Minggu, 07 Oktober 2018

TINJAUAN SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI WILAYAH KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018.

                                                                                            Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                             Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                 Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                  Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Sunaryono (sunaryonooyon@gmail.com)
TINJAUAN SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI WILAYAH KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018.
XV + 91 halaman : gambar, tabel, lampiran.

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) merupakan tempat penyediaan air minum isi ulang yang dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat. Kualitas air minum banyak yang belum memenuhi standar kesehatan, sehingga masyarakat belum terlindungi kesehatannya akibat mengkonsumsi air minum dari jasa DAMIU. DAMIU adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Tujuan penelitian mengetahui kondisi sanitasi, kualitas bakteriologi air baku dan air minum pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2018.
Metode penelitian deskriptif dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang hygiene sanitasi pengelolaan air minum isi ulang (AMIU) dan mengetahui kandungan bakteri Coliform AMIU pada DAMIU di Wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 8 DAMIU di Wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang diteliti ada 2 DAMIU (25%) menggunakan teknologi Sinar UV, 3 DAMIU (37,5%) menggunakan Teknologi Sinar UV, dan RO, dan 3 DAMIU (37,5%) menggunakan Teknologi UV, Ozon, dan RO. Sedangkan DAMIU yang kualitas bakteriologinya tidak memenuhi syarat ada 2 DAMIU (25%) yaitu DAMIU D dan H mengandung bakteri coliform.
Kesimpulan kualitas bakteriologi air minum isi ulang yang memenuhi syarat ada 6 DAMIU (75%), sedangkan yang tidak memenuhi syarat ada 2 DAMIU (25%). Hasil Penilaian kuesioner wawancara dengan pemilik didapatkan 2 DAMIU (25%) yang belum memiliki sertifikat Laik Hygiene Sanitasi. Hasil penilaian cheklist Inspeksi Sanitasi DAMIU didapatkan 4 DAMIU (50%) mendapatkan kategori “Baik”, 4 DAMIU (50%) mendapatkan kategori “Sangat Baik”. Selain itu perlu adanya peningkatan pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang kepada pengusaha tentang kegiatan pengolahan air minum pada DAMIU supaya perlindungan terhadap kesehatan konsumen DAMIU terjamin.

Daftar Bacaan   : 10  (1990 - 2018)
Kata Kunci        : Sanitasi, Tinjauan, DAMIU.
Klasifikasi         :   -

STUDI KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI DESA WANGON KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, juni 2018

Abstrak
Sumarno (puspa.khanthil@gmail.com)
STUDI KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI DESA WANGON KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
XV + 68 Halaman : Gambar, Tabel, Lampiran

Sumur gali adalah salah satu sumber air yang digunakan di Desa Wangon. Air yang digunakan harus memenuhi syarat kualitas air bersih salah satunya syarat fisik yaitu kekeruhan. Berdasarkan pengamatan di lapangan yang dilakukan penulis sebagai pendauhulu awal, beberapa air sumur gali warga secara organoleptik air tersebut keruh, menjadi permasalahan warga tidak pernah memeriksa tingkat kekeruhannya. Metode penelitian deskriptif. Untuk mendapatkan data penulis melakukan observasi langsung di lapangan.Sedangkan untuk pengukuran kekeruhan, penulis melakukan pengukuran sampel dengan alat Turbidity meter untuk mengetahui tingkat kekeruhan pada 135 sumur gali yang
dijadikan sampel. 
Hasil penelitian di lapangan menunjukan air sumur gali tidak keruh (%, keruh tetapi masih memenuhi syarat (5-25 NTU) yaitu 33 %, dan keruh tidak memenuhi syarat (>25 NTU) yaitu 18 %. Tingkat kekeruhan yang paling tinggi yaitu 40 NTU. Standar kekeruhan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum yaitu sebesar 25 NTU. 
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kondisik fisik (kekeruhan) air sumur gali di Desa Wangon sebesar 18 % tidak memenuhi persyaratan (> 25 NTU). Penulis berharap agar hasil Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk Program Perbaikan Sumur gali dan Penyuluhan kepada Masyarakat tentang pentingnya sanitasi Sarana air bersih dan Kualitas air Bersih serta Pemecahan masalah Pencemaran dan Kekeruhan air bagi Puskesmas 1 Wangon dan DesaWangon

Daftar bacaan  : 17 (1986 - 2012)
Kata kunci        : kekeruhan, air sumur gali.
Klasifikasi         :
Fulltext

STUDI HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN KANTIN SEKOLAH DI WILAYAH PUSKESMAS MUNTILAN I KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2018.

                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                             Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                 Program Study Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Sri Rejeki Ernawati (srirejekier@gmail.com)
STUDI HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN KANTIN SEKOLAH DI WILAYAH
PUSKESMAS MUNTILAN I KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2018.

xi + 69 halaman : tabel,gambar,lampiran.

