Selasa, 24 Desember 2013

KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR GALI DI DESA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwoketo
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah,  Juni 2012

Abstrak
Tenti Hendiarti  

KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR GALI DI DESA PANGEBATAN  
KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES TAHUN 2012  

XIV + 52 halaman : lampiran, tabel, gambar

Sumur gali merupakan sarana untuk mendapatkan air tanah yang bisa dipakai sebagai sumber air bersih. Air bersih yang didapatkan dari sumur gali harus memenuhi syarat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah Coliform pada air sumur gali, dan mengetahui kondisi sanitasi sumur gali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisis tabel. Subjek penelitian air sumur gali beserta sumur galinya. Data diambil dengan metode observasi dan analisa laboratorium.
Hasil penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap Coliform pada air sumur gali menunjukkan hasil 230 - 930 Coliform/100ml yaitu 3 sumur gali dan >1000 Coliform/ 100ml yaitu 10 sumur gali. Serta kondisi sumur gali yang masih belum memenuhi syarat, diantaranya jarak sumber pencemar dengan sumur gali masih berada ≤ 10 meter, belum terdapat penutup sumur,dll. Hal ini akan berisiko terhadap kualitas air yang digunakan.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah jumlah Coliform dalam air sumur gali tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Diharapkan agar masyarakat memperhatikan konstruksi sumur gali dalam membangun sumur gali, jika sudah mempunyai sumur gali harus menjaga dan merawatnya agar tetap dalam kondisi yang saniter. Karena hal tersebut berpengaruh terhadap kandungan bakteri Coliform dalam air sumur gali dan bisa menyebabkan penyakit gastroenteritis. 
Untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut maka tindakan pencegahan dengan desinfeksi menggunakan kaporit dengan cara chlorin difuser, dan apabila untuk dikonsumsi maka air harus dimasak sampai matang.

Daftar bacaan : 23 (1958-2012)
Kata kunci      : Coliform, Sumur Gali
Klasifikasi       :  -

STUDI DESKRIPTIF KEADAAN SANITASI RUMAH PENDERITA PENYAKIT TB PARU BTA (+) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012

Abstrak
Elita Rokhmatun Naeli Email: eronnaeli@yahoo.com
STUDI DESKRIPTIF KEADAAN SANITASI RUMAH PENDERITA PENYAKIT TB PARU BTA (+) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012
 xviii + 55 halaman: gambar, tabel, lampiran  

Berdasarkan Laporan Triwulan Penemuan Kasus Baru BTA (+) Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas jumlah kasus TB Paru terbanyak adalah di Kecamatan Kembaran khususnya di wilayah kerja Puskesmas II Kembaran. Oleh karena itu perlu dilakukan observasi agar mengetahui penyebab timbulnya penyakit TB Paru yang meliputi luas ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu, kondisi dinding, kondisi lantai, serta kepadatan hunian ruang tidur. 
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional yaitu dengan mendeskripsikan variabel-variabel penelitian dengan cara melakukan observasional pada kondisi sanitasi rumah penderita TB Paru BTA (+). Variabelvariabel penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi kemudian dibandingkan dengan standar dan peraturan yang berlaku yaitu KEPMENKES No. 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 45 rumah Penderita TB Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas II Kembaran memiliki kondisi yang kurang baik karena kurangnya kesadaran penghuni akan pentingnya rumah sehat, dan pola hidup sehat yang tidak diterapkan oleh warga masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 45 rumah penderita TB Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas II Kembaran dikategorikan sebagai rumah tidak sehat dengan kriteria rumah yang tidak memenuhi standar kesehatan. Saran yang dapat diberikan untuk responden yaitu sebaiknya untuk lebih memperhatikan sirkulasi udara, pencahayaan, kelembaban dan suhu ruangan serta dengan menjalin kerjasama dengan pihak Puskesmas wilayah tersebut dalam hal menjaga lingkungan dan perilaku hidup sehat agar penyebaran penyakit TB Paru tidak semakin meluas. 

Daftar Bacaan : 24 (1984-2012)
Kata Kunci     : Sanitasi Rumah-TB Paru
Klasifikasi       :

Deskriptif Demam Berdarah Dengue berdasarkan Variabel Epidemiologi di Wilayah Puskesmas

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politekenik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah,  Juli 2012

Abstrak
Precylia Imantika Nur Utari (precy_imoedz@yahoo.com)
Deskriptif Demam Berdarah Dengue berdasarkan Variabel Epidemiologi di Wilayah Puskesmas 1 Wangon Kabupaten Banyumas 
xiv+ 46 : tabel, halaman, lampiran 

Demam Berdarah Dengue dapat terjadi dari manusia satu ke manusia lain melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan data dari Puskesmas I
Wangon pada tahun 2009 di Wilayah Puskesmas I Wangon jumlah kasus DBD sebanyak ada 14 kasus, pada tahun 2010 sebanyak10 kasus, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak ada 10 kasus. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui gambaran kejadian Demam Berdarah Dengue berdasarkan variabel epidemiologi (orang, waktu dan tempat) di wilayah Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, dan penelusuran data. Data disajikan dalam bentuk narasi terstruktur, grafik, dan tabel. Analisis data dilakukan dengan cara analisis tabel dan grafik.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah berdasarkan tempat Tahun 2008 jumlah kasus terbanyak di desa Wangon sebanyak 27 orang, berdasarkan orang dari tahun 2007 sampai tahun 2011 umur yang rentan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue adalah antara umur 5-59 tahun, sedangkan jenis kelamin yang rentan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue adalah jenis kelamin laki-laki, berdasarkan waktu bulan tertinggi untuk kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue adalah pada bulan Desember sejak tahun 2007 sampai tahun 2011 sebanyak 18 kasus,  karena pada bulan Desember seringkali musim hujan.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Hasil analisis distribusi kasus menurut tempat selama 5 tahun bervariasi, pada Tahun 2008 jumlah kasus terbanyak di desa Wangon sebanyak 27 orang, dari tahun 2007 sampai tahun 2011 umur yang rentan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue adalah antara umur 5-59 tahun. Sedangkan jenis kelamin yang rentan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue adalah jenis kelamin laki-laki, Bulan tertinggi untuk kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue adalah pada bulan Desember sejak tahun 2007 sampai tahun 2011 sebanyak 18 kasus.

