Jumat, 12 Februari 2016

STUDI KOMPARASI EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) PADA MOTOR MATIC DAN NON MATIC 4 TAK TAHUN PRODUKSI 2007

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2008


Abstrak 
Ike Retna Ardianingsih 
STUDI KOMPARASI EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) PADA MOTOR MATIC DAN NON MATIC 4 TAK TAHUN PRODUKSI 2007 DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2008 
XIV+44 halaman : gambar, lampiran.  

Karbon Monoksida (CO) adalah gas tidak berwarna dan tidak berbau, sedikit larut dalam air dan larut dalam etanol dan benzene. Gas ini mudah terbakar dan sangat beracun. Gas ini dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna terhadap karbon dan ada dalam gas buang kendaraan. Mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat gas CO, maka usaha pengendalian Gas CO terutama dari sumbernya, misalnya emisi dari kendaraan bermotor sangat perlu dilakukan.  
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk menganalisis perbedaan emisi CO antara motor matic dan motor non matic 4 tak tahun produksi 2007.  
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menggunakan uji t-test (postpost) dengan software SPSS 13,0 diketahui bahwa emisi CO yang dikeluarkan dari knalpot motor matic adalah 0,15 % dan motor non matic  4 tak adalah 2,37 % Hasil pengukuran memiliki nilai signifikasi  ,000. Nilai tersebut < α (0,05) menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam hal CO. 
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa motor matic memiliki emisi CO yang lebih rendah, dibandingkan motor non matic 4 tak. Desain mesin seperti pada motor matic perlu lebih ditingkatkan lagi, agar emisi Karbon Monoksida (CO) yang dikeluarkan dari kendaraan dapat diminimalisir sehingga pencemaran udara akibat Karbon Monoksida (CO) dapat dikendalikan. 
  
Daftar bacaan : 10 (1991-2008) 
Kata kunci      : Karbon monoksida (CO), motor matic dan motor non matic 4 tak 
Klasifikasi      : - 

STUDI KOMPARASI JUMLAH TELUR NYAMUK Aedes aegypti PADA OVITRAP YANG DIPASANG DI RUANG PERAWATAN LANTAI ATAS DENGAN LANTAI BAWAH RSUD PROF. Dr. MARGONO

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah,Juli 2009 


Abstrak  
Fajar Dwi Setyawati  
STUDI KOMPARASI JUMLAH TELUR NYAMUK Aedes aegypti PADA OVITRAP YANG DIPASANG DI RUANG PERAWATAN LANTAI ATAS DENGAN LANTAI BAWAH RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2009. 
xviii + 46 halaman, gambar, tabel, lampiran  

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penular penyakit Demam Berdarah Dengue. Ovitrap merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur populasi nyamuk dewasa di suatu wilayah. Menurut Depkes RI (1992) tempat meletakkan telur Aedes aegypti adalah pada dinding tempayan, drum, dan kontainer lain yang berisi air bersih dan tidak langsung berhubungan dengan tanah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah telur nyamuk Aedes aegypti yang ada di ovitrap yang dipasang pada ruang perawatan lantai atas dengan lantai bawah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jenis penelitian adalah pra eksperimental dengan design the static group comparation untuk mengetahui perbedaan yang bermakna jumlah telur nyamuk Aedes aegypti pada lantai atas dan lantai bawah.  
Hasil perhitungan telur nyamuk Aedes aegypti selama 7 hari penelitian pada ruang perawatan lantai atas sebanyak 43 butir dan ruang perawatan lantai bawah 110 butir.  
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa nilai signifikan (0,313) lebih dari nilai α (0,05) sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat perbedaan bermakna jumlah telur nyamuk Aedes aegypti pada ovitrap yang dipasang di ruang perawatan lantai atas dengan lantai bawah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.  
Peneliti menyimpulkan bahwa pada ruang perawatan lantai bawah ditemukan nyamuk lebih banyak daripada lantai atas tetapi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah telur nyamuk Aedes aegypti lantai atas dan bawah, walaupun demikian frekuensi pengurasan bak mandi perlu ditambah, misal yang tadinya seminggu sekali menjadi seminggu dua kali, jangan menggantung pakaian yang sudah dipakai, dan membersihkan gordyn secara rutin. 
  
