menyebabkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi dan iritasi usus sedangkan  bentuk larvanya dapat menyebabkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. Kondisi yang kronis akibat kecacingan akan menurunkan produktivitas kerja. Kelompok pekerja yang jenis pekerjaannya selalu berinteraksi dengan tanah mempunyai risiko terinfeksi cacing perut.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut di Desa Sirkandi Kec. Purwareja Klampok Kab. Banjarnegara . Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 40 orang pembuat batu bata dan 50 orang pembuat anyaman bambu, sampel diambil sebanyak 50% dari populasi yang dibagi secara proporsional.   Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan responden. Penderita kecacingan perut pada pembuat batu bata sebesar 35 % sedangkan pada pembuat anyaman bambu hanya 4 %. Data dianalisis dengan uji Chi Square dengan tujuan ujinya mencari hubungan. Hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat, karena mempunyai nilai harapan (expected), lebih dari 20% yaitu 50%, sehingga jenis uji statistiknya menggunakan exact fisher, dimana nilai “p” 0,015 untuk uji dua sisi, nilai ini lebih kecil dari nilai α = 5 %. Kesimpulan dari uji ini membuktikan bahwa hipotesis nihilnya ditolak artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut dengan koefisien asosiasi 0,374 dengan katagori asosiasi lemah.  Pekerja hendaknya memperhatikan kebersihan perorangan dan menggunakan alat pelindung diri berupa  sarung tangan dan sepatu panjang. Petugas kesehatan hendaknya melaksanakan pengawasan dan pembinaan bagi tenaga kerja sesuai tugas dan kewenangannya.

Kepustakaan   : 20 (1990 - 2008) 
Kata Kunci      : Jenis pekerjaan, Kecacingan, Tanah,
Full Text 

JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Program Studi Diploma IV Kesehatan 
 Lingkungan Jurusan Kesehatan   Lingkungan Purwokerto Poltekkes 
 Depkes Semarang  Skripsi,  1 Juli 2008 

Abstrak
Tuty Andayani   
HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI KEC. PURWAREJA KLAMPOK KAB. BANJARNEGARA  
xiv + 52 halaman + 15 tabel + 2 gambar + 8 lampiran   

Kecacingan adalah suatu bentuk infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui perantara tanah kepada manusia. Infeksi cacing dewasa menyebabkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi dan iritasi usus sedangkan  bentuk larvanya dapat menyebabkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. Kondisi yang kronis akibat kecacingan akan menurunkan produktivitas kerja. Kelompok pekerja yang jenis pekerjaannya selalu berinteraksi dengan tanah mempunyai risiko terinfeksi cacing perut.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut di Desa Sirkandi Kec. Purwareja Klampok Kab. Banjarnegara . Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 40 orang pembuat batu bata dan 50 orang pembuat anyaman bambu, sampel diambil sebanyak 50% dari populasi yang dibagi secara proporsional.   Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan responden. Penderita kecacingan perut pada pembuat batu bata sebesar 35 % sedangkan pada pembuat anyaman bambu hanya 4 %. Data dianalisis dengan uji Chi Square dengan tujuan ujinya mencari hubungan. Hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat, karena mempunyai nilai harapan (expected), lebih dari 20% yaitu 50%, sehingga jenis uji statistiknya menggunakan exact fisher, dimana nilai “p” 0,015 untuk uji dua sisi, nilai ini lebih kecil dari nilai α = 5 %. Kesimpulan dari uji ini membuktikan bahwa hipotesis nihilnya ditolak artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut dengan koefisien asosiasi 0,374 dengan katagori asosiasi lemah.  Pekerja hendaknya memperhatikan kebersihan perorangan dan menggunakan alat pelindung diri berupa  sarung tangan dan sepatu panjang. Petugas kesehatan hendaknya melaksanakan pengawasan dan pembinaan bagi tenaga kerja sesuai tugas dan kewenangannya.

Kepustakaan   : 20 (1990 - 2008) 
Kata Kunci      : Jenis pekerjaan, Kecacingan, Tanah, 

JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Program Studi Diploma IV Kesehatan 
 Lingkungan Jurusan Kesehatan   Lingkungan Purwokerto Poltekkes 
 Depkes Semarang  Skripsi,  1 Juli 2008 

Abstrak
Tuty Andayani   
HUBUNGAN JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PERUT DI DESA SIRKANDI KEC. PURWAREJA KLAMPOK KAB. BANJARNEGARA  
xiv + 52 halaman + 15 tabel + 2 gambar + 8 lampiran   

Kecacingan adalah suatu bentuk infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui perantara tanah kepada manusia. Infeksi cacing dewasa menyebabkan gangguan pencernaan, perdarahan, anemia, alergi dan iritasi usus sedangkan  bentuk larvanya dapat menyebabkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. Kondisi yang kronis akibat kecacingan akan menurunkan produktivitas kerja. Kelompok pekerja yang jenis pekerjaannya selalu berinteraksi dengan tanah mempunyai risiko terinfeksi cacing perut.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut di Desa Sirkandi Kec. Purwareja Klampok Kab. Banjarnegara . Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 40 orang pembuat batu bata dan 50 orang pembuat anyaman bambu, sampel diambil sebanyak 50% dari populasi yang dibagi secara proporsional.   Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan responden. Penderita kecacingan perut pada pembuat batu bata sebesar 35 % sedangkan pada pembuat anyaman bambu hanya 4 %. Data dianalisis dengan uji Chi Square dengan tujuan ujinya mencari hubungan. Hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat, karena mempunyai nilai harapan (expected), lebih dari 20% yaitu 50%, sehingga jenis uji statistiknya menggunakan exact fisher, dimana nilai “p” 0,015 untuk uji dua sisi, nilai ini lebih kecil dari nilai α = 5 %. Kesimpulan dari uji ini membuktikan bahwa hipotesis nihilnya ditolak artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kecacingan perut dengan koefisien asosiasi 0,374 dengan katagori asosiasi lemah.  Pekerja hendaknya memperhatikan kebersihan perorangan dan menggunakan alat pelindung diri berupa  sarung tangan dan sepatu panjang. Petugas kesehatan hendaknya melaksanakan pengawasan dan pembinaan bagi tenaga kerja sesuai tugas dan kewenangannya.