Makanan dapat menjadi media perantara bagi suatu penyakit, salah satu yaitu adalah diare. Kasus diare di Wilayah Puskesmas Muntilan 1, yaitu 643 kasus. Sedangkan keracunan makanan berdasarkan tempat/lokasi kejadian, sekolah dasar (SD) menempati peringkat kedua terbanyak kejadian KLB keracunan makanan. Pada umumnya KLB keracunan makanan di sekolah dasar disebabkan kontaminasi bakeri patogen, sehingga pemberdayaan dan pengawasan mengenai makanan jajanan di sekolah perlu ditingkatkan. Tujuan penelitian mengetahui gambaran perilaku higiene sanitasi Penjamah
kantin sekolah dasar sewilayah Puskesmas Muntilan I Kabupaten Magelang. Jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dimana mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini dalakukan pada bilan April dengan jumlah responden sebanyak 17 pedagang kantin.
Hasil penelitian menunjukkan 52,9% responden berjenis kelamin laki-laki, 52,9%, berumur 30-40 tahun, 64,7% menggunakan kios, 35% berstatus pemilik dan peminjam sarana berdagang, 53,9% bekerja selama 5-10 tahun, serta 35,3% berpendidikan SD. Pada pengetahuan, 82,4% baik mengenai kebersihan diri, 88,2% baik mengenai peralatan, 70,6% baik mengenai penyajian dan sebesar 70,6% baik mengenai sarana. Dalam sikap responden, 58,8% baik terhadap kebersihan diri, 82,4% baik terhadap peralatan, 88,2% baik terhadap penyajian dan sebesar 100% baik terhadap sarana. Untuk tindakan, 58,8% baik terhadap kebersihan diri, 64,7% baik terhadap peralatan, 94,1% baik terhadap penyajian tetapi sebesar 82,4% masih bertindak buruk terhadap sarana. Kesimpulan secara umum adalah baik, tindakan terhadap sarana masih termasuk buruk. Oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran penjamah makanan jajanan perlu ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan, pelatihan serta pengawasan yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan.

Daftar bacaan : 55(1997 – 2018 )
Kata kunci      : higiene sanitasi, pengetahuan, sikap, tindakan, penjamah kantin
Klasifikasi      :

STUDI SANITASIRUMAHPENDERITA PENYAKITTBPARU BTA (+)DIWILAYAHKERJA UPTD PUSKESMAS CILACAP SELATAN IKECAMATAN CILACAP SELATAN KABUPATEN CILACAPTAHUN2018

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli2018

Abstrak
Dwi Takariawan Email : dwitakariawan@yahoo.co.id
STUDI SANITASIRUMAHPENDERITA PENYAKITTBPARU BTA (+)DIWILAYAHKERJA UPTD PUSKESMAS CILACAP SELATAN IKECAMATAN CILACAP SELATAN KABUPATEN CILACAPTAHUN2018 
xiii + 73 halaman : gambar, tabel, lampiran

Penyakit Tb Paru adalah penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan. Data profil UPTD Puskesmas Cilacap Selatan I menggambarkan bahwa di wilayah UPTD Puskesmas Cilacap Selatan I tercatat 47 kasus dengan 19 penderita Tb Paru BTA (+). Tujuan penelitian untuk mengetahui sanitasi rumah penderitapenyakit Tb Paru. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara melakukan pengukuran parameter kesehatan udara di ruangan dan observasi dengan menggunakan formulir penilaian rumah sehat. Variabel-variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel, dan narasi, kemudian dibandingkan dengan standar dan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077 tahun 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah dan Keputusan Menteri Kesehatan Ripubli Indonesia Nomor 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sanitasi setiap rumah penderita Tb Paru di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilacap Selatan I, menunjukkan kondisi tidak sehat. Kesimpulan bahwa rumah penderita TB Paru di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilacap Selatan I, sebanyak 52,63% rumah adalah dengan kriteria rumah tidak sehat. Saran yang diberikan yaitu memberi pengertian agar membukajendelaataugorden, memperhatikan sirkulasi udara dan pemasangan gentingkaca agar mendapatkan sinar matahariyangcukup.

Daftar bacaan  : 12 (1989 – 2018)
Kata kunci       : Sanitasi Rumah-TB Paru
Klasifikasi       :    -

TINJAUAN KONDISI SANITASI SUMUR GALI DAN KUALITAS AIR BERSIH DI DESA KALIBAGOR KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

                                                                                               Kementerian kesehatan republik indonesia
                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                             Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                  Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Muhammad ridho ramadhan(ridhoramadhan529@gmail.com)
TINJAUAN KONDISI SANITASI SUMUR GALI DAN KUALITAS AIR BERSIH DI DESA KALIBAGOR KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
XVII + 66 halaman : lampiran, tabel, gambar
Sumur gali adalah satu sarana penyediaan air bersih dengan cara menggali tanah sampai mendapatkan lapisan air dengan kedalaman tertentu yang terdiri dari bibir sumur, dinding sumur, lantai sumur, dan dilengkapi kerekan timba dengan gulungannya atau pompa. Tujuan penelitian ini adalah untuk dan mengetahui kondisi sanitasi sumur gali dan mengetahui kualitas air sumur gali secara fisika meliputi baru, rasa, warna kimia meliputi pH Mikrobiologi meliputi jumlah coliform pada air sumur gali Metode penelitian deskriptif, sedangkan dalam menganalisis menggunakan tabel. Subjek penelitian air sumur gali beserta sumur galinya data diambil dengan metode observasi dan analisa laboratorium.
Hasil Penelitian dilakukan Serta kondisi sumur gali yang masih belum memenuhi syarat, diantaranya jarak sumber pencemar dengan sumur galiHal ini akan beresiko terhadap kualitas air yang digunakan. Pemeriksaan fisik pada air sumur gali menunjukkan hasil berbau ada 2 sumur sumur gali tidak berbau 13 sumur, berasa jumlah 2 buah sumur gali tidak berasa berjumlah 13, berwarna berjumlah 7 buah sumur gali jernih 8 buah sumur gali untuk syhu semua memenuhi syarat 100% dan TDS semua memenuhi syarat. Hasil pH 7 berjumlah 6 sumur gali dan hasil pH 8 berjumlah 9 buah sumur gali. Jumlah 240 Coliform/100ml yaitu 1 sumur gali, berjumlah 1 buah, 340 Coliform/100ml berjumlah 1 sumur gali 360 Coliform/100ml berjumlah 1 sumur,460 coliform/100ml berjumlah 2 buah sumur gali, 480 coliform/100ml berjumlah 1 buah sumur gali dan >1000 coliform berjumlah 9 sumur gali.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah jumlah Coliform dalam air sumur gali yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Diharapkan agar masyarakat memperhatikan konstruksi sumur gali, jika sudah mempunyai sumur gali harus merawatnya agar tetap dalam kondisi yang saniter. Karena hal tersebut berpengaruh terhadap kandungan bakteri Coliform dalam air sumur gali dan bisa menyebabkan penyakit gastroenteritis. Untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut maka tindakan pencegahan dengan desinfeksi menggunakan kaporit dan apabila untuk dikonsumsi maka air harus dimasak sampai matang.
Daftar bacaan : 18 (1984-2018)
Kata Kunci     : Kualitas air, Sanitasi, Sumur Gali
Klasifikasi      : -

