Selasa, 13 Oktober 2020

DESKRIPSI PENGELOLAAN SAMPAH RDF DI TPST DESA TRITIH LOR, KECAMATAN JERUKLEGI, KABUPATEN CILACAP TAHUN 2020

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Sanitasi Program Diploma III Kesehatan Lingkungan
Tugas Akhir, Juli 2020
Abstrak
Faiq Zulhi Kurnia (fzulhikurnia@gmail.com)
DESKRIPSI PENGELOLAAN SAMPAH RDF DI TPST DESA TRITIH LOR KECAMATAN JERUKLEGI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2020
XVI + 53 halaman: gambar, tabel, lampiran

Salah satu proses pemanfaatan sampah dalam pengelolaan sampah yaitu pengelolaan sampah RDF. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan di tempat pengolahan sampah terpadu Desa Tritih Lor, Kecaamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, bahwa masih terdapat beberapa proses pengelolaan, yang belum memenuhi syarat. Tujuan penelitian : mengetahui proses pengelolaan sampah RDF di TPST Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap. Metode penelitian : deskriptif. 
Hasil penelitian : Berdasarkan dari penelitian diketahui bahwa fasilitas sarana, prasarana pengelolaan sampah RDF yang tersedia adalah tempat penampungan sampah sementara, eskavator, loader, shredder, tempat pengeringan sampah, terpal, alat penutup terpal, screening, dan tempat penampungan produk jadi. Cara pemrosesan atau pengelolaan yang digunakan oleh petugas yaitu penimbangan sampah, peletakan sampah pada tempat penyimpanan, pemilahan manual, pencacahan, pengeringan kadar air pada sampah, dan pada tahap akhir yaitu penyaringan. Sampah yang diproses di TPST RDF ini bersumber dari sampah rumah tangga, instansi-instansi pemerintah, serta sampah industri. Kesimpulan : sistem pengelolaan sampah pada TPST RDF Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap belum sesuai dengan Teori Pengelolaan Sampah RDF menurut Mc. Dougall et al tentang Pengelolaan Sampah RDF. Disarankan : untuk TPST RDF memperbaiki sistem pengelolaan sampah RDF yang masih belum memenuhi syarat seperti, melakukan pemilahan sampah sesuai jenisnya, memperbaiki tempat penyimpanan sampah sementara serta tempat penyimpanan produk jadi yang masih belum memenuhi syarat, membuat peraturan yang resmi tentang pemilahan sampah berdasarkan jenisnya yang dimulai dari sumbernya sehingga akan mempermudah proses pengelolaan sampah, menambah fasilitas sarana prasarana pengelolaan sampah RDF.

Daftar bacaan : 15 (1982-2019)
Kata kunci      : Sampah, Sampah RDF, Pengelolaan Sampah RDF
Klasifikasi      : -

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI PUSKESMAS GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Juli 2020

ABSTRAK
Cahyo Budiarto (cahyobudi864@gmail.com)
Studi Pengelolaan Sampah Medis di Puskesmas Gumelar Tahun 2020
(XIII+60 halaman: tabel, gambar, lampiran)

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitativ, dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas berpotensi untuk menghasilkan sampah. Sampah puskesmas tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Jika sampah medis tersebut tidak dilakukan pengelolaan dengan baik, maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan sumber penyakit. Tujuan penelitian : ini adalah untuk mengetahui pengelolaan sampah medis di Puskesmas Gumelar.
Metode penelitian : menggunakan penelitian deskriptif yang menggambarkan pengelolaan sampah medis di Puskesmas Gumelar. Penelitian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mengenai pengelolaan sampah medis di Puskesmas Gumelar.
Hasil penelitian : Penimbulan sampah medis di Puskesmas Gumelar pada setiap ruangan sudah terdapat tempat sampah medis dan non medis, dilakukan pemisahan masing-masing jenis sampah medis. Sampah medis dari lokasi penimbulan telah dilakukan minimalisasi, seperti membeli bahan-bahan pelayanan medis yang disesuaikan dengan kebutuhan yang telah direncanakan. Pada pewadahan sampah medis di Puskesmas Gumelar sudah memenuhi syarat, sudah terdapat tempat sampah disetiap ruangan dan sudah dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Tahap pengumpulan sampah medis di Puskesmas Gumelar dilakukan setiap hari pada pukul 06.30 oleh petugas kebersian dengan menggunakan APD lengkap selanjutnya sampah dibawa ke TPS, lokasi TPS masih berdekatan dengan ruang rawat inap yaitu berjarak kurang lebih 10 meter dan belum adanya tempat cuci tangan. Pengangkutan sampah medis dari ruang penghasil sampah medis menuju ke TPS dengan cara dijinjing dan pengangkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir menggunakan truk box yang tertutup dan rapat. Tahap pembuangan akhir bekerja sama dengan PT Muvid dan PT Andika sebagai transporternya dan PT Wastec sebagai pihak yang melakukan pengolahan dengan kesepakatan sampah medis diangkut setiap satu bulan sekali untuk dimusnahkan.
Kesimpulan : pengelolaan sampah medis di Puskesmas Gumelar belum memenuhi syarat, pada Tempat Penampungan Sementara karena jarak TPS masih berdekatan dengan ruang pelayanan puskesmas yaitu ruang rawat inap yang berjarak kurang lebih 10 meter. Saran : untuk memindahkan TPS agar tidak berdekatan dengan ruang pelayanan puskesmas dan membuat tempat cuci tangan di sekitar TPS dan pada tahap pengangkutan sampah dari ruang penghasil sampah medis menuju TPS untuk disediakannya alat pengangkut khusus.

Daftar Bacaan :  11 (1981 - 2019)
Kata Kunci      :  Pengelolaa, Sampah Medis, Puskesmas
Klarifikasi       :  -

Senin, 12 Oktober 2020

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2020

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Yogi Ramadhan Santosa (ramadhanyogi5@gmail.com)
Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2020

Rumah sakit merupakan salah satu instansi kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan secara paripurna salah satu kegiatannya adalah penghasil limbah berupa sampah. Salah satu sampah berbahaya dari rumah sakit adalah sampah medis. Sampah medis adalah sarana medis habis pakai dan terbuang yang telah digunakan sebagai alat bantu dalam upaya diagnosis dan pengobatan melalui prosedur dan tindakan medis atau perawatan penderita. Masalah sampah medis dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Sampah medis dapat menjadi tempat berkembang biaknya organisme dan serangga serta tikus, dan benda tajam yang terkandung dalam sampah medis sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan cidera fisik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2020.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan ceklis dan kuisioner, yaitu untuk mendeskripsikan pengelolaan sampah medis dari penimbulan, pewadahan, pengangkutan, pengumpulan, dan pembuangan akhir sampah medis menggunakan ceklis dan kuisioner yang akan disimpulkan dengan jumlah presentase keseluruhan.
Hasil penelitian dengan observasi menggunakan ceklis dan kuisioner mendapatkan presentase sebesar 65.5% dengan standar kriteria 56-75% yang artinya hasilnya terbilang cukup baik.
Kesimpulan pengelolaan sampah medis terbilang cukup baik secara keseluruhan. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah dengan memeperbaiki kekurangan faktor yang belum terpenuhi dengan segera dan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan sampah medis dengan benar agar tidak menimbulkan masalah kesehatan yang disebabkan dari pengelolaan sampah medis yang kurang benar.

Daftar bacaan  : 15 (1992-2019)
Kata Kunci      : Sampah Medis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Klasifikasi       : -

Kamis, 08 Oktober 2020

DESKRIPSI KONDISI FISIK PONDOK PESANTREN AL FAJAR LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL TAHUN 2020

 Politeknik kesehatan kemenkes semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Juli 2020
Abstrak
Zaza andriyana (zazaandri99@gmail.com)
DESKRIPSI KONDISI FISIK PONDOK PESANTREN AL FAJAR LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL TAHUN 2020
XV+ 44 halaman, gambar, tabel, lampiran

Salah satu tempat-tempat umum yang dapat menimbulkan masalah kesehatan adalah pondok pesantren. Untuk mencegah risiko dan timbulnya suatu penyakit di pondok pesantren maka perlu dilakukan upaya penilaian salah satunya yaitu kondisi fisik pondok pesantren. Berdasarkan survey yang peneliti lakukan di pondok pesantren al fajar lebaksiu kabupaten tegal ditemukan aspek kondisi fisik pondok pesantren yang belum memenuhi syarat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi fisik pondok pesantren al fajar lebaksiu kabupaten tegal tahun 2020. Jenis penelitin yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan kondisi fisik pondok pesantren al fajar lebaksiu kabupaten tegal. Cara pengumpulan data yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada kondisi fisik pondok pesantren dengan menggunakan checklist dan wawancara dengan pengurus dan santri pondok pesantren.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi fisik pondok pesantren al fajar lebaksiu kabupaten tegal tahun 2020 dikategorikan sangat baik dengan nilai 78,12%. Dari 32 variabel yang di nilai terdapat 7 variabel yang tidak memenuhi syarat yaitu atap sulit dibersihkan, menjadi tempat bersarang serangga, ventilasi belum dilengkapi dengan penghawaan mekanis, tidak terdapat tempat sampah disetiap kamar tidur dan belum memadai, kamar menjadi tempat bersarangnya serangga, kepadatan hunian dalam satu kamar tidur belum memadai. Saran agar para santri dan pengurus pondok pesantren meningkatkan kebersihan lingkungan pondok pesantren dan kamar santri, melakukan pembagian ulang atau menambahkan kamr tidur, penambahan lubang penghawan atau penambahan penghawaan mekanis, dan menyediakan tempat sampah yang memadai di setiap kamar tidur.