Daftar bacaan  : 16 (1985  2009) 
Kata kunci       : Jumlah telur nyamuk Aedes aegypti  ruang perawatan 

Kamis, 11 Februari 2016

STUDI KANDUNGAN DEBU BATUBARA PLTU PADA BEBERAPA TITIK DI DESA KARANGKANDRI KEC.KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP

Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009


ABSTRAK  
Intan Ulung Winangsit 
STUDI KANDUNGAN  DEBU BATUBARA PLTU PADA BEBERAPA TITIK DI DESA KARANGKANDRI KEC.KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP  TAHUN 2009 
XV + 63 halaman : gambar, tabel dan lampiran 

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di bangun di desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. PLTU ini mempunyai dua unit turbin pembangkit listrik berkapasitas 2 x 300 MW membutuhkan pasokan batubara sebanyak 6.000 ton perhari. Debu dari hasil sisa pembakaran batubara ini mencemari lingkungan di sekitar PLTU yang dapat membahayakan kesehatan baik lingkungan ataupun masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar debu terendap pada jarak 200 m, 400 m, 600 m, 800 m dan 1.000 m. Serta untuk mengetahui hubungan jarak dengan kadar debu terendap batubara di udara.  
Jenis penelitian analisis inferensial, penelitian yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kadar debu terendap yaitu dengan menggunakan metode observasional yang bermaksud untuk mengetahui dan memperoleh data tentang tingkat kadar debu terendap di Desa Karang Kandri Cilacap. Penelitian ini dilakukan di lapangan. 
Penelitian ini menunjukan bahwa kandungan debu terendap pada setiap lokasi titik pengukuran masih di bawah standar PP No 41 tahun 1999 tentang baku mutu udara ambien di udara khususnya PM10 yaitu sebesar 150 g/Nm. Pengukuran pada setiap titik adalah sebagai berikut 7 g/m3 (jarak 200 m), 0 g/m3 (jarak 400 m) g/m3, 19 g/m3 (jarak 600 m), 0 g/m3 (jarak 800 m), 2 g/m3 (jarak 1.000 m). Dengan perbandingan tersebut maka hasil dari penelitian ini masih bagus, tingkat kandungan debu batubara masih di bawah nilai standar baku mutu udara ambien. Setelah dilakukan analisa  dengan dengan korelasi moment product persen, dipeolrh hasil r -0,195 (p = 0,751) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak pengukuran dengan banyaknya jumlah debu terendap. 

Daftar bacaan : 14 ( 1982  2009)  
Kata kunci      : Kadar debu 
Klasifikasi      : -  

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM LALAPAN DAUN SINGKONG PADA RUMAH MAKAN PADANG

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011 


Abstrak  
Waning Natalia (waningnatalia@yahoo.com) 
STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM LALAPAN DAUN SINGKONG PADA RUMAH MAKAN PADANG DI KECAMATAN PURWOKERTO UTARA TAHUN 2011 
xvii+49 halaman : gambar, tabel, lampiran  

Masalah makanan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus dalam penyelenggaraan upaya – upaya kesehatan secara keseluruhan. Makanan yang dikonsumsi harus bebas dari zat kimia khususnya bahan pengawet  seperti boraks yang dapat membahayakan kesehatan. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan masih belum sepenuhnya memenuhi peraturan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1168/MENKES/PER/X/1999 tentang salah satu bahan makanan tambahan yang dilarang penggunaannya dalam makanan. Lalapan daun singkong merupakan ciri khas dari masakan Padang yang dihidangkan dalam bentuk siap dikonsumsi dan disinyalir dalam proses merebusnya menggunakan boraks karena warna daun singkong terlihat hijau dan menarik. Penggunaan boraks dalam proses perebusan daun singkong bertujuan agar daun singkong kelihatan hijau, cepat lunak dan tidak cepat basi.  Pemeriksaan boraks dengan menggunakan metode nyala api.  Penelitian ini termasuk penelitian Observasional dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk menggambarkan ada tidaknya kandungan boraks pada lalapan daun singkong yang dijual pada rumah makan Padang di Kecamatan Purwokerto Utara sebanyak 22 rumah makan Padang. 
Hasil pemeriksaan kandungan boraks pada lalapan daun singkong yang dijual pada Rumah Makan Padang di Kecamatan Purwokerto Utara menunjukkan bahwa dari 22 sampel lalapan daun singkong ditemukan 7 sampel (31,82%) mengandung boraks dan 15 sampel (68.18%) sampel tidak mengandung boraks atau negatif.  Kesimpulan penelitian adalah lalapan daun singkong pada Rumah Makan Padang di Kecamatan Purwokerto Utara belum aman untuk dikonsumsi karena mengandung boraks. Disarankan kepada masyarakat dan pemproduksi lalapan daun singkong hendaknya tidak menggunakan boraks sebagai bahan pengawet, jika ingin menggunakan pengawet hendaknya memakai yang diijinkan pemerintah seperti garam dan soda kue.  