Kamis, 04 Oktober 2018

STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAPIOKA DI PABRIK ACI 55 WANAKUSUMAH KELURAHAN TIMBANG KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018

                                                                                              Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                            Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                 Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Devi Al Fatoni (tonyfacr7@gmail.com)
STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAPIOKA DI PABRIK ACI 55 WANAKUSUMAH KELURAHAN TIMBANG KECAMATAN KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018
XV + 69 halaman: gambar, tabel, lampiran
Tapioka merupakan salah satu sumber bahan makanan yang berasal dari pati singkong. Proses pembuatan tapioka menghasilkan air limbah yang berpotensi menjadi masalah bagi lingkungan sekitar. Oleh karena pada umumnya industri tapioka mengalirkan langsung air limbahnya ke selokan atau sungai, sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan pengolahan air limbah tapioka di Pabrik Aci 55 Wanakusumah Kelurahan Timbang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga tahun 2018.
Metode penelitian deskriptif, dengan memberikan gambaran tentang pengolahan air limbah tapioka di Pabrik Aci 55 Wanakusumah Kelurahan Timbang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. Data berisi hasil pengukuran yang disajikan dalam bentuk narasi, gambar dan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pabrik Aci 55 Wanakusumah Kelurahan Timbang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga mengalirkan air limbahnya ke sungai Pekacangan, air limbah hanya melewati bak pengendap tanpa pengolahan lebih lanjut seperti IPAL sehingga mencemari air sungai. Hasil pemeriksaan menunjukkan air limbah tapioka pada inlet bak pengendap kadar BOD 1.221 mg/L, debit 0,0075 m3/detik. Pada outlet bak pengendap kadar BOD 1.071 mg/L, debit 0,004 m3/detik. Hasil pemeriksaan kadar BOD badan air sungai Pekacangan sebelum tercampur air limbah tapioka 4,6 mg/L, sedangkan kadar BOD setelah tercampur air limbah tapioka 11 mg/L dengan debit sungai 34,8612 m3/detik.
Kesimpulan air limbah tapioka yang dihasilkan oleh Pabrik Aci 55 Wanakusumah Kelurahan Timbang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga yang dibuang ke sungai Pekacangan dengan kadar BOD yang melebihi kadar maksimal parameter BOD yang diatur dalam Peaturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah. Oleh karena itu diharapkan bagi pengelola industri tapioka dalam pembuangan limban cair harus dilakukan pengolahan air limbah terlebih dahulu dengan membuat IPAL supaya tidak terjadi pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air sungai.

Daftar bacaan  : 17 (1984 – 2016)
Kata kunci       : Pengolahan Air limbah, BOD, Kesehatan Lingkungan
Klasifikasi       :   -
Fulltext

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B MAKANAN JAJANAN DI SEKITAR LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018.

                                                                                            Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                             Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                  Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Eka Cahya Wiendariani (wiendariani04@gmail.com)
IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B MAKANAN JAJANAN DI SEKITAR LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018.
xiv + 52 halaman : tabel, gambar, lampiran

Makanan jajanan merupakan salah satu jajanan yang digemari anak-anak. Selain karena warnanya menarik, jajanan ini juga tersedia di sekitar lingkungan sekolah dasar negeri dalam warna dan bentuk yang beragam. Tujuan penelitian  untuk mengetahui ada tidaknya kandungan Rhodamin B pada makanan jajanan yang dijual di sekitar lingkungan sekolah dasar negeri Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
Metode penelitian Deskriptif dengan pendekatan verifikatif yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan pemeriksaan di Laboratorium menggunakan metode Asam Basa dan pemeriksaan organoleptik pada makanan jajanan serta pengetahuan pedagang mengenai Rhodamin B sebagai bahan tambahan makanan yang dilarang diperoleh dengan cara wawancara.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan seluruh sampel makanan jajanan negatif mengandung Rhodamin B. Pemeriksaan secara organoleptik dihasilkan 6 sampel berwarna merah mencolok. Pengetahuan pedagang menunjukkan 6 pedagang memiliki kriteria nilai kurang dari 50%.
Kesimpulan seluruh sampel makanan jajanan negatif mengandung Rhodamin B. Pemeriksaan secara organoleptik dihasilkan 6 sampel berwarna mencolok. Kuesioner tingkat pengetahuan pedagang makanan jajanan sebagian besar pedagang mendapat kriteria kurang dengan nilai 50%. Disarankan petugas Puskesmas setempat untuk meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan mutu makanan serta melakukan penyuluhan tentang zat pewarna berbahaya seperti Rhodamin B. Upaya yang dilakukan yaitu perlu dilakukan penyuluhan mengenai zat pewarna Rhodamin B pada pedagang makanan jajanan oleh pihak Puskesmas.