Daftar Bacaan : 13 ( 1999 – 2019 )
Kata Kunci     : Kondisi Fisik Pondok Pesantren
Klasifikasi      : -

STUDI KUALITAS LINGKUNGAN FISIK UDARA RUANG PERAWATAN KELAS III RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Zahra Camila Abdullah (zahraabdullah07@gmail.com)
STUDI KUALITAS LINGKUNGAN FISIK UDARA RUANG PERAWATAN KELAS III RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2020
xvi + 130 halaman: gambar, tabel, lampiran

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto memiliki beberapa pelayanan seperti ruang rawat inap, ruang rawat jalan, rawat darurat, dan rawat intensif. Instalasi rawat inap dibagi menjadi dua bagian, yaitu IRNA I yang memberikan pelayanan medis non bedah dan IRNA II yang memberikan pelayanan medis bedah. Masing-masing ruang perawatan dibagi tiga jenis yaitu Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi kualitas lingkungan fisik udara ruang perawatan kelas III RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional yaitu menjelaskan tentang kondisi kualitas lingkungan fisik udara ruang perawatan kelas III RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo yang meliputi suhu, kelembapan, pencahayaan, dan intensitas suara. Analisis data yang digunakan adalah analisis tabel yang kemudian dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Hasil pengukuran, kualitas lingkungan fisik udara dari 4 Ruang Mawar dan 2 Ruang Teratai menunjukan bahwa rata-rata hasil pengukuran suhu 29.80C, kelembapan 69.8%, pencahayaan 254 Lux, dan intensitas suara 52 dBA. Sedangkan hasil penilaian sarana bangunan dan prasarana ruangan pada Ruang Mawar diperoleh 62.5% dan Ruang Teratai 62.5%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kualitas lingkungan fisik udara di ruang perawatan kelas III tidak memenuhi syarat. Saran yang dapat diberikan untuk ruang perawatan kelas III yaitu penggunaan ventilasi gabungan, pemasangan lampu yang sesuai luas ruangan, dan pemantauan intensitas suara di ruang perawatan.

Daftar bacaan : 28 (1999 – 2020)
Kata kunci      : Kualitas Lingkungan Fisik, Udara, Instalasi Rawat Inap, Rumah Sakit
Klasifikasi      : -

TINJAUAN HYGIENE SANITASI PEMBUATAN BAKSO “X” DI GANG MAYONG PURBALINGGA TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Yustina Asmarani (yustinaasmarani35@gmail.com)
TINJAUAN HYGIENE SANITASI PEMBUATAN BAKSO “X” DI GANG MAYONG PURBALINGGA TAHUN 2020
xv + 75 halaman: gambar, tabel, lampiran

Penurunan derajat kesehatan disebabkan keadaan hygiene sanitasi buruk yang dapat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan kepada konsumen. Salah satu upaya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan adalah upaya hygiene sanitasi makanan yang mencangkup 6 prinsip hygiene sanitasi makanan. Keadaan sanitasi pembuatan bakso “X” di Gang Mayong Purbalingga kurang memperhatikan hygiene sanitasi pengelolaan makanan, baksonya pun tidak dikerubungi oleh lalat. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan hygiene sanitasi pembuatan bakso “X” dan melakukan pemeriksaan kandungan boraks pada bakso. Metode penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan cara verifikasi. Pengumpulan data dengan cara observasi pengamatan secara langsung, wawancara, dan dengan pemeriksaan kandungan boraks di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Purbalingga.
Hasil hygiene sanitasi pembuatan bakso diperoleh total hasil rata-rata 92,2% yang masuk dalam kategori memenuhi syarat. Setelah dilakukan wawancara menggunakan kuesioner penjamah makanan didapatkan hasil 96%, 88%, dan 88% yang termasuk dalam kategori baik. Hasil pemeriksaan dari Laboratorium Kesehatan Kabupaten Purbalingga menyatakan bahwa bakso yang diproduksi di warung bakso “X” dinyatakan 100% negatif boraks. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu hygiene sanitasi pembuatan bakso “X” sudah memenuhi syarat pada penjamah makanan, sanitasi alat, sanitasi tempat pengolahan, kondisi faslitas sanitasi, pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, dan penyajian makanan. Bakso yang diproduksi di warung bakso “X” juga aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung boraks. Saran untuk pemilik warung bakso “X” agar tetap mempertahankan hal-hal yang sudah baik dan memperbaiki beberapa hal yang masih belum baik.

Daftar bacaan : 30 (1991-2016)
Kata kunci      : HSMM, Bakso, Boraks
Klasifikasi      :

TINJAUAN SUMBER KEBISINGAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan KemenkesSemarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Wilda Nadila Fitri (wiida.nadila3@gmail.com)
TINJAUAN SUMBER KEBISINGAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ANANDA PURWOKERTO TAHUN 2020
xvii+ 120halaman : Gambar, Tabel, Lampiran

Kebisingan yaitu terjadinya bunyi yangtidak dikehendakidan mengganggumanusia. Kebisingan di lingkungan rumah sakit merupakan suatu permasalahan yang cukup serius dan harus diperhatikan. Sesuai dengan fungsi rumah sakit sebagaitempat untuk merawat orang yang sakit, maka lingkungan rumah sakit sangat membutuhkan suasana yang tenang, nyaman dan terbebas dari kebisingan.
Tujuan penelitian mengukur intensitas suara, suhu, dan kelembapan serta mengetahui keluhan subyektif pasien di ruang rawat inap RS Ananda Purwokerto. Hasil pengukuran dibandingkan dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian  dilakukan dengan observasi, wawancara dan pengukuran menggunakan alat dan instrumen. Pengumpulan data tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana sehubungan dengan pembatasan sosial dan fisik selama pandemi Covid-19. Untuk itu digunakan data dari penelitian sejenis di RS PKU Muhammadiyah Gombong Kabupaten Kebumen.
Hasil pengukuran intensitas suara dari penelitian serupa yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong diperoleh hasil intensitas suara terendah yaitu 42,69 dB dan intensitas suara tertinggi yaitu 76,25 dB. Hasil tersebut tidak memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 7 Tahun 2019.
Hasil pengukuran suhu dan kelembapan yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong diperoleh hasil suhu terendah 23oC, dan suhu tertinggi 29 oC, sedangkan kelembaban terendah yaitu 34 % dan tertinggi yaitu 57 %. Hasil pengukuran suhu dan kelembapan tersebutmemenuhi syarat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 7 Tahun 2019. Saran peneliti agar dilakukan pemantauan secara berkala, pemasangan peringatan agar tidak membuatgaduh, pemasangan tirai pada jendela, melakukan penanaman pohon dan tanaman kecil di antara pohon besar di pinggir jalan, serta penanaman tanaman hias pada setiap pagar agar dapat mengurangi intensitas suara yang tinggi.

Daftarbacaan : 16 (1996-2019)
Katakunci      : Rumah sakit, Intensitas suara
Klasifikasi     : -

STUDI KADAR FORMALIN PADA MIE BASAH DI PASAR KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Wahyu Tri Aryani (wahyutriaryani22@gmail.com)
STUDI KADAR FORMALIN PADA MIE BASAH DI PASAR KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020
xvi + 72 halaman: tabel, gambar, lampiran
Latarbelakang:mie basah merupakan mie mentah yang sebelum dipasarkan mengalami penggodokan dalam air mendidih lebih dahulu, dengan kadar air 52%. Tingginya kadar air, membuat mie basah cepat mengalami kerusakan atau pembusukan, karena itu banyak usaha dilakukan untuk menambahkan bahan kimia pengawet. Bahan berbahaya yang sering ditambahkan adalah formalin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar Formalin, mendeskripsikan tanda-tanda organoleptik, menggambarkan tingkat pengetahuan formalin di Pasar Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Subjek dalam penelitian ini yaitu mie basah yang dijual oleh pedagang di Pasar Kecamatan Purwokerto Timur. Populasi dalam penelitian ini sebanyak enam pedagang mie basah. Pengambilan sampel pedagang mie basah dilakukan dengan pengambilan satu pedagang satu sampel. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan Formaldehyde Test Kit untuk mengetahui kadar Formalin. Hasil pemeriksaan secara organoleptik pada mie basah enam sampel semua sampel tidak menggunakan Formalin. Hasil pemeriksaan kadar Formalin secara laboratorium menunjukkan enam sampel negatif Formalin. Hasil pemeriksaan secara organoleptik pada mie basah dari enam sampel yang didapat keenam sampel tidak menggunakan Formalin. Hasil wawancara menunjukkan rata-rata pengetahuan pedagang mie basah secara keseluruhan yaitu baik dengan nilai 77 %, dan terdapat pengawasan berupa pengambilan sampel oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, semua responden mengatakan sudah pernah ada penyuluhan terkait Formalin. Kesimpulan: dari pnelitian yang telah dilakukan, dari penelitian ini kadar formalin pada mie basah yang dijual di pasar Kecamatan Purwokerto Timur dari enam sampel mie basah semua sampel mie basah negatif menggunakan formalin, pemeriksaan organoleptik pada mie basah yang dijual di pasar Kecamatan Purwokerto Timur testur mie basah lembut dan mudah putus, daya tahan mie basah tidak lebih dari satu hari, bau mie basah khas dengan bau terigu dan warna mie basah tidak mengkilap. Tingkat pengetahuan pedagang sudah menggambarkan perilaku baik bagi penjualan mie basah disebabkan oleh pengetahuan pedagang yang sudah baik. Oleh karena itu, tetap perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat terkait Formalin dan pengawasan dalam peredaran dan produksi yang menyalahi ketentuan untuk mencegah terjadinya produsen yang menggunakan formalin untuk bahan pangan.