Kepustakaan   : 20 (1990 - 2008) 
Kata Kunci      : Jenis pekerjaan, Kecacingan, Tanah,
Full Text 

STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA

  
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028 (P<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">0,05).  
Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri. Daftar bacaan  : 10 (1981  2009) Kata kunci  : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita 

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN

  
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri.

Daftar bacaan  : 10 (1981  2009)
Kata kunci       : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita
Klasifikasi        :
Full Text

DESKRIPSI INTENSITAS SUARA DI TEMPAT KARAOKE

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak 
Lelita Nur Meiyani (lelitanurmeiyani@gmail.com)
DESKRIPSI INTENSITAS SUARA DI TEMPAT KARAOKE HAPPY PUPPY PURWOKERTO TAHUN 2016 
 xvii + 80 Halaman : gambar, tabel, lampiran

Karaoke adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat intensitas suara di tempat karaoke Happy Puppy Purwokerto yang meliputi intensitas suara di tempat kerja,tempat pengunjung berkaroke, dampak kebisingan dan cara pengendalian kebisingan.  
Metode Penelitian ini yaitu observasi dan wawancara dengan menggunakan observasional yaitu mendeskripsikan kondisi tingkat intensitas suara di Tempat Karaoke Happy Pappy Purwokerto dan menggunakan pendekatan cross sectional. 
Hasil pengukuran rata-rata intensitas suara pada tempat karaoke Happy Puppy Purwokerto untuk tempat kerja pekerja adalah 70,7 Desibel (dB), tempat pengunjung berkaraoke adalah 92,24 Desibel (dB). Upaya pengendalian kebisingan yang dilakukan adalah secara teknis, administasi. Keluhan yang dirasakan pada pekerja adalah sulit berkomunikasi 18,5 %, kurang konsentrasi 48,15 %, gangguan tidur 22% dan keluhan yang tidak dirasakan adalah sulit mendengar dan terdengar suara mendenging. Kesimpulan intensitas suara di Tempat Karaoke Happy Puppy Purwokerto tidak melebihi NAB kebisingan untuk waktu kerja selama 8 jam dan pengunjung berkaraoke selama 1 jam. Upaya dalam mengurangi kebisingan perlu ditambah lagi peredam suara sehingga tidak terdengar suara dari dalam tempat pengunjung berkaraoke, pemeriksaan pendengaran untuk pekerjanya sehingga dapat meminimalisir risiko bahaya yang dapat terjadi pada diri pekerja. 
Daftar bacaan  : 28 (1991-2014)
Kata kunci        : Intensitas suara di tempat karaoke
Klasifikasi         : -
Full Text

KOHORT DENSITAS LARVA PADA FOGGING FOCUS DI DESA KEDUNGRANDU

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Muti’atun Cinta Muliani (mutiatuncinta4@gmail.com)
KOHORT DENSITAS LARVA PADA FOGGING FOCUS DI DESA KEDUNGRANDU KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI+109 halaman: tabel, gambar, lampiran

Salah satu upaya dalam menurunkan angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cara memutus mata rantai vektor. Fogging focus menggunakan insektisida dapat mengendalikan perkembangbiakan vektor. Fogging focus dilaksanakan dalam 2 siklus. Fogging pertama untuk membunuh nyamuk dewasa dan fogging kedua untuk membunuh larva dari fogging pertama yang sudah menjadi nyamuk dewasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas fogging focus yang ditinjau dari densitas larva di Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kohort yang dilakukan untuk mengetahui densitas larva 2 hari sebelum fogging ke-1, 3 hari setelah fogging ke-1, 3 hari setelah fogging ke-2, dan 6 hari setelah ke-2 dan analisisnya menggunakan uji statistik One-way ANOVA. Populasi yaitu rumah dengan radius 200 meter dari titik pengukuran yang dilakukan fogging focus. Variabel pengukuran meliputi suhu, kelembaban, dan pencahayaan. Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukkan (p0,005)<0 2="" 3="" 6="" ada="" analisis="" antara="" artinya="" dan="" dengan="" densitas="" ditolak="" fogging.="" fogging="" hari="" hasil="" ho="" hoc="" ke-1="" ke-1dan="" ke-2.="" ke-2="" kemudian="" lanjut="" larva="" menunjukkan="" p="" perbedaan="" post="" sebelum="" sesudah="" setelah="" setelahfogging="" signifikan="" statistik="" tidak="" uji="">dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efektifitas fogging focus efektif menurunkan densitas larva sampai dengan 3 hari setelah fogging ke-2. Kegiatan yang dapat memberantas larva secara efektif adalah PSN yang dilakukan secara berkala dan menjaga kebersihan rumah.Daftar baca  : 37 (1981-2016)Kata Kunci   :  Fogging focus, densitas larva  Klasifikasi     : -Full Text 