 
Daftar bacaan  : 11 (1994-2012)
Kata Kunci      : Epidemiologi, Demam Berdarah Dengue
Klasifikasi        : -

STUDI TENTANG EFISIENSI UNIT FILTRASI UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN PADA PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BENING KECAMATAN PATI KABUPATEN PATI TAHUN 2012

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah,   Juni 2012  

Abstrak
Santi Agus Pratiwi (Elfart_ilmilorenzya@yahoo.com)
STUDI TENTANG EFISIENSI UNIT FILTRASI UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN PADA PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BENING KECAMATAN PATI KABUPATEN PATI TAHUN 2012 
xvi + 99 halaman : lampiran, tabel, gambar 

 PDAM Tirta Bening Pati merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pelayanan umum dibidang penyediaan  air bersih yang
Tujuan penelitian memberikan pelayanan air bersih bagi masyarakat yang memenuhi norma pelayanan dan syarat-syarat kesehatan dan memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD) serta mendorong pembangunan perekonomian daerah dalam rangka pembangunan daerah Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi unit filtrasi dalam menurunkan kekeruhan pada Perusahaan Daerah Air minum. 
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan pengukuran kekeruhan pada inlet dan outlet unit filtrasi. Pengolahan data dengan editing, coding dan tabulating serta penyajian data dalam bentuk tabel.
Hasil analisis pengukuran yang dilakukan terhadap penurunan kekeruhan menunjukkan pada Unit Filtrasi I rata-rata 0,99 NTU (64,1%), Unit Filtrasi II 1,2 NTU (80,7%), Unit Filtrasi III 1,32 (85,5%), Unit Filtrasi IV 1,58 NTU (54,7%).
Peneliti menyimpulkan bahwa efisiensi unit filtrasi pengolahan pada Perusahaan daerah Air Minum Tirta Bening Pati secara umum sudah optimal (77,7%), dan menyarankan agar meningkatkan pemeliharaan dan perawatan berkala agar lebih optimal lagi. 
 
Daftar bacaan :16 ( 1990-2011 )
Kata kunci      : Kekeruhan, efisiensi, filtrasi
Klasifikasi       : - 

DESKRIPSI KONDISI SANITASI, SPESIES LALAT DAN PENGENDALIANNYA DI PASAR SEGAMAS KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2012

Kementerian kesehatan republik indonesia 
Politeknik kesehatan kemenkes semarang
Jurusan kesehatan lingkungan 
Program study diploma III kesehatan lingkungan
Karya tulis ilmiah, juli 2012 

Abstrak
Setyo Hermawan (donghaesetyo@yahoo.com)
DESKRIPSI KONDISI SANITASI, SPESIES LALAT DAN PENGENDALIANNYA DI PASAR SEGAMAS KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2012 
XVI + 105 halaman: narasi, gambar, table, lampiran  

Pasar yang sehat yang memenuhi syarat sanitasi salah satunya adalah pengendalian Vektor Penyakit, beberapa dari macam binatang vektor yang perlu diperhatikan yaitu lalat. Deskripsi tentang  kondisi sanitasi, spesies lalat dan pengendaliannya diharapkan dapat diketahui sanitasi pasar, jenis lalat dan interaksinya terhadap lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sanitasi pasar, spesies lalat dan pengendaliannya di Pasar Segamas Kabupaten Purbalingga.
Penelitian ini termasuk deskriptif, dengan maksud untuk memperoleh gambaran sanitasi pasar, spesies lalat dan pengendaliannya di Pasar Segamas dengan melakukan pengukuran dan identifikasi. Analisis data menggunakan analisis tabel dan dibandingkan dengan teori yang ada.
Hasil penelitian Sesuai dengan item pemeriksaan menurut KEPMENKES 519 tahun 2008 tentang persyaratan kesehatan lingkungan pasar, sanitasi di Pasar Segamas hasilnya cukup (cukup juka jawaban Ya: 36-46 (65%-79%)). Spesies lalat yang ada di sekitar tempat penjualan daging adalah Musca domestica dan Phaenicia sp, disekitar tempat penjualan makanan adalah Musca domestica, di TPS adalah Musca domestica, Sarcophaga sp dan Pahenicia sp. Upaya pengendalian lalat di Pasar Segamas tidak ada.
Simpulan penelitian ini adalah kondisi sanitasi di Pasar Segamas masuk dalam kategori cukup, ditemukan 3 spesies lalat dan belum terdapat pengendalian lalat. Saran untuk pengendalian lalat yaitu perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan dan secara kimia.   

Daftar bacaan : 12 (1985  2011) 
Kata kunci      : Lalat 
Klarifikasi       : - 
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO 
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
KARYA TULIS ILMIAH, 04 JULI 2012 

ABSTRAK 
Rofik Rizkiyadi Dwi Satria fikkusnie@yahoo.com
STUDI DESKRIPTIF ANGKA KUMAN PADA SENDOK MAKAN DI WARUNG BAKSO DAN WARUNG MAKAN DI PASAR SEGA MAS PURBALINGGA TAHUN 2012
xvi+69 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasikan. Studi pendahuluan di Pasar Sega Mas Purbalingga diketahui terdapat banyak warung makan dan bakso menyediakan makanan bagi pengunjung pasar. Jumlah pengunjung di setiap warung bervariasi antara 60  90 orang setiap harinya. Pengunjung warung akan semakin banyak pada hari pasaran. Banyaknya pengunjung menjadikan kesibukan warung makan meningkat. Kondisi tersebut memungkinkan warung makan dan bakso kurang dapat menjaga sanitasi alat makan. Penelitian bertujuan mengetahui dan menghitung angka kuman pada sendok makan di warung bakso dan warung makan di Pasar Sega Mas Purbalingga.
Metode penelitian yang bersifat deskriptif dengan pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui angka kuman yang terdapat pada alat makan sendok yang digunakan oleh pedagang di warung bakso dan warung makan di  Pasar Sega Mas Purbalingga dan Pengumpulan data umum dan data khusus dengan cara wawancara, observasi, dan pengukuran di lapangan jumlah sempel seluruhnya ada 19 sampel.
Hasil penelitian menunjukan angka kuman pada sendok di warung makan Pasar Sega Mas Purbalingga diketahui bahwa dari seluruh sampel sebanyak 9 (sembilan) sampel seluruhnya tidak memenuhi syarat, karena jumlahnya lebih dari 100 koloni/cm2  dan angka kuman pada sendok di warung bakso Pasar Sega Mas Purbalingga diketahui bahwa dari seluruh sampel sebanyak 10 (sepuluh) sampel yang dihitung, hanya terdapat 3 (tiga) sampel yang memenuhi syarat.
Simpulan angka kuman pada sendok di warung makan Pasar Sega Mas Purbalingga yang dihitung dari 9 (sembilan) sampel, seluruhnya pada kategori tidak memenuhi syarat dan angka kuman pada sendok di warung bakso Pasar Sega Mas Purbalingga yang dihitung dari 10 (sepuluh) sampel, hanya terdapat 1 (satu) sampel yang memenuhi syarat, dan lainnya tidak memenuhi syarat. Pemilik warung makan dan warung bakso harus memperhatikan hygiene sanitasi lingkungan, khususnya kebersihan peralatan makan sendok dengan melakukan teknik pencucian yang benar.