Daftar bacaan : 16(1994-2018)
Kata kunci      : Mie Basah, Formalin
Klasifikasi      : -

KUALITAS FISIK RUMAH PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Verdina Yustika Putri Islamiyati (verdinayus.pi23@gmail.com)
KUALITAS FISIK RUMAH PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020
xvi + 69 : Tabel, Gambar, Lampiran

       Cakupan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas 1 Selomerto masih rendah dengan jenis bangunannya berupa semi permanen dan permanen termasuk di dalamnya rumah penderita TB Paru. Di Puskesmas 1 Selomerto Kasus baru TB Paru pada tahun 2018 terdapat 29 kasus. Dan terjadi kenaikan berdasarkan data tahun 2019 (Januari-Agustus) sebanyak 36 kasus. Oleh karena itu perlu dilakukan observasi untuk mengetahui penyebab timbulnya penyakit TB Paru meliputi kepadatan hunian, luas ventilasi, pencahayan, kelembaban dan suhu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas fisik rumah penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional yaitu dengan mendeskripsikan variabel – variabel penelitian dengan cara melakukan observasi pada kualitas fisik penderita TB Paru dengan jumlah sampel 36 rumah. Analisis data yang diguakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan variabel – variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada 36 rumah penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Selomerto memiliki kondisi fisik rumah tidak sehat. Hasil pengukuran kepadatan hunian, luas ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan suhu di kamar penderita TB Paru yaitu kepadatan hunian dengan rata – rata 5,05 m²/ orang. Luas ventilasi dengan rata – rata 13,37% dari luas lantai. Intensitas cahaya dengan rata – rata 53 lux. Kelembaban dengan rata – rata 70,53%. Suhu dengan rata – rata 29,9°C. Kesimpulan adalah pada 36 rumah penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas 1 Selomerto dikategorikan sebagai rumah tidak sehat dengan kriteria rumah yang tidak memenuhi standar kesehatan. Saran yang dapat diberikan untuk responden yaitu dengan membuka tirai mulai pagi hingga siang hari dan memasang exhauster.

Daftar Bacaan : 21 (2002 – 2020)
Kata Kunci      : Kualitas fisik, TB Paru, dan Rumah sehat
Klasifikasi       : -

DESKRIPSI KASUS MALARIA BERDASARKAN PENDEKATAN VARIABEL EPIDEMIOLOGI PUSKESMAS BANJARMANGU I KECAMATAN BANJARMANGU KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 – 2019

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Ulfah Faoziah (ulfahfao09@gmail.com)
DESKRIPSI KASUS MALARIA BERDASARKAN PENDEKATAN VARIABEL EPIDEMIOLOGI PUSKESMAS BANJARMANGU I KECAMATAN BANJARMANGU KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 – 2019
XVII + 93 halaman: tabel, gambar, lampiran

Di Indonesia malaria merupakan salah satu masalah yang cukup krusial dari tahun ke tahun. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi daerah endemis malaria. Puskesmas Banjarmangu I menduduki peringkat ke-1 dengan kejadian kasus malaria tertinggi se-Kabupaten Banjarnegara. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan gambaran kasus malaria berdasarkan pendekatan variabel epidemiologi Puskesmas Banjarmangu I Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015 – 2019. Metode penelitian deskriptif. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder mengenai kasus malaria berdasarkan pendekatan variabel epidemiologi yang meliputi waktu, tempat, dan orang di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu I. Data yang telah diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk grafik, peta tematik, dan tabel, kemudian dinarasikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2015 – 2019 kasus malaria tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2016, di Desa Paseh, dengan karakteristik penderita terbanyak menurut golongan usia 15 – 49 tahun, berjenis kelamin laki – laki, memiliki jenjang terakhir pendidikan SD, bekerja sebagai petani. Jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan pada sel darah penderita adalah P. falciparum berbentuk ring. Kesimpulan bahwa dari tahun ke tahun selalu terdapat insiden kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu I. Kejadian malaria yang terjadi sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca, keadaan host, dan faktor resiko lainnya seperti perilaku dan kondisi rumah penderita yang reseptif sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya vektor malaria. Oleh karena itu, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, UPTD Puskesmas Banjarmangu I, dan masyarakat harus bekerjasama untuk memutus mata rantai penularan malaria yang disesuaikan dengan kondisi geografis setempat.

Daftar Bacaan : 20 (2006 – 2020)
Kata Kunci     : Epidemiologi, Vektor, Desa Endemis, Malaria
Klasifikasi      : –

HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI LEMABAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB KOTA BANJAR TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi ProgramDiploma III
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2020
Abstrak
Tina Tri Lestari (tinatrilestari23@gmail.com)
HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI LEMABAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB KOTA BANJAR TAHUN 2020
Xv + 67 halaman : gambar, tabel, lampiran

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan anak didik Pemasyarakatan.Dari hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan di Lapas Banjar, keadaan sanitasi tempat pengolahan makanan di Lapas kelas II B Banjar terdapat permasalahan yaitu petugas dapur tidak menggunakan pakaian kerja saat mengolah makanan dan penjamah makanan yang ada belum mengikuti pelatihan atau kursus penyehatan makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran upaya hygiene sanitasi pengelolaan makanan, serta mengetahui kualitas makanan fisik dan mikrobiologis di Lapas Banjar. Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makanan yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan atau persyaratan kesehatan. Narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan & makanan yang layak maka perlu ada upaya pencegahan penyakit yang salah satunya disebabkan oleh makanan dengan memperhatikan prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan di Lapas Banjar dengan enam prinsip hygiene sanitasi makanan antara lain pengamanan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan, penyimpanan makanan jadi dan penyajian makanan.
Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu dengan melakukan observasi, wawancara dan pemeriksaan mikrobiologis makanan. Untuk pengumpulan data menggunakan checklist, kuesioner dan pemeriksaan labolatorium .
Hasil observasi yang dilakukan menggunakan checklist dan kuisioner, hygiene sanitasi pengelolaan makanan dan minuman di Lapas Banjar diperoleh hasil 94,31% dikategorikan tidak memenuhi syarat. Kualitas makanan dinilai secara mikrobiologis. Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, jumlah kandungan mikroba pada sampel nasi sebesar 7,5 x 103koloni/gr, sampel telur dadar sebesar 5,2 x 103koloni/gr, dan sampel tumis mentimun sebesar 5,4 x 103. Kesimpulan yang didapat yaitu hygiene sanitasi pengelolaan makanan di Lapas Banjar dikategorikan tidak memenuhi syarat. Kualitas mikrobiologis makanan di Lapas Banjar memenuhi syarat kesehatan. Saran yang dapat diberikan yaitu penjamah makanan meningkatkan personal higiene dalam melakukan pengolahan makanan agar tidak terjadi kontaminasi pada makanan, selain itu pihak Lapas bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Banjar untuk melakukan pelatihan tentang higiene sanitasi pengelolaan makanan.