Daftar bacaan : 16 (1993 – 2017)
Kata kunci : Rhodamin B, Zat pewarna makanan
Klasifikasi : -
Fulltext

STUDI KANDUNGAN FLUORIDA PADA AIR PENAMPUNGAN AIR HUJAN DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANGREJA, KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Ayu Novinda Nurul Putri (ayunvd@gmail.com)
STUDI KANDUNGAN FLUORIDA PADA AIR PENAMPUNGAN AIR HUJAN DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANGREJA, KABUPATEN  PURBALINGGA TAHUN 2018
XV + 88 halaman: gambar, tabel, lampiran

Fluorida (F) dalam jumlah kecil (0,5 mg/L air) dibutuhkan sebagai pencegahan terhadap penyakit karies gigi yang paling efektif. Umumnya, air hujan tidak mengandung fluorida. Tujuan penelitian untuk mengetahui bahan bidang penangkap air hujan, unit pengolah air hujan, bahan bak penampung air hujan, kandungan fluorida air di penampungan air hujan, suhu, pH dan kekeruhan. Metode penelitian adalah deskriptif. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, pemeriksaan kualitas dan dokumentasi. Penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi. 
Hasil penelitian menunjukkan bahan bidang penangkap air hujan adalah seng galvalum, unit pengolah air hujan adalah saringan kain, bahan bak penampung air hujan adalah ferrosemen berlapis plastik polyethylene , jerican dan drum HDPE, dan tangki air polyethylene. Kandungan fluorida air hujan 0,0002 mg/l–0,0004 mg/l. Parameter suhu 20oC-21oC, pH 8,1–8,4 dan kekeruhan. Kuantitas air sudah memenuhi standar kebutuhan air bersih. 
Kesimpulan  komponen penampungan dan proses pengolahan air hujan belum memenuhi syarat. Kualitas fisik air (pH, suhu, kekeruhan) memenuhi syarat,terdapat kandungan fluo rida yang diduga berasal dari migrasi bahan bak penampungan. Saran penulis adalah perlu dilakukan proses fluoridasi dan penelitian lebih lanjut mengenai migrasi senyawa fluorida dari bahan bak penampungan air hujan.

Daftar bacaan   :   27 (1984–2017)
Kata kunci         :  Penampungan air hujan, fluorida
Klasifikasi          :
Fulltext

Rabu, 03 Oktober 2018

TINJAUAN KONDISI SANITASI SUMUR GALI DAN KUALITAS AIR BERSIH DI DESA KALIBAGOR KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

STUDI KADAR KROMIUM (Cr) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI ELEKTROPLATING KROM DI KELURAHAN KEMBARAN KULON KECAMATAN PURBALINGGA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018

ii
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Puwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
KTI, Mei 2018

Abstrak
Asung Sukoco(Asungsukoco03@gmail.com)
Studi Kualitas Air Bersih danSanitasi Sumur Gali di Kelurahan Karang Klesem Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas Tahun 2018
XVI + 58 halaman : tabel, gambar, lampiran
Sumur gali merupakan sarana untuk mendapatkan air tanah yang biasa dipakai sebagai sumber air bersih. Air bersih yang   didapatkan dari sumur gali harus memenuhi syarat. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah coliform pada air sumurgali,
dan mengetahui sanitasi sumur gali.
Metode penelitian  deskriptif, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisis tabel. Subjek penelitian air sumur gali beserta sumur galinya. Data diambil dengan metode observasi dan analisa laboratorium.
Hasil penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap Coliform pada air sumur gali menunjukan hasil 9–460 Coliform/100ml yaitu 10 sumur gali dan & gt;1000 Coliform/100ml yaitu 6 sumur gali. Serta kondisi sumur gali yang masih belum memenuhi syarat, diantaranya jarak sumber pencemar dengan sumur gali masih belum memenuhi syarat, diantaranya jarak sumber pencemar dengan sumur gali masih berada terdapat penutup sumur,dll. Hal ini akan berisiko terhadap kualitas air yang digunakan. Kesimpulan jumlah coliform dalam air sumur gali tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Diharapkan agar masyarakat memperhatikan konstruksi sumur gali dalam membangun sumur gali, jika sudah mempunyai sumur gali harus menjaga dan merawatnya agar tetap dalam kondisi baik dan bersih. Karena hal tersebut berpengaruh dalam air sumur gali dan bi sa menyebabkan penyakit. Untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut maka tindakan pencegahan dengan merawat dan menjaga kebersihan di sekitar sumur gali tesebut.

Daftar bacaan :   12 ( 1984-2017 )
Kata kunci         :    Coliform,SumurGali
Klasifikasi         :    -
Fulltext



UPAYA PT AKAEL SATRIA INDONESIA DALAM PENGENDALIAN TIKUS DI RUMAH MAKAN PRINGSEWU SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Tugas Akhir, Mei 2018

Abstrak
Rilma Samanta (rilmasamanta290@gmail.com)
UPAYA PT AKAEL SATRIA INDONESIA DALAM PENGENDALIAN TIKUS DI RUMAH MAKAN PRINGSEWU SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
XV+107 halaman: gambar, tabel, lampiran

Keberadaan tikus di rumah makan sudah tentu sangat mengganggu. Banyak penyakit yang dapat di tularkan melalui tikus, baik melalui urinnya, gigitannya atau bahkan lewat gigitan pinjal yang menempel di tubuhnya. Untuk menjamin kualitas makanan di rumah makan, maka perlu dilakukan beberapa upaya diantaranya upaya untuk mengendalikan tikus. Upaya pengendalian Tikus di Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh dilakukan oleh PT Akael. PT Akael merupakan perusahaan pest control yang menyediakan program pengendalian tikus di rumah makan. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan PT Akael Satria Indonesia dalam mengendalikan tikus di Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh. Jenis penelitian riptif yang bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan pengendalian tikus di Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh yang dilakukan oleh PT Akael. Cara pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. 
Hasil penelitian upaya pengendalian tikus yang dilakukan oleh PT Akaeldi Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh terdiri dari langkah awal, tata cara pelaksanaan, dan evaluasi pengenda lian tikus yang telah dilakukan. Hasil success trap selama 2 kali pengamatan sebesar 0% dan tidak ditemukan tikus yang hidup atau yang mati di rumah makan. Hal ini menandakan tujuan trapping tidak tercapai. Upaya PT Akael untuk mengendalikan tikus di Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh sudah berjalan secara rutin selama 4 bulan berturut-turut dan dipantau selama 2 minggu sekali sehingga didapatkan hasil bahwa sudah tidak ditemukan adanya tikus di Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 50 tahun 2017 , hal ini menandakan Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh telah memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Binatang Tikus dengan nilai baku mutu success trap. Kesimpulan; pengendalian tikus yang dilakukanoleh PT Akael sudah dapatmengurangi densitas tikus yang ada di Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh. Saran bagi PT Akael sebaiknya mengganti racun tikus dengan dosis yang lebih tinggi, jangan gunakansatu jenis racun secara terus menerus untuk jangka waktu yang lama, menaruh umpan pada perangkap lem agar keberhasilan penangkapan tikus tercapai dan mencegah keberadaan tikus menggunakan suara ultrasonik. Saran bagi rumah makan untuk terus meningkatkan upaya perbaikan sanitasi