Daftar Bacaan :  11 (1993  2011)
Kata kunci      :  Angka Kuman, sendok, warung 
Klasifikasi       :  - 

STUDY HACCP ( HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT ) PABRIK MIE

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokwerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012 

ABSTRAK
Rike Afri Oktani  ( oktaoktarieke@yahoo.com )
STUDY HACCP  ( HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL   POINT )  PABRIK MIE KERING TJAP TIGA ANAK KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 
xvi + 151 halaman : halaman, gambar, tabel , lampiran

HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point ) atau Analisis Bahaya Titik Kendali Kritis menurut Dirjen PP & PL Kemenkes RI ( 2010 )  adalah alat yang dipakai untuk mengukur tingkat bahaya, menduga perkiraan resiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan dengan menitikberatkan pada pencegahan dan pegendalian proses pengolahan makanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui diagram alir produksi mie kering di Pabrik Mie Kering Tjap Tiga Anak Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, mengetahui analisis bahaya setiap langkah produksi, mengetahui titik pengendalian kritis setiap langkah produksi, mengetahui batas kritis setiap CCP, mengetahui cara pemantauan untuk setiap CCP dan mengetahui tindakan perbaikan.
Metode penelitian ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan penerapan sistem HACCP di pabrik mie kering Tjap Tiga Anak Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas Tahun 2012 mulai dari pemilihan bahan baku sampai pengemasan. Sampel yang diambil oleh peneliti adalah 15 pekerja dari 55 pekerja untuk persyaratan personal hygiene penjamah dan sampel mie kering untuk pemeriksaan ALT  ( Angka Lempeng Total )  dan Kapang.
Hasil pengamatan untuk penjamah tidak menggunakan APD  ( sarung tangan, penutup kepala dan masker ) , tetapi penjamah sudah menggunakan celemek pada saat proses produksi dan penjamah tidak mencuci tangan sebelum bekerja. Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan ALT pada mie kering sebesar 1,5 x 105koloni/gram dan untuk Kapang sebesar 1,5 x 10koloni/gram. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.06.1.52.4001 Tahun 2009 tentang Jenis Makanan serta Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan khususnya tentang mie kering sudah memenuhi syarat dan aman untuk dikonsumsi. Pemantauan dilakukan secara organoleptik oleh pihak kepala pabrik dan belum ada tindakan perbaikan .
Kesimpulan penelitian ini adalah Pabrik Mie Kering Tjap Tiga Anak Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas belum memenuhi persyaratan penerapkan sistem HACCP. Pemilik pabrik disarankan lebih selektif dalam melakukan pemilihan bahan yang berkualitas dan sesuai persyaratan dan untuk penjamah makanan sebaiknya meningkatkan kebersihan perseorangan.

Daftar bacaan : 19  ( 1994-2010 )
Kata kunci      : HACCP Mie Kering
Klasifikasi      : -

STUDI SANITASI PANTI ASUHAN

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012

Abstrak
Resti Dwi Minarni (cresti86'yahoo.co.id)
STUDI SANITASI PANTI ASUHAN HARAPAN MULIA MERSI DI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012
XV+107 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Panti asuhan adalah suatu lembaga pemerintah atau masyarakat untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup, panti asuhan merupakan tempat untuk menampung banyak orang yang memungkinkan terjadinya masalah kesehatan dan sanitasi, tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi sanitasi panti asuhan meliputi fasilitas sanitasi, ruang dan bangunan, penyediaan air bersih, makanan dan minuman, pengelolaan sampah, pembuangan tinja dan air limbah, pengendalian vektor, penanganan linen, perilaku hidup bersih dan sehat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif. Subjek ini adalah tentang kondisi sanitasi Panti Asuhan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data yang digunakan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi panti asuhan dari hasil penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh kondisi sanitasi panti asuhan yaitu fasilitas sanitasi seperti kamar mandi dan alat-alat kebersihan tersedia dengan jumlah cukup dan kondisi balk, sanitasi ruang dan bangunan 56,4% (cukup baik), penyediaan air bersih 66,9% (cukup baik), sanitasi makanan dan minuman 73,1% (cukup baik), pengelolaan sampah 46,5% (cukup baik), pembuangan tinja dan air limbah 63,3% (cukup baik), pengendaalian vektor 55% (cukup baik), penanganan linen 80% (baik), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 59,2% (cukup baik).
Simpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah kondisi sanitasi panti asuhan diperoleh hasil 66,9% (cukup balk) dan termasuk kategori memenuhi syarat, penilaian diambil dari penggabungan hasil checklis dan kuisioner. Saran sebaiknya semua penghuni panti asuhan selalu menjaga dan merawat kebersihan lingkungan, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat agar tercipta kondisi nyaman dan sehat. 

Daftar bacaan  : 26 (1990-2012)
Kata kunci       : sanitasi panti asuhan
Klasifikasi        : -

Selasa, 17 Desember 2013

STUDI KOMPARASI TOTAL BAKTERI Coliform BAHAN BAKU ES BATU DAN ES BATU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan  Prwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah,  Juli 2012  

Abstrak  

Restuti (tuvye.cho@gmail.com)
STUDI KOMPARASI TOTAL BAKTERI  Coliform BAHAN BAKU ES BATU DAN ES BATU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN MERSI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR TAHUN 2012 
xviii + 114 halaman: gambar, tabel, lampiran

 Es batu merupakan bahan pendingin minuman yang banyak diminati oleh
semua kalangan masyarakat dan secara umum dianggap aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi bahan baku yang digunakan dapat terkontaminasi mikroorganisme pathogen golongan Coliform akibat adanya kontaminasi tinja pada sumber bahan baku, khususnya air sumur gali.
Tujuan Penelitian untuk mengetahui perbedaan total bakteri Coliform bahan baku es batu dan es batu pada industri rumah tangga di Kelurahan Mersi, khususnya yang menggunakan air sumur gali sebagai sumber bahan baku.
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional untuk memperoleh perbadaan dari dua sampel tidak berpasangan dengan metode cross sectional. Variabel Penelitian ini antara lain variabel bebas (hygiene sanitasi makanan dan minuman), variabel terikat (total bakteri Coliform bahan baku es batu dan es batu). Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan total bakteri Coliform di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Data disajikan dalam bentuk narasi terstruktur dan tabel. Analisis data menggunakan T-Test Independent Sample. 
Hasil Penelitian yang diperoleh adalah rata-rata total bakteri Coliform bahan baku sebesar 1052 MPN/100ml, rata-rata total bakteri Coliform es batu sebesar 589 MPN/100ml atau 6/gram dan skore penerapan hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah 56,5% atau memenuhi syarat. Berdasarkan uji statistik, nilai signifikan (2-tailed) 0,331 lebih besar dari (>) nilai α (0,05), sehingga tidak ada perbedaan total bakteri Coliform bahan baku es batu dan es batu. 
Peneliti menyimpulkan bahwa total bakteri Coliform bahan baku es batu sebesar 1052 MPN/100ml dan total bakteri Coliform es batu sebesar 589 MPN/100ml atau 6/gram karena penanganan bahan baku dan kebersihan peralatan yang digunakan belum memenuhi syarat. Berdasarkan uji statistik, tidak ada perbedaan total bakteri Coliform bahan baku es batu dan es batu. Jadi, disarankan kepada produsen es batu agar melakukan desinfeksi bahan baku es batu terlebih dahulu sebelum dibekukan menjadi es batu. 
 