Daftar bacaan : 12 (1986-2020)
Kata kunci      : Sanitasi Makanan, Lembaga Pemasyarakatan
Klasifikasi      : -

DESKRIPSI PENGENDALIAN POTENSIAL VEKTOR DBD DI KELURAHAN MERSI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR TAHUN 2019

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semaran
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Thaharah Octy Winahyu (octywinaa@gmail.com)
DESKRIPSI PENGENDALIAN POTENSIAL VEKTOR DBD DI KELURAHAN MERSI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR TAHUN 2019
XV + 61 halaman: gambar, tabel, lampiran

Puskesmas merupakan tempat yang beresiko akan terjadinya penularan penyakit, salah satu media penularan penyakit adalah nyamuk. Banyak penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu dengan gigitan nyamuk yang sudah terpapar Virus Dengue salah satu penyakitnya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Pengendalian vektor DBD merupakan cara yang dapat mengurangi terjadinya kasus DBD. Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas merupakan tempat yang melaksanakan pengendalian vektor DBD. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh deskripsi pelaksanaan pengendalian vektor di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan pelaksanaan pengendalian vektor DBD. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan observasi menggunakan data sekunder yang di miliki Puskesmas Purwokerto Timur I yang mencakup wilayah Kelurahan Mersi.
Hasil penelitian menggambarkan tentang gambaran umum Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Jumlah kasus DBD di Kelurahan Mersi yang fluktuatif dari Tahun 2017-2019. Hasil penyelidikan epidemiologi penyakit DBD di Kelurahan Mersi pada tahun 2019 serta upaya apa saja yang dilakukan. Program pengendalian vektor DBD di Kelurahan Mersi Tahun 2019 yaitu pengendalian secara fisik, biologi dan kimia yang telah dilakukan oleh puskesmas dan masyarakat untuk menekan terjadinya kasus DBD. Serta monitoring hasil Index Jentik Tahun 2019 meliputi House Index (HI) mendapat nilai 6,52%, Countainer Index (CI) 4,49%, Breteu Index (BI) 6,44%, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) 93,37%.
Kesimpulan jumlah kasus DBD di Kelurahan Mersi pada tahun 2017 sebanyak 5 kasus, tahun 2018 sebanyak 2 kasus, dan tahun 2019 sebanyak 17 kasus. Pengendalian vektor DBD di Kelurahan Mersi pada tahun 2019 menggunakan metode fisika, biologi dan kimia sudah diterapkan oleh pihak puskesmas dan masyarakat. Hasil monitoring Index Jentik di Kelurahan Mersi Tahun 2019 yaitu House Index (HI), Countainer Index (CI), Breteu Index (BI) menurut WHO dapat dikatakan tidak mempunyai kepadatan vektor yang tinggi untuk penularan DBD dan tidak berpotensi mengalami KLB, namun Angka Bebas Jentik (ABJ) masing kurang dari 95%. Saran untuk pihak puskesmas dan masyarakat untuk melakukan program pengendalian vektor DBD secara maksimal.

Daftar bacaan : 15 (2006-2020)
Kata kunci      : Pengendalian Vektor DBD, Puskesmas
Klasifikasi      :

ANGKA KUMAN PADA SENDOK MAKAN DI WARUNG MAKAN SEKITAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Suci Latifatun Nur (sucilatifatunnur16@gmail.com)
ANGKA KUMAN PADA SENDOK MAKAN DI WARUNG MAKAN SEKITAR RSUD PROF.
Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2020
xvi + 61 halaman : tabel, gambar, lampiran

Semua alat makan yang mempunyai peluang bersentuhan dengan makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan tersebut. Apabila hal tersebut dibiarkan, akan memberi kesempatan kuman yang tidak dikehendaki untuk berkembang biak dan membusukkan makanan (Winarno, 1993). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemilik maupun karyawan warung belum pernah dilakukan pemeriksaan usap alat makan. Tujuan penelitian untuk mengetahui angka kuman pada sendok makan. Jenis penelitian adalah deskriptif. Pengambilan sampel sendok makan dilakukan di sebanyak 3 warung makan. Pengumpulan data umum dan khusus dengan cara observasi menggunakan checklist dan pemeriksaan laboratorium sebanyak 6 sampel. Hasil penelitian angka kuman pada sendok makan setelah dicuci dan dilap maupun angka kuman pada sendok setelah dipajang dan dipilih-pilih sebanyak 6 seluruhnya tidak memenuhi syarat, karena jumlahnya lebih dari 0 koloni/cm2. Kesimpulan penyebab utama angka kuman sendok makan pada 3 warung makan di sekitar RSUD Prof. Dr. Soekarjo Purwokerto tidak memenuhi syarat adalah tidak terpenuhinya syarat pencucian, dibuktikan dengan seluruh jumlah kuman sendok makan setelah dicuci dan dilap lebih banyak daripada angka kuman pada sendok setelah dipajang dan dipilih-pilih. Saran peneliti adalah pemilik melakukan teknik pencucian yang benar yaitu scraping, flusing, washing, rinsing, sanitizing, toweling dan menyediakan tempat cuci tangan khusus dengan sabun di depan warung untuk pembeli yang akan masuk ke warung makan.

Daftar bacaan : 14 (1993 – 2017)
Kata Kunci     : Sendok, Kuman, Warung Makan, Kesehatan Lingkungan
Klasifikasi      : -

SISTEM PEMILAHAN SAMPAH PADA TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH KAMPUS VII POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Sri Rejeki (sri.ee821@gmail.com)
SISTEM PEMILAHAN SAMPAH PADA TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH KAMPUS VII POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN 2020
XIV + 51 halaman: gambar, tabel, lampiran

Latar belakang: Salah satu proses penanganan sampah dalam pengelolaan sampah yaitu pemilahan sampah. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan di tempat pengolahan sampah Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang bahwa masih ditemukan beberapa sampah anorganik yang tercampur dengan sampah organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pemilahan sampah pada tempat pengolahan sampah Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Subjek penelitian adalah penglolaan sampah dengan objek penelitian adalah pemilahan sampah di tempat pengolahan sampah Kampus VII. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menguraikan data hasil observasi dan pengukuran. 
Hasil penelitian diketahui bahwa pemilahan yang digunakan oleh petugas pada tahap pembalikkan sampah yaitu pemilahan manual menggunakan gancu dan pada tahap akhir yaitu pemilahan mekanis dan pemilahan manual menggunakan rolling sorting dan gancu, sedangkan pada tahap awal belum dilakukan pemilahan sampah. Jumlah berat sampah total yang dipilah pada tahap pembalikkan yaitu 27,15 kg dan pada tahap akhir yaitu 11,52 kg. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa sistem pemilahan sampah pada tempat pengolahan sampah Kampus VII poltekkes Kemenkes Semarang belum sesuai dengan UU RI No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Permenpu No 3 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Disarankan untuk membuat peraturan yang resmi agar penghasil sampah membuang sampah sesuai jenisnya, menambah fasilitas pemilahan sampah, mengadakan pengangkutan sampah terpilah yang terjadwal dan menunjuk petugas untuk mengawasi pembuangan sampah di tempat pengolahan sampah Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang.

Daftar bacaan  : 15 (2005-2019)
Kata kunci       : Sampah, Pemilahan Sampah, Tempat Pengolahan Sampah
Klasifikasi       : -

DESKRIPSI KASUS FILARIASIS BERDASARKAN VARIABEL EPIDEMIOLOGIDI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KELURAHAN KERTOHARJO KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN TAHUN 2019

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi ProgramDiploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Sixca Adriyani (sixchaadriyani@gmail.com)
DESKRIPSI KASUS FILARIASIS BERDASARKAN VARIABEL EPIDEMIOLOGIDI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KELURAHAN KERTOHARJO KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN TAHUN 2019
XVI + 69 Halaman: gambar, tabel, lampiran

Penyakit Filariasis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Kota Pekalongan. Kelurahan Kertoharjo merupakan salah satu wilayah yang berstatus endemis dalam kurung waktu 3 tahun terakhir. Vektor utama Filariasis di Kota Pekalongan adalah spesies nyamuk Culex quinqefasciatus.. Pengetahuan variabel epidemiologi diperlukan untuk penentuan rencana pencegahan vector. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan variabel epidemiologi Culex quinqefasciatus sebagai vektor penyebab penyakit Filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan pada Tahun 2019
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan cara survei tempat perindukan nyamuk (breeding pace), tempat istirahat nyamuk (resting place), perilaku menggigit nyamuk (feeding habit), mengambil data penderita menggunakan data sekunder, dan mengambil data primer yang dilakukan pada warga Kelurahan Kertoharjo dengan metode wawancara dan pengamatan didasari oleh data ceklist dan kuesioner, sehingga di ketahui perilaku hidup nyamuk Culex quinquefasciatus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 nyamuk yang tertangkap di Kelurahan Kertoharjo termasuk kategori padat, penangkapan nyamuk mulai pukul 18.00-22.00 WIB dengan umpan orang didalam, umpan orang luar, dinding, halaman/ kandang di ketahui hasil tempat perindukan nyamuk (selokan 100%, dan Potongan bambu 100%), Tempat istirahat nyamuk (pakaian menggantung 100%, Tirai 50%, dan dinding 100%), Perilaku mengigit nyamuk (UOD 21 dan UOL 26) dengan suhu 26-270C dan kelembapan 75-76%. Kesimpulan spesies nyamuk penyebab Filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalngan Tahun 2019 adalah spesies nyamuk Culex quinquefasciatus dan kepadatan nyamuk dalam kategori padat. Bionomik nyamuk terdiri dari 3 variabel yaitu tempat istirahat nyamuk yang paling disukai adalah di halaman, Tempat perindukan nyamuk terbanyak yaitu pada selokan, dan perilaku menggigit nyamuk terbanyak pada luar rumah dengan suhu 26-270C dan kelembapan 75-76%. Saran yang peneliti rekomendasikan adalah agar masyarakat memahami tentang Bionomik nyamuk (tempat perindukan, tempat istirahat, dan perilaku mengigit nyamuk) guna melakukan pencegahan.