Daftar bacaan   : 33(1995-2018)
Katakunci         : Pengendalian Tikus, Rumah Makan, Sumpiuh
Klasifikasi        : -
Fulltext

STUDI HYGIENE SANITASI JAJANAN SIAP SAJI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SIDARATA KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2018

                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                             Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                  Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018

Abstrak
Beni Erlangga Khaerulloh (benierlangga20@gmail.com)
STUDI HYGIENE SANITASI JAJANAN SIAP SAJI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SIDARATA KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2018
XVIII + 49 halaman: gambar, tabel, lampiran
Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah dasar usia 7-12 tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Jadi perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan alat strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM berkualitas. Tujuan penelitian memperoleh gambaran kebersihan jajanan siap saji di Sekolah Dasar Negeri 1 Sidarata.
Metode penelitian adalah deskriptif . Penelitian dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan checklist langsung terhadap penjual.
Hasil penelitian didapatkan dari enam penjual dengan kebersihan penjual personal hygiene di kategori cukup baik dengan skor 50%-70% dan perilaku penjual di kategorikan baik dan cukup baik dengan skor 80% dan 60%, kebersihan peralatan penyediaan jajanan siap saji didapatkan 100% dengan kategori baik, hasil penilaian kebersihan jajanan di kategorikan baik dan cukup baik dengan skor 80% dan 60% dan hasil penilaian tempat penyediaan jajanan dikategorikan cukup baik dengan skor 57% - 71% dan di kategorikan kurang baik didapatkan skor 43%.
Kesimpulan kebersihan penjual sudah cukup baik, kebersihan peralatan penyediaan jajanan siap saji sudah baik, kebersihan jajanan sudah cukup baik dari penilaian 6 penjual. Tahap yang perlu ditingkatan pada penjual yaitu memakai celemek, menutup rambut, memotong kuku, tidak merokok, cuci tangan dan tidak memakai perhiasan.
Daftar bacaan  :  15 bacaan ( 1989 - 2018 )
Kata Kunci      :  Hygiene Sanitasi Jajanan Siap Saji
Klafikasi          :  -

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA USAHA LAUNDRY DI KELURAHAN KARANGWANGKAL KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018
Abstrak
Mahardian Puspa Dewi(mahardianpuspa20@gmail.com)
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA USAHA LAUNDRY DI KELURAHAN KARANGWANGKAL KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
XV+72 halaman : gambar, tabel, lampiran
Kelurahan Karangwangkal Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas merupakan pemukiman padat rumah penduduk, sebagian saluran air kotor kurang baik dan terdapat sungai kecil yang dimanfaatkan warga untuk pembuangan limbah rumah tangga. Perkembangan industri laundry di Kelurahan Karangwangkal semakin pesat karena dukungan kondisi sosial dan pendidikan yang baik. Sebagian besar industri laundry yang ada di wilayah tersebut tidak memiliki sistem dan tenaga pengolah limbah sehingga beresiko terhadap pencemaran lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan limbah cair usaha laundry di Kelurahan Karangwangkal. 
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah usaha laundry yang diteliti yaitu 3 usaha. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara dan pemeriksaan laboratorium. 
Hasil penelitian semua responden usaha laundry tidak memiliki sarana pengolah limbah. Limbah cair yang dihasilkan dari responden usaha laundry tidak ada yang diolah. Pemeriksaan 3 sampel limbah cair menghasilkan suhu dan pH memenuhi syarat dan kadar BOD tidak memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 05 Tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Kesimpulan penelitian pengolahan limbah cair pada usaha laundry di Kelurahan Karangwangkal belum dilakukan dengan baik sehingga beresiko terhadap pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya pengusaha laundry mengolah dan membuang air limbah dengan kondisi sarana yang baik.

Daftar Bacaan   : 17 (1995-2014)
Kata Kunci         :  laundry, limbah cair
Klasifikasi          :            -
Fulltext



STUDI KUALITAS AIR BERSIH DAN KONDISI SANITASI SUMUR GALI DI ASRAMA TNI KOREM 071/WIJAYAKUSUMA BANCARKEMBAR KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Aldian Kemal Rabani (aldiankemal79@gmail.com)
STUDI KUALITAS AIR BERSIH DAN KONDISI SANITASI SUMUR GALI DI ASRAMA TNI KOREM 071/WIJAYAKUSUMA BANCARKEMBAR KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
LIX+39 halaman : lampiran, tabel, gambar