Daftar bacaan  : 17 (1988 – 2010) 
Kata kunci       : boraks 
Klasifikasi       : − 

Studi Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT Pertamina Persero Refinery Unit VI Balongan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kepenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011 


ABSTRAK 
Rezky Aditya Perdana 
Studi Tentang  Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT Pertamina Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2011TAHUN 2011 
XVI + 73 : Gambar, Lampiran, Tabel, Grafik  

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menghilangkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui lebih jauh penerapan Keselamatabn dan kesehatan kerja di PT Pertamina Persero Refinery Unit VI  Balongan. 
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan hanya untuk menggambarkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja di PT. Pertamina (Persero). Cara pengumpulan datanya yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner dan checklist.  
Hasil penelitian adalah tugas utama dari bidang safety ialah mencegah dan meminimalisasi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi. Kesehatan dan keselamatan pekerja sangat diutamakan di PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Kecelakaan kerja masih mungkin terjadi karena pekerja kurang pengetahuan dasar, kurang keterampilan, atau bahkan ada yang sengaja untuk tidak melaksanakan instruksi yang dianggap tidak penting. Penyakit akibat kerja dapat timbul dari bahaya fisik, kimia dan biologi. Alat pelindung diri sudah lengkap, tetapi masih ada alat pelindung diri yang rusak sehingga dapat membahayakan pekerja bila dipakai.  Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Pertamina (Persero) termasuk dalam kategori cukup baik. Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat dicegah dengan mengadakan penyelidikan kejadian monitoring, medical checkup, olah raga dan penanggulangan keadaan darurat. Disarankan kepada perusahaan untuk menyediakan alat pelindung diri dalam jumlah yang mencukupi untuk para tamu dan mengganti alat pelindung diri yang rusak dengan yang baru   

Daftar bacaan : 11 (1986-2005)  
Kata Kunci     : Keselamatan dan Kesehatan Kerja 
Klasifikasi      : - 

RISIKO FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN KUSTA DI KABUPATEN BANYUMMAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011  


Abstrak  
Septiani Lestari Email: Pepyta15@gmail.com 
RISIKO FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN KUSTA DI KABUPATEN BANYUMMAS TAHUN 2011 
xiv+ 87 halaman: gambar, tabel, lampiran  

Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, penyebabnya ialah Mycobacterium leprae. Saraf  sebagai afinitas utama lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Diyakini banyak faktor yang memungkinkan berpengaruh terhadap kejadian Kusta diantaranya faktor kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, Kabupaten Banyumas termasuk Kabupaten yang terdapat penderita Kusta pada tahun 2011 sebanyak 23 orang yang belum dinyatakan sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko faktor lingkungan fisik rumah terhadap kejadian kusta di Kabupaten Banyumas pada tahun 2011.  Metode penelitian yang digunakan adalah analitik casse control yaitu menganalisis risiko antara yang sakit kusta dengan yang sehat. Pengolahan data dilakukan dengan editing, coding, tabulating dan entri data . Analisis dilakukan dengan SPSS. 16.0 menggunakan tabel 2x2, CI 95% dan p=0,05 serta dihitung besarnya kekuatan hubungan. 
Hasil penelitian menggunakan uji statistik X² (Chi-Square) progam SPSS 16.0 analisis bivariat ventilasi p 0,018 kurang dari 0,05 CI (1,2 – 14,7) , OR=4,2 , ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian kusta, intensitas cahaya p 0,003 kurang dari 0,05 CI (1,7 - 23,4), OR=6,4 ada hubungan antara intensitas cahaya dengan kejadian kusta, kelembaban p 0,006 kurang dari 0,05 CI (1,5-  23,9), OR=6,1 ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian kusta, suhu p 0,026 kurang dari 0,05 CI (1,1 - 16,8 ), OR=4,3 ada hubungan antara suhu dengan kejadian kusta, kepadatan hunian p 0,074 lebih dari 0,05 CI (0,8 - 9,9), OR=2,9 tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta.  
Kesimpulannya beberapa faktor lingkungan fisik rumah di Kabupaten Banyumas meliputi ventilasi, intensitas cahaya, kelembaban, suhu, kepadatan hunian merupakan faktor risiko terjadinya kusta dengan kategori ventilasi, intensitas cahaya, kelembaban, suhu ada hubungan yang kuat dengan kejadian kusta kepadatan hunian tidak ada hubungan yang kuat dengan kejadian kusta namun tetap beresiko. Saran berdasarkan hasil penelitian masyarakat hendaknya memperbaiki kondisi lingkungan fisik rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan, agar sesuai dengan persyaratan rumah sehat. 