STUDI PERSONAL HYGIENE PENJAMAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak
Lutfi Bahtiyar Arif (lutfibahtiyararif90@gmail.com)
STUDI PERSONAL HYGIENE PENJAMAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 
XV+43 halaman: tabel, gambar, lampiran

Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan berubahnya makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Pencegahan kontaminasi makanan dapat dilakukan dengan upaya pengamanan makanan. Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan antara lain hygiene perorangan yang buruk,cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Kebersihan penjamah makanan merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran personal hygiene penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUD PROF. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Kabupaten Banyumas 
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian personal hygiene penjamah makanan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mengetahui gambaran personal hygiene penjamah makanan. Peneliti melakukan Observasi dan wawancara kepada responden dan mendeskripsikan personal hygiene penjamah makanan mulai dari penggunaan alat pelindung diri penjamah makanan, pengetahuan, sikap dan perilaku penjamah makanan, pelatihan penjamah makanan, pengawasan penjamah makanan, serta pemeriksaan kesehatan penjamah makanan. 
Hasil kualitatif yang diperoleh dari sampel 59 penjamah makanan menunjukan penggunaan alat pelindung diri “Baik” dengan nilai 96,6%, pengetahuan “Baik” dengan nilai 100%, sikap “Baik” dengan nilai 98,3%, perilaku kategori “Baik” dengan nilai 94,4%, pelatihan “Baik” dengan nilai 100%, pengawasan “Baik” dengan nilai 83,3%, pemeriksaan kesehatan “Baik” dengan nilai 100%. Kesimpulan bahwa personal hygiene penjamah makanan secara keseluruhan sudah baik karena semua komponen mendapat kategori “Baik” dengan nilai >76%. Tim pengawas lebih ketat lagi dalam mengawasi penjamah makanan, penjamah makanan meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya menggunakan alat pelindung diri. Keduanya harus saling bekerja sama demi kepentingan diri sendiri,rumah sakit dan konsumen. 

Daftar baca : 22 (1990-2014)
Kata Kunci : Personal hygiene, penjamah makanan
Klasifikasi   : -
Full Text

Senin, 07 November 2016

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA


  
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028 (P<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">0,05).  
Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri.

Daftar bacaan  : 10 (1981  2009)
Kata kunci  : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita 

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN


  
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 

ABSTRAK  
Citra Adhityarini 
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.  
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†). 
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028 (P<0 20="" air="" antara="" atribut="" balita="" bersih="" dan="" dengan="" diare="" esiko="" hubungan="" jamban="" nilai="" p="0,699" pada="" pemanfaatan="" penggunaan="" penyakit="" ra="20,7%," relatif="" rr="2,74," terdapat="" terhadap="" tidak="">0,05). Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri.

Daftar bacaan  : 10 (1981  2009)
Kata kunci  : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita
Full Text

TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
 Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Intan Ektaviana (intanekta50@gmail.com)
TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO TAHUN 2016
XVI + 74 halaman: gambar, tabel, lampiran

Asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi sekelompok orang untuk sementara waktu yang terdiri atas sejumlah kamar dan biasanya dipimpin oleh seorang kepala asrama. Tujuan dari penelitian ini untuk  mengetahui kondisi sanitasi Asrama Sekolah Polisi Negara Purwokerto yang meliputi keadaan lingkungan dan bangunan, kepadatan siswa dalam satu barak, penyediaan air bersih, pengelolaan makanan dan minuman, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah, pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif. Subjek ini adalah tentang kondisi sanitasi asrama/barak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan pegukuran. Analisis data yang digunakan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi asrama/barak berasal
dari hasil penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh dari kondisi sanitasi asrama yaitu lingkungan asrama aman dan nyaman, kondisi bangunan sangat baik dan memenuhi persyaratan; kepadatan siswa masih belum memenuhi standart, jumlah barak yang tersedia masih terbatas sedangkan jumlah siswa melebihi batas ideal; penyediaan air bersih cukup baik, sumber air bersih berasal dari sumur gali dan pendistribusian pada setiap kamar mandi bejalan lancar; pengelolaan makan dan minuman sudah cukup baik, semuanya sudah dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah profesional; pengelolaan sampah sudah sangat baik, ada periodik pengosongan sampah pada tempat sampah yaitu pada 2x24 jam pagi dan sore hari; pembuangan air limbah kurang baik, semua  pembuangan air limbah disalurkan menuju kolam dengan begitu kolam tersebut akan tercemar; pengendalian vektor dan binatang pengganggu cukup baik, pengendalian dilakukan dengan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga tidak mencemari sanitasi lingkungan. Kesimpulan dari penelitian yang telah  dilakukan adalah kondisi sanitasi asrama/barak sudah cukup baik dan termasuk kategori memenuhi syarat, penilaian diambil dari penggabungan hasil checklis, kuesioner dan observasi langsung. Untuk saran, sebaiknya pihak sekolah menambah lagi bangunan barak sehingga jumlah siswa dengan jumlah barak seimbang, diadakannya pembuatan resapan untuk saluran pembuangan air limbah sehingga pencemaran lingkungan berkurang.