Daftar bacaan : 38 (1985-2012)
Kata kunci      : Es Batu
Klasifikasi       :

STUDI HUBUNGAN PEMANFAATAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan  Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012 

Abstrak 
Raswati (rasy.wati@yahoo.co.id)
STUDI HUBUNGAN PEMANFAATAN JAMBAN   DENGAN KEJADIAN DIARE  DI DESA KARANGJAMBE KECAMATAN PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2012
XVI + 87 halaman, tabel, lampiran gambar.

Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, lebih dari tiga kali sehari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan jamban, mendeskripsikan kasus diare, mengetahui hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian diare di Desa Karangjambe Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga.
Jenis penelitian yang digunakan  adalah observasional analitik dengan Chi  square dengan rancangan Case  control. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 kasus diare dan 20 kontrol diare dari data bulan Febuari  Maret. Analisis data digunkan analisis Univariat dan Bivariat.
Hasil penelitian berdasarkan Univariat menunjukkan bahwa faktor kepemilikan  jamban responden kelompok kasus 45% tidak memilik jamban, dari kelompok kontrol 85% memiliki jamban. Pada faktor pemanfaatan jamban responden kasus 60% tidak memanfaatkan jamban, dan dari kelompok kontrol 75% memanfatkan jamban. Pada faktor perilaku membuang air besar dari kelompok kasus 60% buang air besar di sungai, dan dari kelompok kontrol 70% buang air besar di jamban. Hasil Bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare, berdasarkan perhitungan diperoleh nilai X2 hitung = 5,013 dan p ( Assymp. Sign) = 0,025 ( p < α 0,05 ) uji  =0,354 nilai OR = 4,500.(95% CI= 1,166  17,373).
Kesimpulan dari penelitian  didapatkan hasil responden dari kelompok kasus diare 60% tidak memanfaatkan jamban, 40% memanfaatkan jamban, dari kelompok kontrol 25% tidak memanfaatkan jamban, 75% memanfaatkan jamban. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan jamban dengan kejadian diare. Disarankan masyarakat membuat jamban sendiri atau berkelompok dengan tetangga sebagai sarana buang air besar sesuai dengan persyaratan jamban sehat, diharapkan masyarakat memanfaatkan jamban tersebut sebagai sarana buang air besar, sebaiknya masyarakat merawat jamban secara berkala. Pemerintah diharapkan memberi dorongan kepada warganya untuk membangun WC sediri dan memanfaatkan jamban sebagai sarana buang air besar, meningkatkan frekuensi penyuluhan yang berhubungan dengan diare dan pentingnya memanfaatkan jamban.

Daftar bacaan  : 30 (1991  2012
Kata kunci       : Pemanfaatan jamban
Klasifikasi        : -

STUDI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012

Abstrak
RACHMAH MELATI ( rachmah.melati@yahoo.com)
STUDI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT.PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT (RU) IV CILACAP TAHUN 2012
XVII + 85 halaman: gambar, tabel, lampiran

Limbah cair minyak bumi dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sesuai dengan Undang-undang  No.32 Tahun 2009 maka setiap penghasil limbah B3 wajib melakukan pengolahan sebelum limbah tersebut dibuang atau dilepas ke alam.
Tujuan  penelitian ini adalah Mengetahui sistem Pengolahan Limbah Cair Di PT.Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini adalah proses pengolahan limbah cair yang terdiri dari unit proses dan operasi. Cara pengambilan data penelitian ini adalah data umum dan khusus
Hasil penelitian adalah sumber limbah PT.Pertamina berdasarkan tipe dan frekuensi pencemaran (Air domestik dan sanitary, air proses, air yang selalu
tercemar minyak, air yang kadang-kadang tercemar minyak, air bebas dari senyawa organik) dan berdasarkan asalnya (On site area dan Off site area), operator pengolahan limbah cair adalah semua pegawai HSE, proses pengolahan limbah cair yaitu air limbah yang mengandung B3 dilairkan ke CPI dan SWS lalu ke HB sedangkan limbah cair yang tidak mengandung B3 dialirkan ke Sungai Donan, kegiatan monitoring pengolahan limbah cair pada HB oleh BBTPPI, pemenuhan baku mutu dalam periode bulan Januari-April 2012 mengacu pada Peraturan Menteri LH No 19 Tahun 2010 telah memenuhi syarat.
Kesimpulan penelitian ini adalah sumber limbah PT.Pertamina berdasarkan tipe dan frekuensi pencemaran dan berdasarkan asalnya, operator pengolahan limbah cair adalah semua pegawai HSE, proses pengolahan limbah cair yaitu air limbah yang mengandung B3 dialirkan ke CPI dan SWS lalu ke HB sedangkan limbah cair yang tidak mengandung B3 dialirkan ke Sungai Donan, kegiatan monitoring pengolahan limbah cair pada HB oleh BBTPPI, pemenuhan baku mutu dalam periode bulan Januari-April 2012 telah memenuhi syarat. Saran dalam penelitian ini adalah optimalisasi fungsi dan pemeliharaan pada setiap unit pengolahan limbah cair, semua operator harus memahami proses pengolahan limbah cair, memaksimalkan pemantauan pada alat kontrol, pengurasan HB agar tidak terjadi timbunan lumpur, diperlukan aerasi tinggi terhadap BOD, COD dan kandungan mikroorganisme.

Daftar bacaan : 14 (2002-2010)
Kata kunci      : Pengolahan Limbah Cair

 

Studi Tentang Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Tahap Pelaksana Pada Ayam Bakar

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwoketo
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah,  Juni 2012

Abstrak
Puspita Kristiyaningrum (puspitakristiyaningrum@yahoo.co.id)
Studi Tentang Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Tahap Pelaksana Pada Ayam Bakar di Resto Sambas Kabupaten Purbalingga Tahun 2012 
XV+97 halaman : lampiran, tabel, gambar 

Daging ayam merupakan produk unggas yang berpotensi terkontaminasi bahaya fisik, kimia, dan mikrobiologi. Bahaya fisik yang ada pada daging ayam misalnya  terdapat potongan bulu, kuku atau debu. Bahaya kimianya adalah memungkinkan mengandung formalin dan logam berat. Bahaya mikrobiologinya yaitu adanya bakteri salmonella pada daging terutama disebabkan oleh
pertumbuhan bakteri pembusuk .
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran personal hygiene dan perilaku pada penjamah makanan, kebersihan secara fisik pada alat, kondisi sanitasi pada tempat pengolahan, kualitas bahan baku dan metode atau cara pengolahan, menganalisis bahaya setiap produksi, menentukan titik pengendalian kritis, batas kritis tiap CCP, dan cara pemantauan dalam pembuatan Ayam Bakar di Resto Sambas Kabupaten Purbalingga.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh berdasarkan gambaran umum rumah makan, tingkat pendidikan penjamah, dan struktur organisasi rumah makan. Cara pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. 
Hasil penelitian berupa pengambilan data dilakukan dengan wawancara dengan bantuan cheklis dan kuesioner pada penjamah, alat, tempat, bahan baku, dan metode serta penerapan HACCP. Disajikan dalam bentuk tabel dan skor cheklist. Hasil prosentase yang diperoleh dari cheklis yaitu 93,33 %
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah gambaran penjamah akan Personal Hygiene dan perilaku yang belum memenuhi syarat, sedangkan  untuk kebersihan secara fisik pada alat, kondisi sanitasi pada tempat pengolahan, kualitas bahan baku dan metode atau cara pengolahan sudah baik dan memenuhi syarat. Diharapkan Penjamah dapat memperbaiki tentang Personal Hygiene dan perilaku karena hal tersebut berpengaruh terhadap penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dan kontaminasi pada makanan.
 