Daftar bacaan : 16 (1985-2009) 
Kata Kunci     : Kusta, Rumah 
Klasifikasi      : 

Rabu, 10 Februari 2016

STUDI PENERAPAN PRINSIP ERGONOMI PADA KURSI PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA JALUR PURWOKERTO-BATURRADEN DI TERMINAL PURWOKERTO

Depkes Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2008


Abstrak  
Vidya Tri Septiandari 
STUDI PENERAPAN PRINSIP ERGONOMI  PADA KURSI PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA JALUR PURWOKERTO-BATURRADEN DI TERMINAL PURWOKERTO TAHUN 2008  
xv + 39 halaman : gambar, tabel, lampiran.  

Ergonomi merupakan ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap tenaga kerja atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal mungkin, salah satu indikator ergonomi atau tidaknya suatu pekerjaan adalah kursi yang sesuai dengan ukuran tubuh pekerja yang menggunakannya, sehingga tidak menimbulkan kelelahan dan keluhan fisik bagi pekerja yang menggunakannya. 
Jenis metode penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah responden 10 orang pengemudi. Data diperoleh dengan cara observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner serta pengukuran terhadap kursi dan anthopometri pengemudi khususnya pengemudi angkutan kota jalur Purwokerto-Baturraden. 
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan beberapa bagian kursi pengemudi angkutan kota sudah sesuai dengan anthropometri pengemudi yang menggunakannya. Untuk bagian lebar alas duduk dengan rata-rata 46,4 cm masih harus disesuaikan karena terlalu lebar bagi anthropometri penggunanya, sedangkan untuk sikap kerja pengemudi diketahui timbulnya sikap duduk yang kurang benar diakibatkan oleh ukuran bagian kursi yang kurang sesuai dengan anthropometri pengemudi yang menggunakannya sehingga dapat menurunkan produktifitas kerja, salah satunya rata-rata tinggi kursi 51,3 cm yang sebaiknya ukuran yang diusulkan 40-48 cm. Untuk jenis keluhan pengemudi angkutan kota jalur Purwokerto-Baturraden yang paling dominan adalah keluhan pada kaki berjumlah 9 orang, pada pinggang 8 orang serta pada lengan 7 orang, tetapi ada juga yang merasa keluhan pada leher dan punggung. Agar tidak timbul keluhan pada bagian tubuh pengemudi pada saat bekerja, kursi pengemudi harus benarbenar disesuaikan dengan anthropometri penggunanya.  

Daftar bacaan :  12 (1987-2006) 
Kata kunci      : Ergonomi, kursi pengemudi angkutan kota 
Klasifikasi      : -  

STUDI PERBANDINGAN VOLUME PRODUKSI BIOGAS DARI BERBAGAI JENIS KOTORAN DI DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURRADEN

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, 19 Juli 2007

Abstrak  
P. Chandra Adi P. 
STUDI PERBANDINGAN VOLUME PRODUKSI BIOGAS DARI  BERBAGAI JENIS KOTORAN DI DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2007 
xii + 35 halaman : tabel, lampiran  