Sumur gali adalah satu sarana untuk mendapatkan air tanah yang bisa dipakai sebagai sumber air bersih. Air bersih yang didapatkan dari sumur gali harus memenuhi syarat serta sarananya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas air sumur gali secara fisika meliputi bau, rasa, warna kimia meliputi pH Mikrobiologi meliputi jumlah coliform pada air sumur gali dan mengetahui kondisi sanitasi sumur gali.  
Metode penelitian ini deskriptif, sedangkan dalam menganalisis menggunakan tabel. Subjek penelitian air sumur gali beserta sumur galinya data diambil dengan metode observasi dan analisa laboratorium.
Hasil Penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap Coliform pada air sumur gali menunjukkan hasil 93 Coliform/100ml yaitu 2 sumur gali, 460 Coliform/100ml 1 sumur gali dan >1000 Coliform/100ml yaitu 3 sumur. Hasil pH 6 yaitu 3 sumur dan hasil pH 7 yaitu 3 sumur gali. berbau berjumlah 2 sumur gali tidak berbau berjumlah 4 sumur gali, berasa berjumlah 2 sumur gali tidak berasa berjumlah 4 sumur gali dan berwarna berjumlah 3 sumur gali jernih berjumlah 3 sumur gali. Serta kondisi sumur gali yang masih belum memenuhi syarat, diantaranya jarak sumber pencemar dengan sumur gali masih berada genangan air disekitar sumur. Hal ini akan beresiko terhadap kualitas air yang digunakan. Kesimpulan jumlah Coliform dalam air sumur gali yang tidak sesuai dengan standar. Diharapkan agar memperhatikan konstruksi sumur gali dan merawatnya. Karena hal tersebut berpengaruh terhadap kandungan bakteri Coliform dalam air sumur gali dan bisa menyebabkan penyakit gastroenteritis. Untuk mencegah timbulnya penyakit tindakan pencegahan dengan desinfeksi menggunakan kaporit.

Daftar bacaan  :  17(1984-2018)
Kata Kunci       :  Kualitas air, Sanitasi, Sumur Gali
Klasifikasi        :    -
Fulltext

STUDI PEMERIKSAAN TELUR CACING PADA KUKU SISWA KELAS 1 SD NEGERI 1 KEBARONGAN KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

                                                                                           Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                             Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                            Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                 Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                  Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Medika Fatmawati (Medikafatma13@gmail.com)
STUDI PEMERIKSAAN TELUR CACING PADA KUKU SISWA KELAS 1 SD NEGERI 1 KEBARONGAN KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
XV + 56 halaman : gambar, tabel lampiran

Kecacingan adalah suatu bentuk infeksi oleh cacing yang ditularkan melalui perantara tanah ke manusia. Infeksi cacing dewasa menyebabkan gangguan pencernaan, pendarahan, anemia, kurang gizi dan iritasi usus. Sedangkan bentuk larvanya dapat menyebabkan reaksi alergi dan kelainan jaringan di tempat hidupnya. Kondisi kronis akibat kecacingan dapat menurunkan daya tahan tubuh, penurunan kemampuan belajar anak. Personal hygiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya. Salah satunya indikator dari personal hygiene adalah perawatan kaki, tangan dan kuku. Tujuan penelitian untuk mengetahui keberadaan telur cacing dan jenis telur cacing pada kuku serta mendeskripsikan personal hygiene siswa kelas I SD Negeri 1 Kebarongan.
Jenis penelitian  Deskriptif dimaksudkan untuk mendiskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat aktual. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 1 Kebarongan. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan responden. 
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada kuku pada 10 siswa kelas I SD Negeri 1 Kebarongan adalah 4 siswa memiliki hasil yang positif. Hal ini menandakan bahwa pada kuku siswa tersebut masih kotor. Sedangkan pada indikator personal hygiene yaitu siswa masuk kategori baik, siswa masuk kategori cukup baik dan siswa masuk kategori kurang baik. Personal hygiene siswa kelas I SD Negeri 1 Kebarongan kurang baik, dan dari hasil observasi masih ada siswa yang memiliki kuku panjang dan kotor sehingga perlu diberikan pengetahuan tentang personal hygiene seperti membersihkan kuku setiap hari, tidak membiasakan memelihara kuku panjang, memcuci tangan dengan air yang mengalir dan membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar.
Daftar bacaan : 19 (1998 – 2012 )
Kata kunci      : Kecacingan, Siswa SD, Personal Hygiene
Klasifikasi      : -
Fulltext

DESKRIPSI KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN VARIABEL EPIDEMIOLOGI DI WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH TAHUN 2015-2017

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2017 

Abstrak
Dian Sefriana Wulandari (diansefriana25090@gmail.com)
DESKRIPSI KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN VARIABEL EPIDEMIOLOGI DI WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH TAHUN 2015-2017 
xvi + 55 halaman : gambar, tabel, lampiran

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes sp. Data dari Dinas Kesehatan Purbalingga wilayah Puskesmas Kalimanah merupakan wilayah dengan kasus tertinggi di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2017 sebanyak 23 kasus. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue berdasarkan waktu penyebaran, tempat penyebaran, penderita. 
Jenis Penelitian Deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelusuran data dan wawancara. Data disajikan dalam bentuk narasi terstruktur, grafik, dan tabel. Analisis data dilakukan dengan cara analisis tabel dan grafik. 
Hasil penelitian bahwa kasus DBD di Wilayah Puskesmas Kalimanah pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 tertinggi pada bulan Januari sebanyak 17 kasus. Tempat penyebaran tertinggi adalah Desa Babakan dengan jumlah kasus sebanyak 22 kasus. Berdasarkan penderita yang meliputi umur dan jenis kelamin yaitu untuk umur tertinggi pada usia 26 tahun sampai dengan 45 tahun dengan jumlah 31 kasus, jenis kelamin penderita terbanyak pada penderita DBD adalah laki-laki dengan jumlah 47 kasus. Kesimpulan penelitian adalah adalah kasus tertinggi pada bulan Januari di Desa Babakan, penderita paling banyak pada umur 26-45 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Saran yang diberikan adalah memperbaiki perilaku, meningkatkan kewapadaan setiap bulan untuk mengurangi kasus dengan cara PSN, melakukan kegiatan 3M plus. Masyarakat segera melaporkan ke pelayanan kesehatan terdekat apabila terjadi tanda dan gejala penyakit DBD agar dapat ditindak lanjuti oleh intansi yang berwenang. 