Daftar Bacaan  : 11 (1986-2009)
Kata Kunci      : HACCP, Ayam Bakar
Klasifikasi        :

STUDI ANGKA KUMAN MAKANAN PADA PEDAGANG NASI RAMES DI JALAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012

Abstrak 
Okti Maulita Dewi (oktimaulita@ymail.com)
STUDI ANGKA KUMAN MAKANAN PADA PEDAGANG NASI RAMES DI JALAN PERENG PURWOKERTO TAHUN 2012. 
xvi+ 92 halaman: tambel, lampiran, gambar  

Makanan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia. Makanan yang diproduksi oleh manusia harus memiliki nilai gizi yang tinggi, mempunyai bentuk yang menarik, aman, dan tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia dan tidak menimbulkan penyakit.
Tujuan penelitian adalah menghitung angka kuman makanan pada pedagang nasi rames, dengan melihat perilaku penjamah makanan, dan mendeskripsikan gambaran 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi makanan pada pedagang nasi rames. 
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dari pedagang nasi rames di Jalan Pereng Purwokerto, dengan cara observasi, dan pemeriksaan di laboratorium yang kemudian diketahui hasil angka kuman pada nasi rames.
Hasil penelitian dari observasi pengolahan makanan dari proses pemilihan bahan makanan sampai penyajian makanan yang dilakukan pada pedagang nasi rames di Jalan Pereng sudah memenuhi syarat, dengan hasil prosentase untuk BI 67,5%, BB 73,75%, BI 70%, PB 75%, dan BL 68,75. Hasil pemeriksaan angka kuman pada nasi rames, dengan sampel sebanyak 5 sampel nasi rames hanya satu sampel makanan yang hasil pemeriksaanya di atas standart yang ditetapkan. 
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan hygiene sanitasi makanan pada lima pedagang nasi rames di Jalan Pereng Purwokerto sudah memenuhi syarat, yaitu dengan skore 70,6%. Lima sampel nasi rames yang diperiksa hanya satu sampel yang positif. Saran yang dapat diberikan kepada pedagang nasi rames di Jalan Pereng Purwokerto untuk selalu menjaga kebersihan tempat pengolahan makananan dan bagi penjamah diadakan pelatihan tentang pengolahan makanan dan minuman atau penempelan stiker cukup baik tentang pengolahan makanan dan minuman pada area Jalan Pereng Purwokerto, serta diharapkan bagi pedagang nasi rames untuk tidak menyimpan sisa makanan, untuk dihangatkan dan dijual kembali keesokan harinya.  

Daftar bacaan : 28 (1985-2012)
Kata kunci      : Penjamah makanan,  angka   kuman makanan
Klasifikasi       : -

Senin, 16 Desember 2013

KANDUNGAN PESTISIDA PADA SUMBER AIR

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                          Karya Tulis Ilmiah.2010

Abstrak
Sugiharno
KANDUNGAN PESTISIDA PADA SUMBER AIR DI DESA KEMUTUG KIDUL KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2010 
xv+41 halaman : gambar,tabel,lampiran   

Desa Kemutug ialah desa yang terletak di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas dengan jumlah penduduk 2977 jiwa dan luas wilayah 12 hektar, 40% pemukiman dan 60% daerah pertanian.Dengan luas lahan pertanian yang begitu luas, dan cara bercocok tanaman masyarakat sangat ketergantungan dengan pestisida apa bila tanpa pestisida petani tidak akan berhasil bercocok tanam sampai panen, sedangkan sumber air yang digunakan masyarakat berada di area pertanian air tersebut kemungkinan bisa tercemar pestisida, sedangkan pestisida itu sendiri sangat membahayakan kesehatan manusia apabila dikonsumsi secara terus menerus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan pestisida pada sumber air tersebut.   Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif ,yaitu mengambarkan dan memaparkan hasil penelitian,yang dimaksudkan untuk mengetahui kandungan pestisida pada sumber air di Desa Kemutug Kidul Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas Tahun 2010. Tehnik sampling yang digunakan yaitu metode grap sample ( contoh sesaat ), dan instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.  
Hasil penelitian ini menunjukkan sampel positif mengandung pestisida, akan tetapi apabila dibandingkan dengan permenkes 402 / Menkes / Per / IV/2010 air tersebut masih dalam ambang batas. Sedangkan hasil wawancara dari 10 responden, 2 mempunyai prilaku cukup, sedangkan 8 mempunyai prilaku kurang baik.  Saran sebaiknya masyarakat mencari sumber air atau mata air lain yang kebersihannya lebih layak untuk dikonsumsi dan memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan untuk mengurangi hama dan bintang pengganggu sebaiknya para petani mengamati rantai makanan dan ekosisitem agar hewan-hewan tertentu tidak berkembang biak menjadi banyak serta untuk mengurangi pencemaran pestisida sebaiknya para petani memulai  bercocok tanam secara organik.  

Daftar baca : 1990-2010
Kata kunci  : kandungan pestisida pada sumber air, Kemutug Kidul,  Baturraden
klasifikasi    : - 

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politekenik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                  Karya Tulis Ilmiah,  Juni 2012

Abstrak
Elias Habibi (abie_lavigne@yahoo.com)
HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA BAGIAN GUNTING di PT. ROYAL KORINDAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2012
xvi + 105 halaman, tabel, gambar, lampiran 

Kelelahan adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Pekerjaan menggunting merupakan pekerjaan yang dilakukan dengan sikap kerja duduk dan membutuhkan ketelitian tinggi, dan jika tidak didukung dengan sarana meja dan kursi kerja yang sesuai, dapat menimbulkan keluhan  keluhan seperti kelelahan pada pekerja, karena terjadinya penekanan pada otot tubuh tertentu yang digunakan untuk menahan anggota tubuh yang lain, yang tidak bisa ditahan oleh sarana meja dan kursi kerja.
Tujuan penelitian ini yaitu  untuk mengetahui  hubungan antara sikap kerja duduk dengan kelelahan subyektif pada pekerja bagian gunting di PT. Royal Korindah Kabupaten Purbalingga.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, data primer meliputi pengukuran kelelahan kerja, observasi dan wawancara pada pekerja bagian gunting dan pengukuran suhu, kelembaban, dan beban kerja. Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini yaitu data mengenai kondisi PT. Royal Korindah. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi bdan pengukuran, Sampel dalam penelitian yaitu 30 pekerja pada bagian gunting, dan analisis data menggunakan uji statistik Chi square.
Hasil penelitian ini yaitu tidak ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan kelelahan subyektif pada 30 sampel pekerja bagian gunting PT. Royal Korindah. Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p-value lebih besar dari α (0,05). Hasil pengukuran suhu sebesar 310C, kelembaban 59%, beban kerja sebanyak 28 pekerja mengalami kelelahan ringan dan 2 pekerja mengalami kelelahan sangat ringan. Sedangkan untuk pengukuran kelelahan bahwa 23 pekerja mengalami kelelahan ringan dan  7 pekerja mengalami kelelahan normal. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap kerja duduk pekerja pada bagian gunting dengan kelelahan subyektif di PT. Royal Korindah. Saran untuk pihak perusahaan dapat menambah ventilasi, exhauster, dan air conditioning untuk menstabilkan suhu ruangan dan alas meja dibuat miring 450C untuk menhindari sikap pekerja yang membungkuk. 