Daftar bacaan : 21 (2008-2018)
Kata Kunci     : Bionomik nyamuk, survei, karakteristik host
Klasifikasi      : -

STUDI HYGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN BAKTERI Escherichia coli PADA MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH DESA CINGEBUL KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Siti Nurlaelasari ( lela09328@gmail.com )
STUDI HYGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN BAKTERI Escherichia coli PADA MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH DESA CINGEBUL KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020
XV + 44 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan sangat penting baik untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan jajanan yang dibuat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasa boga untuk batas cemaran bakteri Escherichia coli. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia coli pada makanan jajanan serta untuk mengetahui kondisi hygiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan jajanan. Jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah inspeksi hygiene tempat pengolahan makanan dan pemeriksaan kandungan bakteri Escherichia coli pada makanan dan minuman yang dijual di SDN Cingebul Kecamatan Lumbir. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu checklist dan data sekunder berupa data laboratorium. 
Hasil pemeriksaan kandungan bakteri Escherichia coli pada 4 (empat) sampel makanan jajanan yang diperiksa yaitu pada 3 (tiga) sampel tidak memenuhi syarat dan 1 (satu) sampel sudah memenuhi syarat. Hasil pengukuran checklist hygiene tempat pengolahan makanan yang meliputi: personal hygiene, bahan, alat, 6 prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman (pengamanan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan, penyimpanan makanan dan penyajian makanan) didapatkan hasil dari produsen yaitu 65% masuk pada kategori baik.
Kesimpulan bahwa untuk pemeriksaan kandungan bakteri Escherichia coli pada 4 (empat) sampel makanan, 3 (tiga) sampel makanan tidak memenuhi syarat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasa boga untuk batas cemaran bakteri Escherichia coli adalah 0 (nol). Oleh karena itu disarankan untuk lebih memperhatikan hygiene dan sanitasi tempat pengolahan serta 6 prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman supaya menjadi lebih baik lagi dalam pengolahannya, agar makanan yang dikonsumsi memenuhi syarat kesehatan. 

Daftar Bacaan : 18 (1987-2019) 
Kata Kunci      : Escherichia coli, makanan jajanan sekolah 
Klasifikasi       : -

STUDI HYGIENE DAN SANITASI FISIK KANTIN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN PATI TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Sanitasi
Tugas Akhir, Mei 2020
ABSTRAK
Siska Nur Febiyanti ( fbyntsiska@gmail.com )
STUDI HYGIENE DAN SANITASI FISIK KANTIN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN PATI TAHUN 2020

Hygiene sanitasi kantin adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi pada kantin meliputi aspek makanan, bangunan, orang, perlatan dan fasilitas. Dasar pengelolaan hygiene sanitasi kantin adalah Permenkes Nomor 1096 Tahun 2011 tentang hygiene sanitasi jasaboga. Kondisi hygiene sanitasi kantin yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya diare dan keracunan makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hygiene sanitasi kantin di Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pati agar menciptakan makanan yang sehat dan aman. Metode penelitian deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dari jurnal yang berjudul Studi Deskriptif Higiene Sanitasi Kantin Sekolah Menengah Atas (SMA) Di Kabupaten Pati pada tahun 2018.
Hasil penelitian menunjukkan dari 36 kantin yang diteliti terdapat, 4 kantin yang memenuhi syarat bangunan, 5 kantin yang memenuhi syarat kondisi fasilitas, 4 kantin yang memenuhi syarat kondisi peralatan, 8 kantin yang memenuhi syarat kondisi makanan, 26 penjamah yang memenuhi syarat penjamah makanan. Dari penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan dari 36 kantin yang diteliti terdapat, 4 kantin yang memenuhi syarat bangunan, 5 kantin yang memenuhi syarat kondisi fasilitas, 4 kantin yang memenuhi syarat kondisi peralatan, 8 kantin yang memenuhi syarat kondisi makanan, 26 penjamah yang memenuhi syarat penjamah makanan. Saran bagi pengelola kantin: memperbaiki konstruksi bangunan, membangun pintu dan jendela yang rapat serta ventilasi,membuat pembuangan air limbah yang tertutup dan tidak menggenang, menyediakan tempat cuci tangan, menyediakan tempat sampah yang mana dibedakan untuk organik dan an organic serta tertutup, melakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk penjamah makanan. Bagi pedagang atau pemilik kantin: memperhatikan kebersihan diri, pakaian, tangan serta kuku, menggunakan celemek atau apron yang bersih, menggunakan alat seperti sarung tangan saat mengolah makanan, menyediakan wadah yang tertutup untuk mengangkut atau memindahkan makanan, menutup makanan yang sudah jadi.

Daftar bacaan : 2003-2019
Kata kunci      : Sekolah, Makanan, Kantin, Hygiene Sanitasi.
Klasifikasi      : -

STUDI KUALITAS FISIK UDARA DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Sheila Nurul Hafniza (sheilahafniza@yahoo.com)
STUDI KUALITAS FISIK UDARA DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2020
XV + 103 : Tabel, Gambar, Lampiran

Rumah Sakit merupakan tempat dilaksanakannya upaya pelayanan kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam pemulihan penderita atau pasien. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan di Rumah Sakit perlu diiringi dengan upaya peningkatan kondisi kesehatan lingkungan yang ada di dalam ataupun sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas fisik udara pada ruang rawat inap melati di RSUD Kabupaten Ciamis. Metode Penelitian yang digunakan adalah observasional yaitu mendeskripsikan tentang kualitas fisik udara pada ruang rawat inap melati di RSUD Kabupaten Ciamis, meliputi suhu, kelembapan, intensitas suara, intensitas cahaya. Analisis data yang digunakan adalah analisis tabel yaitu membandingkan hasil dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 7 tahun 2019 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Hasil penelitian pada 4 kamar di ruang Melati menunjukkan bahwa rata-rata suhu 28,3°C pada pengukuran siang hari dan 27,5°C pada pengukuran malam hari, rata-rata kelembapan 68,9% pada pengukuran siang hari dan 71,2% pada pengukuran malam hari, rata-rata intensitas suara 64,6 dBA pada pengukuran siang hari dan 52,2 dBA pada pengukuran malam hari, rata-rata intensitas cahaya 133 Lux pada pengukuran siang hari dan 21,4 Lux pada pengukuran malam hari. Untuk sarana dan prasarana di semua kamar sudah memenuhi syarat dan diperoleh nilai 750. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kualitas fisik udara pada ruang rawat inap melati belum memenuhi syarat terkait dengan rata-rata suhu, kelembapan, dan intensitas suara. Sedangkan intensitas cahaya sudah memenuhi persyaratan. Kemudian hasil untuk sarana dan prasarana sudah memenuhi syarat dengan memperoleh nilai 750. Saran yang dapat diberikan untuk Rumah Sakit yaitu melakukan pemeriksaan kualitas fisik udara secara berkala, penambahan peredam suara dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas di ruang rawat inap melati RSUD Kabupaten Ciamis.

Daftar Bacaan : 16 (1981 – 2020)
Kata Kunci      : Kualitas fisik, udara, kesehatan lingkungan
Klasifikasi       : -

HIGIENE SANITASI DAN ANGKA KUMAN PADA OLAHAN AYAM DI WARUNG MAKAN AREA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, April 2020
ABSTRAK
Sekar Anin Ditya Prastiwi (aninprstw09@gmail.com)
HIGIENE SANITASI DAN ANGKA KUMAN PADA OLAHAN AYAM DI WARUNG MAKAN
AREA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO TAHUN 2020
XVI + 89 halaman : Gambar, Tabel, Lampiran

Pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen. Makanan yang tercemar oleh mikoba dapat menyebabkan keracunan makanan atau food borne disease. Berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan Lingkungan dan Public Health Emergency Operation Center (PHEOC) Kemenkes mencatat KLB keracunan pangan berjumlah 163 kejadian yang berasal dari masakan rumah tangga (2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran penerapan Higiene Sanitasi dan Angka Kuman Pada Olahan Ayam di Warung Makan Area RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2020. Metode penelitian deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dari obserbvasi tempat pengolahan makanan, wawancara kepada penjamah makanan, dan pemeriksaan laboratorium.
Hasil penelitian menunjukan bahwa personal hygiene penjamah makanan di warung B, tempat pengolahan makanan di warung B dan D, penyimpanan olahan ayam di semua warung, penyajian makanan di warung D tidak memenuhi syarat dengan jumlah skor < 60 %. Sedangkan untuk peralatan makanan, pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku, pengolahan bahan baku disemua warung memenuhi syarat dengan jumlah skor > 60 %. Pemeriksaan mikrobiologi makanan (Angka Kuman) masih dibawah standar dengan rincian : warung A sebanyak 1,1 x 103 koloni/ gram, warung B sebanyak 5,2 x 103 koloni/ gram, warung C sebanyak 1,1 x 104 koloni/ gram dan warung D sebanyak 2,8 x 104 koloni/ gram. Kesimpulan Penerapan Higiene Sanitasi dan Angka Kuman Pada Olahan Ayam di Warung Makan Area RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo secara umum memenuhi syarat dengan jumlah skor higiene sanitasi makanan di warung A, B, C dan D > 60 %. Sedangkan angka kuman pada olahan ayam masih dibaawah standar dengan batas cemar 1 x 105 koloni/ gram. Permasalahan higiene sanitasi dapat diatasi dengan menerapkan perilaku penjamah yang baik seperti : memakai celemek, tutup kepala, pakaian kerja khusus, menjaga kebersihan tangan, dan mengikutsertakan penjamah makanan untuk kursus hygiene sanitasi makanan. Tempat pengolahan makanan sebaiknya dilengkapi langit-langit yang menutupi seluruh ruangan, pintu dan jendela dilengkapi dengan kawat/ kassa, menambah ventilasi (kipas angin), pengolahan makanan dilakukan ditempat yang terpisah dengan warung, dan pengendalian hewan pembawa penyakit seperti tikus, kecoa, nyamuk, dan lalat. Melakukan penyemprotan air pada badan jalan. Serta menyediakan fasilitas sanitasi seperti sistem pengolahan air limbah (SPAL), tempat sampah tertutup dan tempat cuci tangan. Penyimpanan bahan dan makanan jadi sesuai jenisnya dan tertutup. Penyajian olahan ayam menggunakan tempat yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan kedap air. Sebelum disajikan olahan ayam sebaiknya dipanaskan terlebih dahulu.