Daftar Bacaan :  19 (2006-2017) 
Kata Kunci      :  Demam Berdarah Dengue, Kesehatan Lingkungan 
Klasifikasi       : -

STUDI ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PENDERITA PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADAMARA DI KECAMATAN PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018

                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                             Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                 Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Mayliani Istiqomah (maylianiistiqomah22@gmail.com)
STUDI ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PENDERITA PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADAMARA DI KECAMATAN PADAMARA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018
XVI+ halaman: gambar, tabel, lampiran

Penyakit diare disebabkan oleh 3 agen yaitu virus, bakteri dan parasit. Ketiga agen tersebut merupakan salah satu faktor penyebab penyakit diare, karena aspek kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Data dari puskesmas di Kecamatan Padamara pada tahun 2017 sebesar 1.257 penduduk dengan jumlah penderita diare umur 1-4 tahun sebanyak 236 penderita dan umur 20-44 tahun sebanyak 198 penderita. Tujuan penelitian mengetahui keadaan sarana air bersih, sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah, mengetahui higiene sanitasi makanan dan minuman, higiene perorangan dan hasil pemeriksaan kualitas bakteriologis sumber air bersih, pada penderita diare di Wilayah Kerja Puskesmas Padamara Kecamatan Padamara Tahun 2018.
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan membandingkan dengan teori yang ada. Cara pengumpulan data adalah wawancara, observasi lapangan, dokumentasi, dan pemeriksaan kualitas bakteriologis pada air bersih. Analisis data adalah menggunakan analisis tabel.
Hasil penelitian penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Padamara di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga dapat diketahui bahwa pada sarana sumur gali, perpipaan, jamban leher angsa, sarana pembuangan air limbah memenuhi syarat kesehatan. Sarana perlindungan mata air PMA 100% tidak memenuhi syarat pada aspek konstruksi bangunan, dan kualitas bakteriologis yang terdapat bakteri patogen E.coli : >240 dan Koli Tinja : 12. Hal ini tidak memenuhi syarat secara bakteriologis. Pada jamban empang 100% tidak memenuhi syarat sarana konstruksi dan pembuanganya. Sarana pembuangan sampah 59% tidak memenuhi syarat disebabkan sampah berserakan, tidak ada pemisahan sampah organik dan anorganik. Higiene sanitasi makanan dan minuman 29% tidak memenuhi syarat disebabkan tidak tersedia tempat cuci tangan khusus. Higiene perorangan 90% tidak memenuhi syarat disebabkan tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun antiseptik saat sebelum dan sesudah aktivitas keseharian.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah keadaan aspek kesehatan lingkungan terkait diare yang tidak memenuhi syarat antara lain higiene perorangan, pengelolaan sampah, sarana pembuangan tinja dan sarana air bersih. Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya upaya dari masyarakat untuk melakukan perbaikan terhadap sarana sanitasi rumah penderita diare, meningkatkan kebersihan, kebiasaan hidup bersih dan sehat.
Daftar bacaan  :  12  (2010 – 2017)
Kata kunci      :   Diare, Kesehatan Lingkungan
Klasifikasi      :

DETEKSI RHODAMIN B PADA JAJANAN MIE LIDI DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN GRENDENG KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

                                                                                              Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                              Jurusan Kesehatan Lingkungan Puwokerto
                                                                                 Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                  Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
 Dini Viviana Rosi (dhinivivi@gmail.com)
DETEKSI RHODAMIN B PADA JAJANAN MIE LIDI DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN GRENDENG KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
xv + 56 Halaman : tabel, gambar, lampiran

Makanan yang memenuhi standar kesehatan, yakni makanan yang bebas dari zat-zat berbahaya seperti pewarna sistesis, pengawetan, serta pemanis buatan yang dilarang. Mie lidi merupakan salah satu jenis makanan jajanan biasanya dijual dengan rasa yang menarik, mudah didapat dan harganya relatif murah sehingga digemari oleh anak-anak. Hal ini sering dimanfaatkan pedagang untuk mendapatkan keuntungan yang besar dikarenakan zat pewarna sistesis harganya lebih murah dan warna makanan terlihat lebih menarik. Tujuan penelitian untuk mengetahui ciri fisik mie lidi, deteksi Rhodamin B pada mie lidi yang dijual di SD Negeri Kelurahan Grendeng.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Sampel yang diteliti mie lidi sebanyak 3 sampel. Responden pada penelitian ini yaitu pedagang mie lidi di SD Negeri Kelurahan Grendeng Purwokerto Utara sebanyak 3 responden. Deteksi Rhodamin B pada mie lidi menggunakan metode Test kit di Laboratorium Kesehatan Banyumas.
Hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh 3 orang panelis mahasiswa bahwa ke tiga sampel terindikasi menggunakan Rhodamin B dengan ciri fisik ke tiga sampel mie lidi yang berwarna merah mencolok dengan rasa balado. Hasil deteksi Rhodamin B pada mie lidi di SD Negeri Grendeng didapat hasil negatif Rhodamin B. Hasil tingkat pengetahuan responden tentang bahaya Rhodamin B pada jajanan mie lidi adalah responden pedagang 1 30%, responden pedagang 2 26%, dan responden pedagang 3 43%.
Kesimpulan tidak terdapat kandungan Rhodamin B pada mie lidi yang dijual di SD Negeri Kelurahan Grendeng, Kabupaten Banyumas. Saran yang peneliti rekomendasikan adalah konsumen sebaiknya mencermati setiap produk yang akan dibeli dengan cara membaca jenis dan jumlah pewarna yang digunakan dalam produk tersebut, pastikan label tercantum izin dari BPOM dan konsumen dalam membeli makanan dan minuman pilih makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok agar terhindar dari bahan pewarna berbahaya pada makanan dan minuman.
Daftar bacaan : 17 ( 1994 - 2018 )
Kata kunci      : Rhodamin B, Mie lidi
Klasifikasi      :