Daftar bacaan : 16 (2000  2011)
Kata kunci      : Sikap Kerja Duduk, Kelelahan Subyektif
Klasifikasi       : -

STUDI EFISIENSI WATERFALL AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) PADA UNIT PENGOLAHAN AIR BERSIH DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2012

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012 


Abstrak
Gadang Aji Leksono (aji.leksono@ymail.com)
STUDI EFISIENSI WATERFALL AERATOR  DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) PADA UNIT PENGOLAHAN AIR BERSIH DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2012 
XIII + 85 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Air merupakan suatu kebutuhan vital untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Penyakit perut merupakan penyakit yang paling banyak terjadi di indonesia. Proses pengolahan air dilakukan untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat kesehatan, Salah satu cara perbaikan kualitas air yaitu aerasi. Aerasi adalah proses pengolahan air dengan cara mengontakkan dengan udara.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui persentase kadar besi (Fe) ) pada Waterfall Aerator.
Jenis penelitian adalah observasional dengan analisis inferensial. Pengumpulan data dengan pemeriksaan kadar besi (Fe) di laboratorium dan data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Analisis data menggunakan uji statistik paired t-test yaitu membandingkan kadar besi (Fe) sebelum dan sesudah perlakuan dengan metode aerasi.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi fisik air tanah dalam memenuhi syarat yaitu tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. pH rata-rata air tanah dalam sebelum dan sesudah adalah 7, suhu awal rata-rata air tanah dalam 28,5C dan setelah aerasi 27,75o
C sedangkan rata-rata kadar besi (Fe) awal air tanah dalam adalah1,19 mg/ltr dan rata-rata sesudah perlakuan adalah 0,224 mg/ltr. Hasil paired t-test nilai signifikasi (2-tailed) 0,000 kurang dari (<) nilai α (0,05) diperoleh ada penurunan kadar besi (Fe) air tanah setelah menggunakan Waterfall Aerator dibanding sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih, pada air bersih sebaiknya kadar besi (Fe) maksimum yang diperbolehkan sebanyak 1,0 mg/ltr.
Peneliti menyimpulkan efisiensi Waterfall Aerator dalam menurunkan kadar besi (Fe) rata-rata 81,18% dan ada penurunan kadar besi (Fe) air tanah setelah menggunakan Waterfall Aerator dibanding sebelumnya. Saran peneliti sesuai hasil penelitian bagi Instalasi Pengolahan Lingkungan RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo pertahankan dan tingkatkan pemeliharaan pada bangunan Waterfall Aerator dan komponen pendukung pengolahan air lainnya agar kondisi tetap terawat. 

Daftar bacaan   :  24 (1984-2012)
Kata Kunci       :  Kadar besi (Fe), aerasi
Klasifikasi         :  -

STUDI KOMPARASI VARIASI DIAMETER BATU APUNG SEBAGAI MEDIA FILTER UNTUK MENURUNKAN DETERJEN DALAM AIR

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
                                                                                                              Karya Tulis Ilmiah, 03 Juli 2012

Abstrak
Fajar Surya Utama (edhotzz@yahoo.com)
STUDI KOMPARASI VARIASI DIAMETER BATU APUNG SEBAGAI MEDIA FILTER UNTUK MENURUNKAN DETERJEN DALAM AIR TAHUN 2012 
 XV + 64 halaman : lampiran, tabel, gambar

Deterjen merupakan salah satu unsur yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu usaha pengolahan agar deterjen yang terkandung dalam air tidak menjadi masalah khususnya pada ekosistem air. Salah satu cara pengolahan yaitu dengan batu apung.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penurunan kadar deterjen pada variasi diameter batu apung.
Metode penelitian ini adalah metode quacy experiments dengan menggunakan media saring batu apung yang diharapkan dapat menjadi media adsorpsi dan jika dilihat dari karakteristik batu apung itu sendiri mempunyai porositas yang cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat Dinas Kesehatan Unit Pelaksanaan Teknik Dinas Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Jl. Sederhana No. 5 Bandung. Data yang disajikan dalam bentuk narasi dan numerik.
Hasil penelitian menunjukan adanya penurunan kadar deterjen dengan media saring batu apung rata-rata 2,49 mg/lt. Penurunan kadar deterjen dengan batu apung diameter 0,1  0,5 cm adalah 1,88 mg/lt, batu apung dengan diameter 0,5  1 cm adalah 2,17 mg/lt dan batu apung dengan diameter 1  2 cm adalah 2,31 mg/lt. Peneliti menyimpulkan sesuai PP N0 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, bahwa kadar deterjen maksimal adalah 0,2 mg/lt berarti masih belum memenuhi syarat tidak ada perbedaan yang bermakna antara variasi diameter batu apung terhadap penurunan kadar deterjen bahwa semakin kecil variasi diameter saring batu apung pengaruh penurunan kadar deterjen yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan diameter yang lebih besar (0,0033771 < 3,11) Ho ditrima.
Kesimpulan penelitian adalah semakin kecil diameter batu apung, semakin luas kontak air dengan batu apung. Rata-rata kemampuan batu apung dalam menurunkan kadar deterjen di air adalah 14%. Aplikasi pengolahan sederhana dalam menurunkan kadar deterjen. Peneliti selanjutnya untuk penggunaan batu apung dalam menurunkan paremeter deterjen seperti PO, pH, COD dan BOD.   