Daftar bacaan : 18 (1990-2016)
Kata kunci      : sanitasi asrama
Klasifikasi       : -
Full Text

TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
 Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Intan Ektaviana (intanekta50@gmail.com)
TINJAUAN SANITASI ASRAMA SEKOLAH POLISI NEGARA PURWOKERTO TAHUN 2016
XVI + 74 halaman: gambar, tabel, lampiran

Asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi sekelompok orang untuk sementara waktu yang terdiri atas sejumlah kamar dan biasanya dipimpin oleh seorang kepala asrama. Tujuan dari penelitian ini untuk  mengetahui kondisi sanitasi Asrama Sekolah Polisi Negara Purwokerto yang meliputi keadaan lingkungan dan bangunan, kepadatan siswa dalam satu barak, penyediaan air bersih, pengelolaan makanan dan minuman, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah, pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif. Subjek ini adalah tentang kondisi sanitasi asrama/barak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan pegukuran. Analisis data yang digunakan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi asrama/barak berasal
dari hasil penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh dari kondisi sanitasi asrama yaitu lingkungan asrama aman dan nyaman, kondisi bangunan sangat baik dan memenuhi persyaratan; kepadatan siswa masih belum memenuhi standart, jumlah barak yang tersedia masih terbatas sedangkan jumlah siswa melebihi batas ideal; penyediaan air bersih cukup baik, sumber air bersih berasal dari sumur gali dan pendistribusian pada setiap kamar mandi bejalan lancar; pengelolaan makan dan minuman sudah cukup baik, semuanya sudah dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah profesional; pengelolaan sampah sudah sangat baik, ada periodik pengosongan sampah pada tempat sampah yaitu pada 2x24 jam pagi dan sore hari; pembuangan air limbah kurang baik, semua  pembuangan air limbah disalurkan menuju kolam dengan begitu kolam tersebut akan tercemar; pengendalian vektor dan binatang pengganggu cukup baik, pengendalian dilakukan dengan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga tidak mencemari sanitasi lingkungan. Kesimpulan dari penelitian yang telah  dilakukan adalah kondisi sanitasi asrama/barak sudah cukup baik dan termasuk kategori memenuhi syarat, penilaian diambil dari penggabungan hasil checklis, kuesioner dan observasi langsung. Untuk saran, sebaiknya pihak sekolah menambah lagi bangunan barak sehingga jumlah siswa dengan jumlah barak seimbang, diadakannya pembuatan resapan untuk saluran pembuangan air limbah sehingga pencemaran lingkungan berkurang.

Daftar bacaan : 18 (1990-2016)
Kata kunci      : sanitasi asrama
Klasifikasi       : -
Full Text

Minggu, 06 November 2016

STUDI KUALITAS RADIOAKTIF AIR SUMUR BOR DALAM DI KABUPATEN BANYUMAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Dioloma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak
Putri Sekarini (putrisekar48@gmail.com)
STUDI KUALITAS RADIOAKTIF AIR SUMUR BOR DALAM DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XIV+ 87 halaman : gambar, tabel, lampiran

Sumur bor dalam berpotensi mengandung zat radioaktif. Selama inipemeriksaan kualitas air bersih yang telah dilakukan meliputi kualitas fisik,kualitas kimia dan kualitas mikrobiologi, sedangkan kualitas radioaktif masihjarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas radioaktif air sumur bor dalam pada 3 desa di Kabupaten Banyumas tahun 2016, yaitu Desa Cikakak, Desa Langgongsari dan Desa Pengadegan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Data diolah secara deskriptif dengan analisis tabel untuk menggambarkan kondisi kualitas radioaktif air sumur bor dalam. Hasil pemeriksaan menunjukkan kualitas radioaktif ketiga sumur bor dalam adalah α = 0 Bq/l (<2 0="" bq="" br="" cpm="" dan="" geiger="" l="">muller standar tidak dapat mendeteksi zat radioaktif dalam jumlah kecil sehingga dilakukan penelitian lanjutan dengan Pencacah Geiger Muller. Apabila dibandingkan dengan Permenkes RI no. 416/Menkes/per/XI/1990 tentang Syarat – Syarat Pengawasan Kualitas Air Bersih , zat radioaktif masih di bawah standar kualitas air bersih dan memenuhi syarat kesehatan. Sehingga air sumur bor aman dan tidak membahayakan apabila digunakan Daftar Bacaan : 24 (1983 – 2014) Kata Kunci     : Kualitas Radioaktif, Sumur Bor Dalam Klasifikasi       : - Full Text

STUDI SANITASI GOR GOENTOER DARJONO KABUPATEN PURBALINGGA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Yoga Prasetyo
STUDI SANITASI GOR GOENTOER DARJONO KABUPATEN PURBALINGGATAHUN 2016
xv+87 halaman : tabel, gambar, lampiran

Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat-tempat umum dan GOR sebagai sarana bangunan  umum perlu mendapat pengawasan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetuhi sanitasi  bagian luar dan bagian dalam, fasilitas sanitasi, parameter udara secara fisik di mess atlit GOR, kualitas air bersih secara mikrobiologi di GOR Goentoer darjono. Jenis penelitian adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran keadaan sanitasi GOR Goentoer Darjono Purbalingga. Cara pengumpulan data dengan yang dilakukan adalah wawancara dengan pengelola dan karyawan GOR, observasi langsung pada obyek yang diteliti serta dilakukan pengukuran, meliputi sanitasi luar gedung dan dalam gedung, fasilitas  sanitasi, pengukuran pencahayaan, suhu dan kelembaban di mess atlet GOR Goentoer Darjono Purbalingga serta pemeriksaan air secara mikrobiologis 
Hasil pemeriksaan secara keseluruhan untuk sanitasi GOR sudah memenuhi syarat meliputi persyaratan bagian luar GOR mendapat rata – rata 84.84 % katagori baik. dan bagian dalam gedung untuk konstruksi GOR mendapat rata – rata 94.73 % katagori baik dan ruang bangunan mendapat rata – rata 67.74 %  katagori cukup baik, dan fasilitas sanitasi mendapat rata – rata 68.75 katagori cukup baik. Parameter fisik udara di mess tuan rumah yaitu 63.4 lux, 280c dan 69%,dan untuk tamu yaitu 75.9 lux, 26 0C dan 62% kelembaban maka sudah memenuhi syarat. Kualitas air bersih secara mikrobiologis di GOR yaitu di kamar mandi karyawan 27 MPN/100ml, kamar mandi ruang ganti 49 MPN/100 ml dan kamar mandi masjid 9 MPN/100ml dengan standart 50 MPN/100ml non perpiaan maka sudah memenuhi syarat. Penilaian  keseluruhan sanitasi luar, dalam, dan fasilitas sanitasi mendapat prosentase 79.57 % dalam kategori baik. Komponen sanitasi yang belum memenuhi syarat antara lain meliputi halaman, loket, toilet umum, urinoir, jamban, sistem pencegahan vektor dan binatang pengganggu dan gudang. Penulis menyarankan untuk  kebersihan di setiap ruangan di tingkatkan lagi seperti kamar mandi, toilet, urinoir dan ruangan yang lainnya, tahap akhir pengelolaan sampah perlu di perbaiki, hindari pemusnahan sampah dengan cara di bakar karena dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan gangguan kesehatan.