TINJAUAN KEBERADAAN FORMALIN PADA IKAN TONGKOL DI PASAR SEGAMAS KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018

                                                                                           Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                             Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                            Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                             Program Studi Diploma DIII Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                 Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Resi Okta Fia Rohyani (resioktafiarohyani.xiak3@gmail.com)
TINJAUAN KEBERADAAN FORMALIN PADA IKAN TONGKOL DI PASAR SEGAMAS KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2018
XVI + 46 halaman : tabel, gambar, lampiran

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan, formalin adalah salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dan bukan untuk bahan tambahan pangan. Formalin merupakan larutan formaldehida dalam air dengan kadar 36-40%. Fungsi formalin yang sebenarnya adalah sebagai antiseptik, desinfektan, antihidrolik, mengawetkan mayat serta bahan biologi dan patologi lain. Formalin yang digunakan untuk mengawetkan ikan tongkol dapat membahayakan kesehatan manusia. Tujuan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya formalin pada ikan tongkol di Pasar Segamas Kabupaten Purbalingga.
Metode penelitian ini deskriptif dengan menggambarkan ada tidaknya formalin pada ikan tongkol di Pasar Segamas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, mengamati, dan memeriksa sampel ikan tongkol di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Purbalingga.
Hasil pemeriksaan formalin pada ikan tongkol di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Purbalingga menunjukan bahwa dari 3 sampel ikan tongkol di Pasar Segamas positif 1 menggunakan formalin. Ciri-ciri fisik ikan tongkol yang mengindikasikan menggunakan formalin pada ikan tongkol, dari kriteria bau tidak amis, warna putih bersih, tekstur kaku/kenyal dan tidak ada rasa. Dan tingkat pengetahuan pedagang ikan tongkol di Pasar Segamas Kabupaten Purbalingga sudah cukup baik dan ada yang kurang baik.
Kesimpulan menunjukan 1 sampel ikan tongkol yang diperiksa positif menggunakan formalin. Saran agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih makanan, tidak hanya melihat dari penampilan makanan yang menarik saja. Para pedagang ikan tongkol sebaiknya mengawetkan ikan tongkol dengan cara yang alami agar tidak membahayakan konsumen. Saran kerjasama dengan Dinas Kesehatan kabupaten Purbalingga untuk meningkatkan pemeriksaan dan penyuluhan rutin tentang bahan tambahan pangan yang aman serta bahan yang dilarang untuk tambahan makanan.
Daftar Bacaan : 16 ( 1994- 2012 )
Kata Kunci     : Formalin pada ikan tongkol
Klasifikasi      :  KLASIFIKASI

DESKRIPSI JUMLAH Escherichia coli PADA DEPOT AIR MINUM TIDAK BERIJIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

                                                                                             Health Polytechnic Kemenkes of Semarang
                                                                                     Departement Health of Environment Purwokerto
                                                                            Program Study Diploma of III Health of Environment
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018

Abstrak
Amelia Yunita (amelia.bonita.4@gmail.com)
DESKRIPSI JUMLAH Escherichia coli PADA DEPOT AIR MINUM TIDAK BERIJIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018
XVI + 89 halaman: gambar, tabel, lampiran

Setiap produsen pada Depot Air Minum (DAM) wajib untuk menjamin air minum yang diproduksi aman bagi kesehatan. Untuk menjaga kualitas air minum agar aman dikonsumsi oleh masyarakat harus terjamin hygiene sanitasinya, yang meliputi tenaga kerja atau pengelola DAM yang sehat dan berperilaku bersih dan sehat, air baku berasal dari sumber air yang bersih, kualitas air minum yang sehat dan aman
Jenis penelitian deskriptif untuk memeriksa kualitas air minum dan mendiskripsikan tentang hygiene sanitasi pengelolaan air minum pada DAM di wilayah kerja Puskesmas 1 Tambak Kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian menunjukkan kualitas mikrobiologi air minum pada DAM di wilayah kerja Puskesmas 1 Tambak sebanyak 40% tidak terkontaminasi oleh bacteri E.coli dan 60% yang terkontaminasi oleh bakteri E.coli, kualitas fisik air minum pada DAM di wilayah kerja Puskesmas 1 Tambak telah memenuhi syarat secara fisik yaitu tidak berwarna tidak berbau dan tidak berasa, sumber air yang digunakan pada DAM di wilayah kerja Puskesmas 1 Tambak berasal dari sumur bor, sumur gali dan pamsimas, cara pengolahan air di DAM di wilayah kerja Puskesmas 1 Tambak menggunakan UV ada 60% dan menggunakan UV dan RO 40%, kondisi sanitasi DAM di wilayah kerja Puskesmas 1 Tambak 100% dengan kategori tidak memenuhi syarat.
Disarankan Pemilik DAM memeriksakan sampel air minum isi ulang secara rutin setiap 1 bulan sekali, pemilik DAM harus memperhatikan hygiene sanitasi DAM, mengajukan permohonan izin usaha sesuai dengan ketentuan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola DAM yang terlibat langsung perlu untuk memeriksakan kesehatan secara berkala, DKK Banyumas perlu meningkatkan penyuluhan hygiene sanitasi kepada masing-masing DAM sehingga produk air minum isi ulang terjamin kualitasnya dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan DAM secara rutin.

Daftar bacaan : 42 (1981-2015)
Kata kunci      : Escherichia coli, Depot Air Minum
Klasifikasi      : -
Fulltext