Daftar bacaan : 12 (1982 - 2009) 
Kata kunci      : Deterjen, Batu Apung
Klasifikasi       :  -

STUDI KOMPARASI JUMLAH ANGKA KUMAN UDARA RUANG PERAWATAN KENANGA KELAS 2 DAN 3 DI RSUD

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurussan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012

Abstrak
Dyah Moriska Candra (cha_luph_taa@rocketmail.com)
STUDI KOMPARASI JUMLAH ANGKA KUMAN UDARA RUANG PERAWATAN KENANGA KELAS 2 DAN 3 DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2012
XVIII + 98 halaman : gambar, tabel, lampiran

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto mempunyai nilai BOR 108,10 % dengan kapasitas tempat tidur 497 buah. Rumah sakit  mempunyai dampak negatif yaitu sumber penularan infeksi nosokomial.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan jumlah angka kuman udara di ruang perawatan kenanga kelas 2 dan 3.       
Jenis penelitian observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Jenis variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas (kondisi ruang perawatan kenanga kelas 2 dan 3), variabel terikat (angka kuman udara), variabel pengganggu (suhu, kelembaban, pencahayaan, luas lubang ventilasi, pelaksanaan desinfeksi, kepadatan hunian). Analisis data menggunakan uji Independent T-test.        Kondisi ruang perawatan kenanga kelas 2 dan 3 termasuk katagori baik, dengan jumlah skor yang sama (84,84%).
Hasil penelitian Ruang perawatan kenanga tidak dilaksanakan desinfeksi pada saat penelitian. Rata-rata angka kuman udara kelas 2 adalah 54 CFU/m3, kelas 3 adalah 149 CFU/m3, masih dibawah persyaratan KEPMENKES RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (200-500 CFU/m). Rata-rata suhu ruang perawatan kenanga kelas 2 (27,87C), kelas 3 (28,5C). Rata-rata kelembaban ruang perawatan kenanga kelas 2 (62,27%), kelas 3 (59,65%). Rata-rata pencahayaan ruang perawatan kenanga kelas 2 (145,3 Lux), kelas 3 (87,5 Lux). Rata-rata luas lubang ventilasi ruang perawatan kenanga kelas 2 (0%) dari luas lantai, kelas 3 sebesar 4,35% dari luas lantai. Rata-rata kepadatan hunian ruang perawatan kenanga kelas 2 (17 m2/orang), kelas 3 (4,13 m/orang). Hasil uji Independent T-test diketahui tidak ada perbedaan yang bermakna antara jumlah angka kuman udara ruang perawatan kenanga kelas 2 dan 3 karena nilai signifikan (2-tailed) lebih besar dari α (0,05), yaitu 0,054.         Peneliti menyimpulkan jumlah angka kuman udara ruang perawatan kenanga kelas 2 dan 3 masih memenuhi syarat. Peneliti menyarankan, perlu adanya jadwal pelaksanaan desinfeksi udara di ruangan secara rutin dengan didukung pengaturan ruangan untuk pasien baru, untuk peneliti lain dapat menambah jumlah variabel yang digunakan, seperti perilaku pasien, penunggu pasien, dan cuaca pada saat pengambilan sampel. 

Daftar bacaan : 28 (1981-2012)
Kata kunci      : Ruang perawatan kenanga, angka kuman udara
Klasifikasi       : - 

HUBUNGAN ANTARA SANITASI ASRAMA, PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012
 
Abstrak 
Dwi Ari Budhiarti (dwiari.budhiarti_@yahoo.co.id)
HUBUNGAN ANTARA SANITASI ASRAMA, PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN ROUDHLOTUL QURAN DESA SIRAU KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012
XVI + 63 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Scabies merupakan salah satu penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Di Indonesia scabies dikenal sebagai penyakit kudis. Kulit terasa gatal di malam hari dan terdapat vesikula kecil berisi cairan bening. Reservoir Scabies adalah manusia, penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang ataupun lewat perantara benda. Banyak faktor yang mempengaruhi penularan penyakit scabies, diantaranya kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, pengetahuan dan personal hygiene.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara sanitasi asrama, pengetahuan dan personal hygiene santri dengan kejadian Scabies di Pondok Pesantren Roudhlotul Quran Desa Sirau Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas (sanitasi asrama, pengetahuan santri, personal hygiene santri), variabel terikat (kejadian scabies) dan variabel pengganggu (kualitas air). Sampel penelitian ini adalah santri yang tinggal di Pondok Pesantren Roudhlotul Quran Sirau. Penentuan sampel dengan menggunakan propotional random sampling  sebanyak 40 orang. analisis data menggunakan uji  statistik Chi Square (x2).
Hasil penelitian menggunakan uji statistik Chi Square (x2) analisis bivariat sanitasi asrama (p= 0,194, OR= 3,231) tidak ada hubungan antara sanitasi asrama dengan kejadian scabies, pengetahuan (p= 0,155, OR= 0,152) tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian scabies, personal hygiene (p= 0,012, OR= 12) ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian scabies di  Pondok Pesantren Roudhlotul Quran Sirau.  
Kesimpulanya faktor risiko sanitasi asrama dan pengetahuan tidak ada hubungan dengan kejadian scabies, sedangkan faktor risiko personal hygiene
menunjukkan ada hubungan dengan kejadian scabies di Pondok Pesantren Roudhlotul Quran. Saran berdasarkan hasil penelitian santri pondok pesantren hendaknya selalu menerapkan personal hygiene yang baik dalam kehidupan sehari-hari dan menjaga kebersihan lingkungan.

Kepustakaan  : 26 (1998-2012)
Kata kunci     : Scabies, pondok pesantren, personal hygiene
Klasifikasi      : -

STUDI TENTANG ANTROPOMETRI PEKERJA DENGAN SARANA MEJA DAN KURSI KERJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, 26 Juni 2012

Abstrak
Danang Sadewo (danang_sadewo@ymail.com)
STUDI  TENTANG ANTROPOMETRI PEKERJA DENGAN SARANA MEJA DAN KURSI KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. SUTANTO ARIFCHANDRA ELEKTRONIC KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012
 xvii+53 halaman : tabel, gambar, lampiran

Ergonomi merupakan ilmu penerepan untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap tenaga kerja. Salah satu indikator ergonomi yaitu penerapan antropometri dengan sarana meja dan kursi kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pekerja yang menggunakannya. Sehingga tidak menyebabkan kelelahan dan menurunnya produktifitas kerja.
Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui kesesuaian antara antropometri pekerja dengan sarana meja dan kursi kerja yang digunakan di bagian packing produksi AV dan LV di PT. Sutanto Arifchandra Elektronic Sokaraja
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah bagian packing produksi AV dan LV di PT. Sutanto Arifchandra Elektronic dengan jumlah pekerja 30 pekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran.  
Hasil penelitian menunjukan bahwa antropometri pekerja, sarana meja dan sarana kursi pekerja, belum sesuai pada bagian packing produksi AV dan LV di PT. Sutanto Arifchandra Elektronic Sokaraja. Sehingga dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan menurunnya produktifitas kerja.
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa belum sesuai antara antropometri pekerja dengan sarana meja dan kursi kerja. Untuk mencegah menurunnya produktifitas kerja maka hendaknya menggunakan sarana meja dan kursi yang sesuai dengan antropometri pekerja.