Dafta bacaan  :16 (1978 - 2014)
Kata kunci      : Sanitasi, Gelanggang Olahraga
Klasifikasi       :
Full Text

HUBUNGAN JUMLAH PENGUNJUNG DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR KOLAM RENANG DI DREAM LAND

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Uli Amrina Hidayah (uliamrina40@yahoo.co.id)
HUBUNGAN JUMLAH PENGUNJUNG DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR KOLAM RENANG DI DREAM LAND AJIBARANG TAHUN 2016
xv + 74 halaman: gambar, tabel, lampiran

Kolam renang adalah suatu usaha umum yang menyediakan tempat untuk berenang, berekreasi serta jasa pelayanan lainnya menggunakan air bersih yang telah diolah. Permenkes No. 061/Menkes/Per/I/1991, menyatakan bahwa syarat air kolam renang meliputi syarat fisik, kimia dan mikrobiologis. Kolam renang Dream Land Ajibarang, Kabupaten Banyumas berlokasi di Jalan raya Pancasan, Ajibarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah pengunjung dengan kualitas mikrobiologi air kolam renang di Dream Land Ajibarang, Kabupaten Banyumas.  
Metode yang digunakan adalah Observasional dengan pendekatan crossectional yang dimaksudkan untuk menghitung jumlah pengunjung dan mengukur kualitas mikrobiologi air kolam renang. Pengambilan sampel dilakukan 6 kali dengan waktu pengambilan 3 hari. Pengambilan sampel air dilakukan 3 hari sebelum dan sesudah kolam digunakan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemeriksaan angka kuman air yang dilakukan pada hari Senin adalah 43 koloni/ml air dengan jumlah pengunjung 0 atau tidak terdapat pengunjung. Pada hari kamis adalah 343 koloni/ml air dengan jumlah pengunjung sebanyak 2 orang dan pada hari Minggu adalah 42.711  koloni/ml air dengan jumlah pengunjung sebanyak 5 orang. Air kolam renang di Dream Land Ajibarang pada hari Senin memenuhi syarat sedangkan pada hari kamis dan minggu tidak memenuhi syarat.  Hasil perhitungan hubungan jumlah pengunjung dengan kualitas mikrobiologi air kolam renang di Dream Land Ajibarang menggunakan uji pearson product moment hasilnya adalah nilai p = 0,256 (p>0,05) atau Ho diterima. Sedangkan nilai r atau pearson correlation = 0,920 (kategori hubungan kuat) atau ada hubungan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jumlah pengunjung dengan kualitas mikrobiologi air kolam renang di Dream Land Ajibarang tetapi tidak signifikan atau bermakna. Penelitian ini menyarankan melakukan tindakan desinfeksi dengan cara pemberian kaporit pada air kolam renang secara rutin dan pembuatan bak cuci kaki agar kualitas air kolam renang memenuhi syarat kesehatan dan dapat mencegah mencegah penyakit yang ditimbulkan karena kualitas air kolam renang yang tidak memenuhi syarat.

Daftar bacaan : 13 (1990-2015)
Kata kunci      : Kualitas Air Kolam Renang, Jumlah Pengunjung
Klasifikasi       : -
Full Tex

SANITASI RUMAH KOS DAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Riza Bintang Pamungkas (rizabintangpamungkas@ymail.com)
STUDI SANITASI RUMAH KOS DAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) PADA  PENGHUNI KOS DI KELURAHAN KARANGWANGKAL KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI + 91 halaman : Gambar, tabel, lampiran.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup bersih sehat bagi setiap orang agar menciptakan kesajahteraan yang optimal. Rumah sehat merupakan salah satu
sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh sanitasi perumahan. Tujuan penelitian Mengetahui keadaan sanitasi rumah kost dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) penghuni kost di Kelurahan Karangwangkal Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten  Banyumas.  
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan analisis deskriptif untuk memperoleh  gambaran tentang sanitasi rumah kos dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) penghuni kos, sampel yang diambil 26 rumah kos dari jenis 10 paviliun kos dan 16 induk kos, beserta penghuninya sebanyak 213 orang. Dan dibandingkan data hasil survey dengan standar yang sesuai peraturan kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999, tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Hasil wawancara,observasi dan pengukuran  menggunakan kuesioner,checklist, dan alat ukur, hasil secara umum sanitasi rumah kos memenuhi syarat dengan rata-rata hasil penilaian 95,75%, dan untuk penilaian Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) memenuhi syarat dengan prosentase 97,12%. Pemilik kos melakukan pengecekan secara berkala pada bangunan
kos,mengganti barang yang sudah tidak layak terpakai atau dapat membahayakan penghuni kos, dan memperbaiki bangunan kos yang sekiranya sudah lama termakan usia. Perlu adanya upaya untuk  memperbaiki fasilitasfailitas kost/kamar yang kurang memenuhi syarat agar dapat menambah kenyamanan penghuni kos. Untuk penghuni kos mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemilik kos atau rt/rw setempat dan menjaga hunian atau prabotan kos layaknya kepunyaan sendiri. dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Daftar bacaan : 20 (1992-2016)
Kata kunci      : PHBS, sanitasi, rumah kos
Klasifkasi        :
Full Text

DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA BAGIAN PRODUKSI PT. MUARA KAYU SENGON

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Iqbal Budi Santosa (Iqbalbudisantosa13@gmail.com)
DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA BAGIAN PRODUKSI PT. MUARA KAYU SENGON BANYUMAS TAHUN 2016

Kebisingan diartikan sebagai terjadinya bunyi yang tidak bisa dikehendaki sehingga menggangu atau  membahayakan kesehatan. PT. Muara Kayu Sengon merupakan industri penghasil kayu lapis yang berlokasi di jalan Margasana Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Proses produksi menggunakan  mesin-mesin dan peralatan yang menghasilkan intensitas suara yang tinggi, yang mana dapat menyebabkan gangguan pekerjaan yang berupa gangguan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menghitung intensitas suara pada shift pagi dan shift malam, parameter fisik (suhu dan kelembaban), membandingkan hasil rata-rata intensitas suara pada shift pagi dan shift malam dengan regulasi yang berlaku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yang menggunakan analisis tabel dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/ MEN/ X/ 2011 untuk melihat gambaran umum intensitas suara di bagian produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas Tahun 2016.
Hasil Pengukuran Intensitas suara pada ruang produksi untuk shift pagi intensitas suara tertinggi yaitu di titik 8 (86,40 dBA) dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 4 (73,72 dBA), hasil pengukuran tertinggi pada shift malam yaitu titik 10 (92,00 dBA), dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 9 (76,43 dBA) . Disimpulkan hasil Intensitas suara pada ruang produksi untuk shift pagi intensitas suara tertinggi yaitu di titik 8 (86,40 dBA) pengukuran pada mesin winjer joint dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 4 (73,72 dBA) pengukuran pada mesin finishing, hasil pengukuran tertinggi pada shift malam yaitu titik 10 (92,00 dBA) pengukuran pada mesin jumping croscut dan hasil pengukuran paling rendah yaitu pada titik 9 (76,43 dBA) pengukuran pada mesin winjer joint. Disarankan PT. Mara Kayu Sengon Banyumas hendaknya menyediakan APD bagi pekerja berupa ear plug, serta perusahaan mengadakan penyuluhan kepada pekerja tentang kegunaan dan manfaat APD.
Daftar Bacaan :16 (2002 - 2015)
Kata Kunci     : Intensitas Suara, Pabrik Kayu
Klasifikasi       :
Full Text

STUDI ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

ABSTRAK
Handika Rizki Nugraha (handikarizkinugraha25@gmail.com)
STUDI ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2016
xiv + 62 Halaman : gambar, tabel, lampiran

Pasien bedah merupakan pasien yang mempunyai resiko tinggi terjadi infeksi. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Berdasarkan Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004 batas maksimum angka kuman udara pada ruang operasi adalah 10 CFU/m3. Data hasil pengukuran pada tanggal 4 juli 2015 yang dilakukan oleh rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto menunjukan bahwa angka kuman udara ruang operasi masih belum memenuhi syarat yaitu dengan rata - rata 130 CFU/m3 (>10 CFU/m3). Ruang operasi perlu pengendalian yang baik yaitu dengan cara desinfeksi ruangan dan menjaga kebersihan ruangan. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jumlah angka kuman udara di ruang operasi rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel ruangan yang di ambil yaitu 2 ruangan operasi. Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan dan perhitungan koloni kuman, wawancara dan observasi. Suhu rata-rata pada Ok 1 yaitu 23,40C dan pada Ok 2 yaitu 24,40C. Kelembaban rata- rata pada Ok 1 yaitu 65,2% dan pada Ok 2 yaitu 77,8%. Pencahayaan ruangan pada Ok1 yaitu 152 dan pada Ok 2 yaitu 104, sedangkan pencahayaan meja operasi pada Ok 1 yaitu 1118 Lux dan pada Ok 2 yaitu 839 Lux. Rata – rata angka kuman pada ruang operasi 1 yaitu 4,886.6 CFU/m3,dan pada ruang operasi 2 yaitu 148,683.4 CFU/m3. Jadi setelah dilakukan pemeriksaan angka kuman di ruang OK 1 dan OK 2 belum memenuhi persyaratan angka kuman udara menurut standar angka kuman udara ruang operasi Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004. Saran untuk rumah sakit Wijayakusuma Purwokerto Perlunya pengambilan angka kuman udara secara rutin, dan menambahkan jenis alat untuk mendesinfeksi yaitu dengan sinar UV.