Daftar bacaan  : 23 (1998-2019)
Kata kunci       : Higiene sanitasi, Angka Kuman, Olahan Ayam, warung makan area RSUD Prof. Dr. 
                          Margono Soekarjo
Klasifikasi       : -

DESKRIPSI INDEKS JENTIK Aedes sp DI DESA PANDAK KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir,30 April 2020
Abstrak
Salma Maudi Fujiant(Salmamaudifujiant@gmail.com)
DESKRIPSI INDEKS JENTIK Aedes sp DI DESA PANDAK KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020
LXIV +64halaman: Gambar, Tabel, Lampiran

Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupeten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Di Kabupaten Banyumas sendiri dalam lima tahun terakhir jumlah kasus penderita DBD terjadi secara fluktuatif seperti di wilayah kerja Puskesmas 2 Baturraden ditemukan angka kejadian terbanyak terjadi di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas yang terus-menerus menunjukan bahwa di wilayah tersebut terdapat kepadatan nyamuk Aedes sp yang cukup tinggi serta merupakan wilayah yang berstatus endemis DBD. Tujuan penelitian ini yaitu menghitung kepadatan larva nyamuk untuk mengetahui apakah Desa Pandak merupakan daerah yang berisiko tinggi dalam penularan penyakit DBD. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif.Penelitian dilakukan di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Penelitian dilakukan dengan cara survei jumlah container dan kepadatan larva nyamuk Aedes sp dengan metode survei jentik visual didasari oleh data geografi, demografi dan keadaan sosial ekonomi penduduk, sehingga dapat diketahui tingkat risiko suatu wilayah terhadap penularan DBD.
Hasil Observasi menunjukan Kasus DBD di Desa Pandak Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas pada tahun 2019 mengalami kenaikan luar biasa. Pada tahun 2017 dan tahun 2018 tidak terdapat kasus tetapi pada tahun 2019 terdapat kenaikan kasus sebanyak 54 kasus DBD. Perhitungan House Index (HI) di Desa Pandak didapatkan rata-rata HI 9,92%.Hasil wilayah yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan standar ≥5% (WHO, 2007) ada di 4 RT yaitu di RT 01 RW 02 sampai RT 04 RW 02. Perhitungan Container Index (CI) di Desa Pandak didapatkan hasil rata rata CI 2,74%. Dan wilayah yang hasilnya tidak memenuhi syarat terdapat di RT 03 RW 02 (11,59 %) karena melebihi standar yang sudah ditentukan ≥10% (WHO, 2007). Perhitungan Breteau Index (BI) di Desa Pandak didapatkan hasil dengan rata rata- rata 14,72%. Wilayah yang Tidak Memenuhi Syarat BI di RT 03 RW 02 (61,53 %) karena hasil Breteau Index (BI) ≥ 50%. Pada Perhitungan Angka Bebas Jentik (ABJ) Desa Pandak didapatkan hasil dengan rata-rata 90,06%. Nilai ABJ yang Tidak Memenuhi Syarat di RT 03 RW 02 (65,38 %) Karena nilai ABJ ≥95 % (WHO, 2007).
Kesimpulan perhitungan Indeks Jentik yang didasari dari 4 Indikator kepadatan larva (HI, CI, BI, ABJ) didapatkan hasil bahwa wilayah penelitian yaitu di Desa Pandak terdapat sebagian wilayah yang kepadatan larvanya tidak memenuhi syarat dan sebagian wilayah lainnya telah memenuhi syarat sesuai dengan standar (WHO, 2007). Saran yang peneliti rekomendasikan adalah agar masyarakat tetap lebih memperhatikan kebersihan tempat penampungan air di area sekitar halaman rumah terutama pada container yang tidak dapat terkontrol karena sangat berpotensi untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.

Daftar bacaan : 23 ( 2005 – 2020)
Kata kunci      : DBD, container, nyamuk
Klasifikasi      : -

ANALISIS PERKEMBANGAN TELUR NYAMUK Aedes aegypti MENJADI NYAMUK DEWASA MENURUT DERET WAKTU DI DESA KALIKUDI KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Safira Nur Fitriani (safiran17@gmail.com)
ANALISIS PERKEMBANGAN TELUR NYAMUK Aedes aegypti MENJADI NYAMUK DEWASA MENURUT DERET WAKTU DI DESA KALIKUDI KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2020
XVII + 98 Halaman : Gambar, Tabel, Lampiran

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian. DBD cepat tersebar dari satu penderita ke penderita lain, hal ini disebabkan karena peran nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar penyakit ini. Faktor lingkungan seperti ketinggian tempat, suhu dan kelembaban merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keberadaan nyamuk vektor dengue. Kasus DBD yang terjadi seringkali dikaitkan dengan pelaksanaan fogging foccus yang bertujuan untuk membasmi vektor Aedes aegypti serta memutus mata rantai penularannya. Pelaksanaan Fogging foccus dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu. Fogging yang pertama bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa dan fogging yang kedua bertujuan membunuh telur dan larva yang pada saat fogging pertama belum menjadi nyamuk dewasa. Tetapi faktanya populasi nyamuk masih ada. Tujuan penelitian adalah mengetahui waktu penetasan telur hingga menjadi nyamuk dewasa guna dibandingkan dengan efektifitas fogging foccus.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan mengamati jumlah penetasan telur nyamuk Aedes aegypti menjadi nyamuk dewasa berdasarkan rentang waktu. Pengamatan dilakukan selama 28 hari/4 siklus aquatik dengan mengamati perkembangan nyamuk dari telur sampai nyamuk dewasa. Proses rearing telur nyamuk dilakukan di Desa Kalikudi Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.
Hasil penelitian diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk telur menjadi nyamuk dewasa pada suhu udara 270C-33,10C, kelembaban udara 61-89%, pencahayaan 6-1054 lux, suhu air 260C-310C dan pH air 6-7,3 adalah 8-16 hari. Persentase penetasan telur sebesar 65%, terbagi menjadi 2 penetasan. Penetasan pertama sebesar 62,3% dan penetasan kedua sebesar 2,7%. Persentase jumlah telur yang menjadi nyamuk sebesar 78,5% dan sebanyak 21,5% larva mati sebelum menjadi nyamuk. Persentase terbesar telur yang menetas menjadi nyamuk dewasa terjadi pada hari ke 11, yaitu sebanyak 63 ekor atau 32,3%.
Kesimpulan penelitian yaitu hasil penelitian membuktikan bahwa penetasan telur nyamuk adalah 8-16 hari maka perlu evaluasi terhadap pelaksanaan fogging masal maupun fogging foccus yang dilakukan dalam 2 tahap dengan rentang waktu 7 hari, karena dalam waktu 7 hari larva belum menjadi nyamuk dewasa sehingga fogging yang dilakukan akan kurang efektif. Sehingga tujuan fogging yaitu membunuh nyamuk dewasa benar-benar tepat pada sasarannya.

Daftar Bacaan : 41 (1997-2020)
Kata Kunci      : Demam Berdarah, nyamuk, vektor, fogging foccus
Klasifikasi       :

KEADAAN SANITASI RUMAH PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA KARANGKANDRI KECAMATAN KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN 2019

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
ABSTRAK
Salma Amalia Lailika (amaliasalma15@gmail.com)
KEADAAN SANITASI RUMAH PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA KARANGKANDRI KECAMATAN KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN 2019
XVI + 78 halaman: gambar, tabel, lampiran

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya (sinus rongga telinga tengah pleura) dan menjadi penyebab utama kematian pada balita di dunia. Keadaan sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit berbasis lingkungan, salah satunya adalah ISPA. Desa Karangkandri terdapat 44 kunjungan ISPA pada balita laki-laki dan perempuan. Tujuan penelitian adalah untuk untuk mengetahui aspek kesehatan lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA pada balita di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Jenis penilitian ini termasuk penelitian deskriptif observasional dengan cara survei ke rumah penderita ISPA pada balita dengan jumlah 15 rumah.
Hasil penelitian menunjukkan dari 15 kasus yang ada di Desa Karangkandri, diketahui suhu kamar tidur yang memenuhi syarat ada 8 (53%), dan ruang keluarga ada 6 (40%), kelembapan kamar tidur dan ruang keluarga yang memenuhi syarat 0%, pencahayaan kamar tidur yang memenuhi syarat ada 12 (80%) dan ruang keluarga ada 14 (93%), luas ventilasi kamar tidur yang memenuhi syarat ada 2 (13%) dan ruang keluarga ada 4 (27%), jenis lantai dan dinding yang memenuhi syarat 15 rumah (100%), kepadatan hunian yang memenuhi syarat ada 14(93%). Selain itu perilaku keluarga penderita seperti membuka jendela setiap hari sebanyak 9 rumah (60%), kebiasaan merokok sebanyak 13 rumah (87%), bahan bakar masak kayu bakar sebanyak 2 rumah (13%), penggunaan obat nyamuk bakar sebanyak 7 rumah (47%). Kesimpulan hasil pemeriksaan sanitasi rumah penderita ISPA dikategorikan belum memenuhi syrat dalam aspek sanitasi rumahnya, peneliti menyarankan agar masyarakat dapat mewujudkan upaya kesehatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lingkungannya sendiri, dan pihak puskesmas memberikan pengetahuan tentang rumah sehat kepada masyarakat dan bekerjasama untuk mewujudkan rumah sehat.

