Minggu, 30 Januari 2022

ANALISIS TREN PERKEMBANGAN TELUR NYAMUK AEDES SP DI DESA BULUROTO KABUPATEN BLORA TAHUN 2021

 Kementerian Keseatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Prodi Sanitasi Program Studi Diploma Tiga
Karya Tulis Ilmiah, 10 Juni 2021


Abstrak


Riska Wafiq Azizah (riskawafiq@gmail.com)
ANALISIS TREN PERKEMBANGAN TELUR NYAMUK AEDES SP DI DESA BULUROTO KABUPATEN BLORA TAHUN 2021
XVIII + 74 halaman: gambar, tabel, lampiran


World Health Organization (WHO), badan kesehatan dunia menjuluki nyamuk sebagai musuh publik nomor satu. Penyakit tular vektor akibat nyamuk di negara tropis dan subtropis di seluruh dunia menyerang 2,5 miliar orang dengan 40% populasi dunia terkena infeksi, terdiri dari 50-100 juta infeksi setiap tahun dan sekitar 2,5% dari orang yang terkena dampak meninggal. Ketinggian tersebut merupakan batas bagi penyebaran Aedes aegypti. Wilayah kabupaten Blora terdiri atas daratan rendah dan perbukitan dengan ketinggian antara 25 - 50 meter di atas permukaan laut. Peringkat Demam Berdarah di tingkat Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Blora konsisten berada pada peringkat 16 dari 35 Kabupaten di Jawa Tengah pada periode tahun 2015 hingga 2019.
Metode penelitian dilakukan secara deskriptif observasional. Penelitian tidak memberikan modifikasi khusus terhadap lingkungan. Lokasi penelitian berada di Desa Buluroto Kabupaten Blora. Materi penelitian berupa pengamatan siklus hidup nyamuk Aedes sp spesies Aedes aegypti dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa. Sumber data berupa data sekunder dan data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan instrument penelitian setiap harinya. Pengolahan data berupa editing, coding, tabulating, dan saving. Etika penelitian yaitu anonymity dan confidentiality.
Hasil pengamatan penelitian menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh telur nyamuk untuk menjadi nyamuk dewasa adalah 2-3 siklus aquatic. Keberhasilan penetasan telur nyamuk sampel 1 sebesar 92%. Pada sampel 2 sebesar 12%. Keberhasilan perkembangan kehidupan sampel 1 sebesar 95,7% (183 ekor), sedangkan sampel 2 sebesar 83% (25 ekor) Parameter lingkungan selama penelitian untuk suhu udara rata-rata adalah 29°C. Kelembapan udara rata-rata 77%. Intensitas pencahayaan 38 lux. Suhu air rata-rata sampel 1 sebesar 28,08°C, sedangkan suhu air sampel 2 27,81°C. Rata-rata pH sampel 1 dan sampel 2 sebesar 6,13.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa keadaan topografi wilayah berpengaruh terhadap prosentase penetasan dan kehidupan nyamuk Aedes aegypti. Proses evaluasi pemberantasan nyamuk di lingkungan oleh pemerintah harus dilakukan, masyarakat harus menjadi agen perubahan dengan gerakan 3M plus. Penelitian mengenai siklus perkembangan nyamuk yang dilakukan akan lebih baik lagi jika menggunakan telur hasil pemasangan ovitrap di lingkungan.


Daftar Bacaan: 30 (2010-2021)
Kata Kunci:Nyamuk, Kesehatan Lingkungan
Klasifikasi:Vektor

fulltext

Tidak ada komentar:

Posting Komentar