Daftar Bacaan : 6 ( 1990-2012 )
Kata kunci       : Rumah Sakit, Ruang Operasi, Kuman Udara
Klasifikasi        : -
Full Text

SANITASI MAKANAN DI PABRIK MIE “TJAP TIGA ANAK” DESA WLAHAR KULON KECAMATAN PATIKRAJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Fitri Permanasari (fitripermana79@gmail.com)
HYGIENE SANITASI MAKANAN DI PABRIK MIE “TJAP TIGA ANAK” DESA WLAHAR KULON KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI+57 halaman: tabel, gambar, lampiran

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan. Makanan selain  mengandung nilai gizi juga merupakan media untuk berkembang biak mikroba. Salah satu upaya untuk  meningkatkan kualitas makanan adalah dengan cara pengawasan hygiene sanitasi makanan yang mencakup enam prinsip seperti pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,  pengangkutan, penyimpanan, dan penyajian makanan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan enam prinsip hygiene sanitasi makanan, untuk mendeskripsikan kualitas mie secara organoleptik, mengukur kandungan boraks, mengukur kualitas mie secara mikrobiologi dengan cara pemeriksaan angka lempeng total. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang Hygiene Sanitasi Makanan di Pabrik Mie Tjap Tiga Anak menggunakan cheklist.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan enam prinsip hygiene sanitasi makanan di pabrik mie cukup baik dengan prosentase 58%, kualitas mie secara organoleptik sudah baik, hasil pengukuran  kandungan boraks diperoleh hasil bahwa mie kering tidak mengandung boraks, kemudian hasil pemeriksaan angka lempeng total masih di bawah batas maksimum cemaran mikroba pada makanan sesuai Peraturan Kepala Badan POM RI NO HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009. Kesimpulan hygiene sanitasi makanan di pabrik mie belum memenuhi syarat, yang tidak memenuhi syarat, antara lain : tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan dari segi bangunan memerlukan perbaikan, kemudian penjamah makanan tidak berperilaku baik, serta pengangkutan makanan Pengelola pabrik disarankan menambah gudang untuk tempat penyimpanan makanan, membuat ventilasi di ruang produksi, menyediakan alat pelindung diri untuk
penjamah makanan, pengangkutan dan penjemuran dijauhkan dari tempat berdebu, petugas kesehatan  melakukan pengawasan dan inspeksi sanitasi secara rutin enam bulan sekali.

Daftar baca   : 15 (1989-2014)
Kata Kunci   : Hygiene Sanitasi Makanan Pabrik Mie
Klasifikasi     : -
Full Text

KADAR DEBU PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KAYU LAPIS PT. MUARA KAYU SENGON

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016

Abstrak
Dipta Hastantoro (hastantoro@gmail.com)
STUDI DESKRIPTIF KADAR DEBU PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KAYU LAPIS PT.  MUARA KAYU SENGON DESA KARANGANYAR KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan sususan (komposisi) udara dari keadaan normalnya seperti debu. PT. Muara Kayu Sengon merupakan penghasil kayu lapis dan berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa partikel debu kayu di dalam ruangan saat karyawaan bekerja sehingga mengakibatkan lingkungan menjadi tercemar oleh partikel debu kayu, sehingga kualitas udara menjadi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar debu di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon.  
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional untuk mendapatkan gambaran tentang kadar debu total di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas tahun 2016. Pengukuran kadar debu total dilakukan pada 10 titik di ruang produksi PT. Muara Kayu Sengon Banyumas dengan hasil pengukuran rata-rata adalah 20,5824 mg/m3, hasil tertinggi di titik 8(H) sebesar 37,632 mg/m3 dan terendah di titik 3(C) sebesar 10,08 mg/m3. Standar yang digunakan adalah Permenakertrans No. 13/Men/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisik dan faktor kimia di tempat kerja adalah 5 mg/m3 dengan kadar tertinggi diperkenankan 10 mg/m3. Rata-rata pengukuran suhu 35,20C dengan persyaratan 18-300C, kelembaban 75,2% dengan persyaratan 65-95%, laju ventilasi 0,1 m/s dengan persyaratan 0,15-0,25 m/s dan arah angin menunjukkan ke arah selatan. Standar yang digunakan adalah Kepmenkes NO. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan perkantoran dan industri. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan hasil rata-rata kadar debu total di ruang produksi melebihi NAB yaitu 20,5824 mg/m3, suhu melebihi standar yaitu 35,20C, laju ventilasi tidak memenuhi standar yaitu 0,1 m/s. Ruang produksi sebaiknya dilengkapi dengan rekayasa alat untuk mengurangi paparan debu.

Daftar bacaan : 11 (1982-2015)
Kata kunci      : Kadar debu,Kayu
Klasifikasi       : -
Full Text

PENAMBAHAN TAMENG PADA PALU TERHADAP PENGURANGAN RISIKO PEKERJA PENAMBANGAN EMAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Abstrak
Mimma Nur Fatiha (mimmanfatiha@gmail.com)
PENGARUH PENAMBAHAN TAMENG PADA PALU TERHADAP PENGURANGAN RISIKO PEKERJA PENAMBANGAN EMAS DI DESA PANINGKABAN KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
XVI + 63 halaman: gambar, tabel, lampiran

Pekerja fisik yang bekerja di lingkungan tidak formal seperti pekerja pemecah batu memiliki potensi yang besar untuk memperoleh celaka, hal ini disebabkan karena aktivitas dilakukan dengan peralatan seadanya, tanpa dilengkapi dengan alat pelindung diri dengan tuntutan produksi maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan palu yang dapat mengatasi resiko celaka serta memberi rasa aman dan nyaman bagi pekerja untuk beraktifitas.  
Metode penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen. Penelitian dilakukan pada 14 pekerja pengolahan emas dibawah koordinasi Bapak Bambang Priyono di Desa paningkaban Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pengukuran dan perhitungan.  
Hasil dari penelitian dengan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai Th > Tt (23 > 21) yang artinya ada pengaruh penambahan tameng palu terhadap pengurangan risiko kecelakaan kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh penambahan tameng palu terhadap penurunan risiko kecelakaan kerja. Sebaiknya pekerja pemecah batu menggunakan palu yang diberi tameng.