Daftar bacaan   : 29 (1999-2019)
Kata kunci        : ISPA, rumah
Klasifikasi        :

TINJAUAN PENGELOLAAN SAMPAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) MEDIS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Safitri Indah Permatasari (safitriindah449@gmail.com)
TINJAUAN PENGELOLAAN SAMPAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) MEDIS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2020
XVII + 57 halaman : gambar, tabel, lampiran

Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Dalam melakukan pelayanan kesehatan rumah sakit berpotensi menghasilkan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto merupakan salah satu rumah sakit yang menghasilkan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis dari hasil kegiatan pelayanan medis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan menggambarkan tentang pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dengan menggunakan data sekunder mengenai pengelolaan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata berat sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto per harinya adalah 777,16 Kg/hari, pengelolaan sampah medis tersebut masih ada yang belum sesuai dengan peraturan, seperti dalam proses pengangkutan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis yang masih 1 jalur dengan jalur pendistribusian makanan dan penjadwalan pengangkutan yang terkadang bersamaan dengan pendistribusian makanan dari petugas gizi serta penerapan Standar Operasional Prosedur belum berjalan dengan baik. Kesimpulan Berdasarkan observasi, hasil penilaian checklis pengelolaan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto diperoleh nilai 93,61% yang berarti memenuhi standar, dimana menurut Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Diharapkan kepada penanggung jawab bidang pengelolaan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis melakukan pemantauan terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis agar pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik.

Daftar bacaan : 15 (1992-2020)
Kata Kunci     : Rumah Sakit, Sampah Bahan berbahaya dan Beracun (B3) Medis
Klasifikasi      : -

ANALISIS PERKEMBANGAN TELUR NYAMUK Aedes aegypti MENJADI NYAMUK DEWASA MENURUT DERET WAKTU DI DESA KALIKUDI KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Safira Nur Fitriani (safiran17@gmail.com)
ANALISIS PERKEMBANGAN TELUR NYAMUK Aedes aegypti MENJADI NYAMUK DEWASA MENURUT DERET WAKTU DI DESA KALIKUDI KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2020
XVII + 98 Halaman : Gambar, Tabel, Lampiran

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian. DBD cepat tersebar dari satu penderita ke penderita lain, hal ini disebabkan karena peran nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar penyakit ini. Faktor lingkungan seperti ketinggian tempat, suhu dan kelembaban merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keberadaan nyamuk vektor dengue. Kasus DBD yang terjadi seringkali dikaitkan dengan pelaksanaan fogging foccus yang bertujuan untuk membasmi vektor Aedes aegypti serta memutus mata rantai penularannya. Pelaksanaan Fogging foccus dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu. Fogging yang pertama bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa dan fogging yang kedua bertujuan membunuh telur dan larva yang pada saat fogging pertama belum menjadi nyamuk dewasa. Tetapi faktanya populasi nyamuk masih ada. Tujuan penelitian adalah mengetahui waktu penetasan telur hingga menjadi nyamuk dewasa guna dibandingkan dengan efektifitas fogging foccus. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan mengamati jumlah penetasan telur nyamuk Aedes aegypti menjadi nyamuk dewasa berdasarkan rentang waktu. Pengamatan dilakukan selama 28 hari/4 siklus aquatik dengan mengamati perkembangan nyamuk dari telur sampai nyamuk dewasa. Proses rearing telur nyamuk dilakukan di Desa Kalikudi Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.
Hasil penelitian diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk telur menjadi nyamuk dewasa pada suhu udara 270C-33,10C, kelembaban udara 61-89%, pencahayaan 6-1054 lux, suhu air 260C-310C dan pH air 6-7,3 adalah 8-16 hari. Persentase penetasan telur sebesar 65%, terbagi menjadi 2 penetasan. Penetasan pertama sebesar 62,3% dan penetasan kedua sebesar 2,7%. Persentase jumlah telur yang menjadi nyamuk sebesar 78,5% dan sebanyak 21,5% larva mati sebelum menjadi nyamuk. Persentase terbesar telur yang menetas menjadi nyamuk dewasa terjadi pada hari ke 11, yaitu sebanyak 63 ekor atau 32,3%. Kimpulan penelitian yaitu hasil penelitian membuktikan bahwa penetasan telur nyamuk adalah 8-16 hari maka perlu evaluasi terhadap pelaksanaan fogging masal maupun fogging foccus yang dilakukan dalam 2 tahap dengan rentang waktu 7 hari, karena dalam waktu 7 hari larva belum menjadi nyamuk dewasa sehingga fogging yang dilakukan akan kurang efektif. Sehingga tujuan fogging yaitu membunuh nyamuk dewasa benar-benar tepat pada sasarannya.

Daftar Bacaan : 41 (1997-2020)
Kata Kunci     : Demam Berdarah, nyamuk, vektor, fogging foccus
Klasifikasi      :

Kualitas Fisik Udara di Pondok Pesantren Ar-Rohman Desa Kalikabong Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga Tahun 2020

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2020
Abstrak
Sabila Rizki Febriana (sabilarf26@gmail.com)
Kualitas Fisik Udara di Pondok Pesantren Ar-Rohman Desa Kalikabong Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga Tahun 2020
XIV + 56 halaman: gambar, tabel, lampiran

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam dengan system boarding school (Pendidikan Bersama), sehingga membentuk komunitas sendiri yang anggotanya terdiri dari para santri, para guru/ustadz dan keluarga pengasuh pesantren. Tujuan Penelitian ini untuk Mengetahui kualitas fisik udara meliputi suhu, kelembapan , pencahayaan, dan kecepatan angin. Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan metode cross sectional Pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan pengukuran. Analisis data membandingkan tabel hasil dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang.
Hasil penelitian pengukuran kuaitas fisik udara Rata-rata intensitas cahaya pada jam 06.00 adalah 105,5 Lux, pada jam 16.00 89,6 lux dan jam 20.00 adalah 53,36 Lux memenuhi syarat. Hasil wawancara dengan kuisioner dari 10 responden didapatkan 5 orang menjawab iya ruang kamar tidur kurang terang dan 5 orang menjawab tidak.Rata-rata pengukuransuhu pada jam 06.00 yaitu 27,3ºC, jam 16.00 yaitu 27,9ºC dan pada jam 20.00 yaitu 26,8ºC memenuhi syarat.Hasil wawancara 10 responden 6 menjawab iya merasa panas di ruangan kamar tidur dan 4 menjawab tidak.Rata-rata pengukuran kelembaban pada jam 06.00 yaitu 62,27%, pada Jam 16.00 yaitu 61,36% dan pada malam hari jam
20.00 yaitu 67,27% Hasil wawancara 10 responden menjawab sinar matahari tidak dapat masuk ruang kamar tidur dan jendela tidak pernah di buka setiap pagi. Rata-rata pengukuran kecepatan angin yaitu 0,02 m/s pada jam 06.00, pada jam 16.00 yaitu 0,04 m/s dan pada jam 20.00 yaitu 0,04 m/s tidak memenuhi syarat .Hasil wawancara 10 responden 9 menjawab udara atau angin tidak masuk kedalam ruang kamar tidur dan 1 menjawab iya. Kesimpulan penelitian ini adalah parameter fisik udara yang memenuhi persyaratan fisik udara di dalam ruang rumah menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara di Dalam Rumah yaitu Suhu dan Kelembapan. Sedangkan, yang tidak memenuhi persyaratan fisik udara di dalam ruang rumah yaitu Intensitas Cahaya dan Kecepatan Angin. Saran untuk peneliti UPTD Puskesmas wilayah kerja di Kecamatan Kalimanah untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan secara berkala terhadap kualitas fisikudara di PondokPesantrenAr-Rohman. Penambahan exhauster atau blower atau kipas angin atau AC pada ruangan dengan luas 21 m2 dapat dipasang sebanyak 2 buah kipas angin yang ditempel pada tembok bagian atas dan Pembuatan ventilasi dengan ukuran luas 10% dari luas ruangan bagi ruangan yang belum memiliki ventilasi.