Daftar bacaan : 10 (2004 - 2012)
Kata kunci      : Kesesuain Antara Antropometri Pekerja dengan Sarana Meja dan Kursi Kerja 
Klasifikasi       : -

STUDI KOMPARASI ANGKA KUMAN PADA HANDLE PINTU BANGSAL DAN RUANG ADMINISTRASI DI RUMAH SAKIT

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012 


ABSTRAK 
Catur Wulan Febriyanti (caca_wulans@yahoo.com)
STUDI KOMPARASI ANGKA KUMAN PADA HANDLE PINTU BANGSAL DAN RUANG ADMINISTRASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KEBUMEN TAHUN 2012 
xvi + 99 halaman : halaman, gambar, tabel, lampiran 

Angka kuman menurut Yenice Derek (2008) adalah mikroorganisme pathogen atau non pathogen menurut pengamatan secara visual atau dengan kaca pembesar pada media penanaman yang diperiksa, kemudian dihitung berdasarkan lempeng total.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan angka kuman pada handle pintu bangsal dan ruang administrasi mengetahui angka kuman pada handle pintu bangsal dan menganalisis perbedaan angka kuman pada handle pintu Bangsal dan Ruang Administrasi di RSUD Kebumen.
Metode penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan jenis penelitian analisis inferensial yaitu memeriksa angka kuman pada handle pintu bangsal dan handle pintu administrasi kemudian menganalisis adanya perbedaan angka kuman handle pintu bangsal dan handle pintu ruang
administrasi dengan menggunakan uji statistik yaitu uji komparasi.
Hasil pemeriksaan angka kuman pada handle pintu bangsal Peristi 1358 koloni/cm2, ICU 2240 koloni/cm2, bangsal Cempaka (kamar E2) 1088 koloni/cm, bangsal Bougenvil (kamar A2) 1355 koloni/cm2, bangsal Terate (kamar A4) 1235 koloni/cm2, bangsal Kenanga (ruang B) 1928 koloni/cm2, bangsal Dahlia (kamar A2) 1295 koloni/cm2, bangsal Melati (ruang C1) 1558 koloni/cm, bangsal Anggrek (kamar B4) 1733 koloni/cm2, sehingga didapatkan rata-rata angka kuman pada handle pintu bangsal adalah 1532 koloni/cm2. Angka kuman pada handle pintu di ruang administrasi yaitu ruang rekam medik 708 koloni/cm, ruang pendaftaran 125 koloni/cm2, ruang keuangan 218 koloni/cm, ruang kepegawaian 365 koloni/cm2, sehingga didapatkan rata-rata angka kuman pada handle pintu ruang administrasi adalah 354 koloni/cm2. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji komparasi tentang perbedaan angka kuman pada handle pintu bangsal dan handle pintu ruang adminstrasi diperoleh hasil p=0,000, p-value lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara angka kuman pada handle pintu bangsal dan pada handle pintu ruang administrasi RSUD Kebumen tahun 2012. Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan pembersihan setiap hari dengan menggunakan desinfektan terhadap handle pintu yang ada di rumah sakit. 

Daftar bacaan  : 29 (1992-2012)
Kata kunci       : Angka kuman pada handle pintu 
Klasifikasi        :

HUBUNGAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PEKERJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012

Abstrak   
Astri Dame Ria (astri_tawakal@yahoo.co.id)
HUBUNGAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PEKERJA  DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk CIKAMPEK TAHUN 2012 
XII + 96 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja. Salah satu akibat dari iklim kerja yang kurang baik adalah kelelahan pada pekerja. Kelelahan merupakan salah satu resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan tenaga kerja. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur iklim kerja pada bagian produksi, mengukur kelelahan subyektif pada pekerja bagian produksi dan menganalisis hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif di PT. Asahimas Flat Glass Tbk Cikampek.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 76 orang. Uji statistik yang digunakan yaitu korelasi Spearmen dimana peneliti ingin mengetahui hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja.
Hasil pengukuran iklim kerja pada bagian Departemen Tempered menunjukkan 2 unit kerja yang melebihi NAB dan 5 unit kerja yang masih dibawah nilai NAB. Hasil penilaian kuesioner kelelahan kerja subyektif menunjukkan kelelahan sangat ringan dirasakan oleh 47 orang, kelelahan ringan 29 orang. Untuk kelelahan berat dan sangat berat tidak ada yang merasakan. Hasil korelasi diperoleh nilai sig > α sehingga tidak ada hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja. Kelelahan kerja disebabkan oleh faktor pengganggu yang lain.
Kesimpulan penelitian tidak terdapat hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja di PT. Asahimas Flat Glass Tbk Cikampek. Perlu dilakukan pengendalian terhadap iklim kerja. Pekerja berusia 54 tahun ke atas harus mempunyai beban kerja yang lebih ringan serta variasi waktu kerja dan waktu istirahat lebih banyak daripada pekerja yang lebih muda.
 
Daftar bacaan   :    9 (1991 - 2009)
Kata kunci        :    Iklim kerja dan kelelahan
Klasifikasi        :
  

STUDI TENTANG PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA



Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politekenik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, 29 Juni 2012

Abstrak
Ari Susia Dewanti (arisusiadewanti@yahoo.com)
STUDI TENTANG PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI UNIT FINISH MILL PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. CILACAP PLANT TAHUN 2011
xvi + 110 halaman, tabel, gambar, lampiran

Bahan, alat, mesin, proses produksi dan lingkungan kerja berpotensi menimbulkan bahaya dan mengakibatkan kecelakaan kerja. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko di PT. HOLCIM Indonesia Tbk. Cilacap Plant merupakan hal yang wajib dilaksanakan sesuai ketentuan dari OHSAS 18001 untuk meminimalisir kecelakaan kerja. 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko yang ada di unit finish mill PT. HOLCIM Indonesia Tbk. Cilacap Plant. 

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2011. Subyek penelitian ini adalah identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko kecelakaan kerja di Unit Finish Mill PT. Holcim Indonesia Tbk. Cilacap Plant. pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar, diagram dan narasHasil penelitian ini yaitu sumber bahaya yang ada di Unit Finish Mill ada 112 bahaya, meliputi bahan, alat, mesin, proses produksi dan lingkungan kerja. Penilaian risiko terhadap bahaya tersebut ada 3 yaitu low, medium dan substantial yang terbagi dalam 4 risiko substansial, 15 risiko medium dan 93 risiko rendah. Pengendalian risiko yang dilakukan dengan 3 upaya yaitu teknis (engineering), administrasi dan alat pelindung diri.
Simpulan dari penelitian ini yaitu sumber bahaya di Unit Finish Mill PT.HOLCIM Indonesia Tbk. Cilacap Plant berasal dari bahan, alat, mesin, proses produksi dan lingkungan kerja. Penilaian risiko bahaya yang ada di Unit Finish Mill ada 3 yaitu low, medium dan substantial. Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu pengendalian teknis (engineering), administrasi dan alat pelindung diri. Saran bagi OHS department agar dalam HIRARC dicantumkan ditampilkan langsung sub jenis pengendalian yang direkomendasikan, agar tiap manager area memahami dan dapat dengan mudah menentukan pengendalian apa yang akan diterapkan. Bagi pekerja agar bekerja sesuai dengan SOP yang sudah ada dan menggunakan APD saat bekerja serta saling mengingatkan dalam penggunaan APD.

Daftar bacaan : 1970-2012 (22)
Kata kunci       : identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, HIRARC
Klasifikasi       : -
Full text