Daftar bacaan : 17 (1989 – 2015)
Kata kunci      : Tameng Palu
Klasifikasi       : -
Full text

Kamis, 03 November 2016

KEEFEKTIFAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Abstrak
Susweni (susweni27@yahoo.co.id)
KEEFEKTIFAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti
XV + 59 Halaman: gambar, tabel, lampiran

Penyakit Demam Berdarah Dengue salah satu penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah. Salah satu upaya yang penting adalah memutus rantai penularan, yaitu dengan menggunakan insektisida. Pengendalian vector DBD umumnya menggunakan insektisida kimia yang berdampak negative terhadap lingkungan. Daun pepaya merupakan insektisida alami karena mengandung banyak senyawa tanin, alkaloid dan papain yang dapat digunakan untuk membunuh larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian ini adalah menghitung kematian larva Aedes aegypti pada konsentrasi 1%, 5% dan 10% ekstrak daun pepaya (Carica papaya), mengetahui konsentrasi yang paling efektif untuk mematikan larva Aedes aegypti, dan mendeskripsikan perbedaan kematian larva Aedes aegypti pada penggunaan berbagai konsentrasi ekstrak daun pepaya.
Metode penelitian ini adalah quasi exsperiment dengan rancangan static group comparation untuk menghitung kematian larva Aedes aegypti pada konsentrasi 1%, 5% dan 10% ekstrak daun pepaya. konsentrasi tersebut dimasukkan kedalam enamel berukuran 200 ml yang masing-masing berisi 25 ekor larva Aedes aegypti, diamati selama 1x24 jam. Penelitian dilakukan dalam tiga kali replikasi, dan data analisis menggunakan Anova (Analysis of Variance).
Hasil penelitian ekstrak daun pepaya (Carica papaya) mempunyai signifikansi 0.001 (Konsentrasi ekstrak daun pepaya yang paling efektif membunuh larva Aedes aegypti yaitu 10%. Bagi peneliti lain untuk mengurangi kepekatan pada ekstrak daun pepaya dapat dilakukan dengan cara filtrasi sehingga dapat memudahkan dalam pengamatan.

Daftar bacaan : 12 (1995-2015)
Kata kunci      : larva Aedes aegypti, ekstrak daun papaya
Klasifikasi       : -
Full Text

KADAR DEBU PLTU KARANGKANDRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI DESA KARANGKANDRI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 

Abstrak 
Ratna Rahmasari (ratnayuna08@gmail.com)
HUBUNGAN KADAR DEBU PLTU KARANGKANDRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI DESA KARANGKANDRI, KECAMATAN KESUGIHAN, KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016 
XVI + 76 halaman: tabel, gambar, lampiran 

Salah satu dampak negatif dari kegiatan industri adalah pencemaran udara. PLTU merupakan industri yang menimbulkan pencemaran udara berupa debu, apabila debu masuk ke saluran pernafasan dapat menyebabkan penyakit ISPA. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kadar debu PLTU Karangkandri dengan kejadian penyakit ISPA di Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Jenis penelitian adalah analitik dengan metode cross sectional. Variabel bebas penelitian yaitu kadar debu PLTU Karangkandri, variabel terikatnya kejadian penyakit ISPA, dan variabel pengganggu meliputi arah angin, kecepatan angin, suhu, kelembaban, curah hujan & kebiasaan merokok anggota keluarga. Data diperoleh dari pengukuran debu menggunakan EPAM 5000 & pemeriksaan ISPA pada responden yang telah didapatkan dari data Puskesmas Kesugihan II, Kabupaten Cilacap. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar dari Permenkes RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah yaitu ≤ 70 µg/m3 dalam 24 jam. Data dianalisis menggunakan program SPSS dengan uji Chi-Square (x2 ). Penelitian diperoleh 4 responden yang kadar debu rumahnya melebihi standar, yaitu 572 µg/m3 , 1011 µg/m3 , 2019 µg/m3 , 71 µg/m3 . Responden yang mengalami ISPA sebanyak 33,33%, arah angin dari selatan menuju arah utara, curah hujan sebesar 342 mm, rata-rata kecepatan angin dalam ruang sebesar 0,1 m/s, rata-rata suhu ruang 32,5ºC, rata-rata kelembaban 81% & sebanyak 68,75% responden memiliki anggota keluarga merokok. Menurut uji statistik menggunakan uji Chi Square (x2 ) diperoleh hasil bahwa ada 2 sel yang nilai harapan <5 1.="" 20="" b="" digunakan="" ekspektasi="" exact="" fisher="" maka="" melebihi="" nilai="" pada="" yaitu="" yang="">Disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan kadar debu PLTU Karangkandri dengan kejadian penyakti ISPA di Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Disarankan kepada PLTU untuk melakukan pemantauan debu minimal 2 kali dalam setahun, yaitu musim kemarau dan musin hujan & disarankan kepada masyarakat agar pada ventilasi rumah dipasang kawat kasa untuk memininalisir debu masuk ke rumah.

Daftar bacaan : 13 (1994-2014)
Kata kunci      : Debu PLTU, Penyakit ISPA
Klasifikasi       :
Full Text