Daftar bacaan : 12 (1985 – 2018 )
Kata kunci      : Kualitas Fisik Udara Kelembapan, Suhu, Pencahayaan 
Klasifikasi      : -

TINJAUAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PASAR SEGAMAS PURBALINGGA KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Restina Wahyu Rahmadani (restinarahmadani1@gmail.com)
TINJAUAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PASAR SEGAMAS PURBALINGGA KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2020
xvii + 74 halaman : tabel, gambar, lampiran

Pasar merupakan tempat aktivitas transaksi antara pedagang dan pembeli. Transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli menyebabkan adanya timbulan sampah, sehingga sampah harus dikelola dengan sebaik mungkin supaya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang pengurangan dan penanganan sampah. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yaitu mendeskripsikan tentang pengelolaan sampah di Pasar Segamas Purbalingga, meliputi dari pengurangan sampah yaitu pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah, serta penanganan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan sampah di Pasar Segamas Purbalingga dengan jumlah timbulan sampah rata – rata perharinya sebanyak 6,391 m3, sampah yang dikumpulkan masih tercampur antara organik dan anorganik. Permasalahan yang ditemukan di Pasar Segamas Purbalingga antara lain jumlah sarana pewadahan sampah tidak mencukupi, tempat sampah hanya ditempatkan di setiap los pasar dengan konstruksi tempat sampah yang tidak memiliki tutup dan terbuat dari anyaman. Kesimpulan adalah sistem pengelolaan sampah di Pasar Segamas Purbalingga memenuhi syarat. Jumlah tempat sampah yang masih belum mencukupi dan Alat Pelindung Diri (APD) petugas kebersihan yang digunakan belum lengkap. Saran bagi pengelola pasar yaitu lebih meningkatkan pengawasan, tersedianya tempat sampah yang memenuhi syarat dan memberikan arahan kepada petugas kebersihan untuk menggunakan APD yang lengkap.

Daftar bacaan : 14 (2006 – 2019)
Kata kunci      : Pengelolaan sampah pasar
Klasifikasi      : -

STUDI INTENSITAS SUARA RUANG PRODUKSI CV. DAYA CIPTA KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Program Diploma III
Tugas Akhir, Mei 2020
Abstrak
Rendi Cahya Saputra (rendicahya005@gmail.com)
STUDI INTENSITAS SUARA RUANG PRODUKSI CV. DAYA CIPTA KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2020
XVI + 94 Halaman: gambar, tabel, lampiran

Latar belakang kebisingan yaitu terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki serta membahayakan kesehatan, suara dengan intensitas tinggi dapat merusak selaput dendang telinga, kerusakan pendengaran, sampai dengan ketulian. CV. Daya Cipta adalah perusahaan yang memeproduksi beton molen, roda tractor, cacah padi, dan cacah debog. Industri ini berlokasi di Desa Pasir Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. Proses produksi menggunakan mesin mesin yang dapat menimbulkan kebisingan yang berdampak pada kesehatan pekerja. Tujuan penelitian ini adalah Mengukur intensitas suara dan upaya pengendalian kebisingan di dalam ruang produksi. Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pengukuran mengunakan alat – alat dan instrument. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif dengan menggambarkan kondisi yang sesungguhnya sesuai data yang diperoleh dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.  Hasil pengukuran intensitas suara pada ruang produksi CV. Daya Cipta hari kesatu Senin, 16 Maret 2020 waktu pagi titik 1 sebesar 85,11 dB, titik 2 sebesar 82,12 dB, titik 3 sebesar 84,14 dB dan titik 4 sebesar 75,78 dB. Pada siang hari titik 1 sebesar 86,75 dB, titik 2 sebesar 78,59 dB, titik 3 sebesar 75,34 dB dan titik 4 sebesar 68,24 dB. Pada sore hari titik 1 sebesar 86,14 dB, titik 2 sebesar 80,53 dB, titik 3 sebesar 79,08 dB, dan titik 4 sebesar 77,86 dB. hari kedua Selasa,17 Maret 2020 waktu pagi titik 1 sebesar 87,79 dB, titik 2 sebesar 86,72 dB, titik 3 sebesar 87,49 dB dan titik 4 sebesar 89,79 dB. Pada siang hari titik 1 sebesar 87,30 dB, titik 2 sebesar 87,49 dB, titik 3 sebesar 86,02 dB dan titik 4 sebesar 81,37 dB. Pada sore hari titik 1 sebesar 86,64 dB, titik 2 sebesar 87,06 dB, titik 3 sebesar 87,06 dB, dan titik 4 sebesar 83,31 dB. hari ketiga Rabu,18 Maret 2020 waktu pagi titik 1 sebesar 89,40 dB, titik 2 sebesar 86,06 dB, titik 3 sebesar 86,74 db dan titik 4 sebesar 86,67 dB. Pada siang hari titik 1 sebesar 85,04 dB, titik 2 sebesar 87,17 dB, titik 3 sebesar 88,79 dB dan titik 4 sebesar 89,72 dB. Pada sore hari titik 1 sebesar 85,02 dB, titik 2 sebesar 88,12 dB, titik 3 sebesar 88,32 dB, dan titik 4 sebesar 91,09 dB. sumber suara yang dihasilkan berasal dari mesin produksi dan kegiatan pekerja seperti mesin pound dan mesin grenda, untuk kegiatan pekerja yaitu memukul bahan dengan palu untuk menyesuaikan dengan cetakan. Kesimpulan berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa intensitas suara pada ruang produksi yang paling tinggi pada waktu pagi, berada pada pengukuran hari kedua tiitk 4 sebesar 89,79 dB, pada waktu siang berada pada pengukuran hari ketiga titik 4 sebesar 89,21 dB, pada sore berada pada pengukuran hari ketiga titik ke 4 sebesar 91,09 dB. Saran pihak industry menyediakan alat pelindung diri terutama ear muff dan ear plug untuk pekerja, diadakan penyuluhan untuk pekerja tentang pentingnya penggunaan APD saat bekerja.

Daftar Bacaan : 19(2005-2019)
Kata Kunci      : Intensitas Suara, kesehatan Lingkungan Industri
Klasifikasi       :

ANALISIS HASIL INTENSITAS SUARA RUANG PRODUKSI PT.KARYA PADUYASA DI DESA KAJEN KECAMATAN LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL TAHUN 2020

 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkkungan Purwokerto
Program Studi Sanitasi Diploma III
Tugas Akhir, Juni 2020
Abstrak
Raka Yoko Pradina ( rakkayoko@gmail.com)
ANALISIS HASIL INTENSITAS SUARA RUANG PRODUKSI PT.KARYA PADUYASA DI DESA KAJEN KECAMATAN LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL TAHUN 2020
XV + 60 halaman: gambar, tabel, lampiran

Kebisingan yaitu terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki dikarenakan tidak sesuai dengan waktu dan tempat atau mengganggu. Suara pada intensitas tinggi dapat merusak selaput gendang telinga, kerusakan alat pendengaran, sampai dengan ketulian. PT Karya Paduyasa adalah perusahaan yang memproduksi Hydrant Air, Komponen Alat Berat &Automotive serta membuat dan mereparasi mesin pertanian dan pengolah hasil pertanian.Industri ini berlokasi di Jalan Raya Kajen-Lebaksiu kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal. Proses produksi menggunakan mesin-mesin yang dapat menimbulkan kebisingan yang berdampak pada kesehatan pekerja. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis hasil intensitas suara, sumber suara, dan upaya pengendalian kebisingan di dalam ruang produksi.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan tentang kondisi sesungguhnya sesuai data yang diperoleh untuk memperoleh informasi tentang intensitas suara ruang produksi PT Karya Paduyasa Desa Kajen Kecamatan Kabupaten Tegal . Cara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran guna mendapatkan data dan instrumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.
Hasil Pengukuran intensitas suara pada ruang produksi alat berat pada waktu pagi sebesar 87,22 dB, siang sebesar 84,27 dB, dan sore sebesar 84,43 Db. Pada ruang Produksi hydrant di waktu pagi sebesar 82,97 dB, siang 84,59 dB, dan waktu sore sebesar 83,80 dB. Sedangkan pada ruang produksi pengecatan dan pengemasan di waktu pagi 83,37 dB, siang 81,85 dB, dan waktu sore 83,57 dB. Sumber suara yang dihasilkan berasal dari mesin-mesin produksi seperti mesin bor, mesin pemotong dan grenda. dan upaya pengendalian resiko yang diterapkan di industri tersebut adalah salah satunya dengan
pengendalian administratif dan pemberlakuan SOP (Standart Operation Procedure) salah satunya yaitu dengan penggunaan alat pelindung telinga. Kesimpulan, analisis hasil intensitas suara pada ruang produksi yang paling tinggi pada waktu pagi berada pada ruang produksi alat berat dengan rata-rata 87,22 dB, pada waktu siang hari intensitas paling tinggi terdapat pada ruang Hydrant dengan rata-rata 84,59 dB, Pada waktu sore hari intensitas paling tinggi terdapat pada ruang produksi alat berat dengan rata-rata sebesar 84,43 dB. Saran yang dianjurkan yaitu pihak industri harus menyediakan alat pelindung diri terutama ear plug untuk pekerja agar meminimalisir dampah dari paparan kebisingan selain itu juga perlu diadakannya penyuluhan kepada pekerja tentang pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja.

Daftar Bacaan : 19 (1990 – 2019)
Kata Kunci      : Intensitas suara, Kesehatan Lingkungan Industri
Klasifikasi       :