Derajat kesehatan dipengaruhi juga oleh tingkat ekonomi, salah satunya dengan pengadaan bahan bakar. Dengan ketidakmampuan masyarakat mengadakan bahan bakar dapat menurunkan derajat kesehatan. Salah satu sumber energi yang ada adalah pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan pengganti bahan bakar dengan dijadikan biogas. Hal ini juga dapat meminimalisir terjadinya sarang serangga sebagai tempat breeding place vektor penyakit. 
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan ke 3 jenis kotoran (sapi, ayam dan babi) dalam menghasilkan biogas. Metode penelitian adalah pra eksperimen desain Statistik Group Comparation dengan analisis one way yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian eksperimen dengan satu jalur, dan juga untuk menguji hipotesis tidak ada perbedaan jumlah biogas yang dihasilkan dari masing-masing jenis kotoran (sapi, ayam dan babi) dengan tekanan 1 Kg/cm
dan diameter nozzle 0,5 mm. 
Hasil penelitian menunjukan hasil yang signifikan antara ke 3 jenis kotoran  dengan nilai beda antara kotoran sapi – ayam > , nilai beda sapi – babi >  dan nilai ayam – babi > . Hal ini membuktikan bahwa Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan jumlah biogas yang dihasilkan dari masing – masing jenis kotoran tapi menunjukan adanya perbedaan lamanya nyala api dan volume pada masing – masing kotoran. Sehingga perlu dilakukan Uji LSD ( Least Significant Difference ) untuk mengetahui perbedaan yang bermakna dari ke 3 jenis kotoran tersebut (sapi, ayam dan babi).dari uji LSD di dapat hasil lamanya nyala api kotoran sapi 190,5 detik dengan volume gas1962,5 cm3, kotoran ayam dengan lamanya nyala api 129 detik dengan volume 981,25 cm3 dan kotoran babi dengan lamanya nyala api 135 detik dengan volume 981,25 cm3. 
Kesimpulan dan saran dari ke 3 jenis kotoran (sapi, ayam dan babi) bahan kotoran yang paling baik untuk pembuatan biogas sesuai dengan penelitian ini adalah kotoran sapi dengan lamanya nyala api 190,5 detik dengan volume gas 1962,5 cm3. Kepada masyarakat terutama peternak sapi lebih baik digunakan sebagai bahan pembuatan biogas.  

Daftar bacaan  : 13 (1983-2004) 
Kata kunci       : biogas 
Klasifikasi       : - 

EFISIENSI MODEL PENGOLAHAN ANAEROBIK DIGESTER DALAM MENURUNKAN BOD LIMBAH CAIR TAHU

Departemen Kesehatan Republik  Indonesia  
Politeknik Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto  
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2007 


Abstrak 
Herlina Puji Prasetya  
EFISIENSI MODEL PENGOLAHAN ANAEROBIK DIGESTER DALAM MENURUNKAN BOD LIMBAH CAIR TAHU DI DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2007 
X + 46 halaman : 3 gambar, 6 tabel, 9 lampiran   

Pengrajin tahu merupakan industri kecil bersekala rumah tangga yang menghasilkan tahu dan dalam proses pembuatanya menghasilkan limbah cair. Untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya pencemaran akibat air limbah tahu maka perlu dilakukan alternatif pengolahan dengan pengolahan anaerobik digester untuk menurunkan kadar BOD limbah cair industri tahu.di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi model pengolahan anaerobik digester dalam menurnkan BOD limbah cair tahu Desa Kalisari Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Dilakukan dengan metode pra eksperimen, data data dikumpulkan dengan cara dengan cara observasi, wawancara dan pengukuran populasi yang diambil adalah seluruh limbah cair industri tahu milik Bapak Siswo Rt 5 Rw 2, Desa Kalisari Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Sampel yang diambil adalah sebagian limbah cair industri tahu milik Bapak Siswo.  Sebanyak 3 sampel dilakukan pengolahan anaerobik digester selama 12 hari untuk masing – masing sampel didapatkan rata – rata penurunan BOD sebesar 37,87%. 
Hasil perhitungan uji t – test Ho ditolak pada α 5 % berarti ada penurunan antara sebelum pengolahan anaerobik digester dan setelah pengolahan anaerobik digester.  Penulis menyarankan agar model pengolahan anaerobik digester dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi BOD limbah cair tahu, namun efisiensinya yang masih rendah perlu diteliti lebih lanjut dengan cara mengkombinasikan pengolahan anaerobik digestrer dengan pengolahan aerob dan penambhan waktu penahanan 30 –120 hari.  

Daftar bacaan : 15 (1980 – 2000) 
Kata kunci      : pengolahan anerobik digester, penurunan BOD limbah cair tahu 
Klasifikasi      :
Full text

Selasa, 09 Februari 2016

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. CHAROEN POKPHAND JAYAFARM HATCHERY PURWOKERTO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2012

Abstrak  
IGUN KANTI LAKSAMANA PUTRA ( igunbandits36@yahoo.co.id) 
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. CHAROEN POKPHAND JAYAFARM HATCHERY PURWOKERTO TAHUN 2012. 
xvii + 63 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif. Banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan subyektif antara lain faktor lingkungan fisik (iklim kerja dan intensitas pencahayaan) dan dari faktor tenaga kerjanya sendiri seperti umur, jenis kelamin, masa kerja dan status gizi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan iklim kerja, intensitas pencahayaan, kelelahan subyektif serta menganalisis hubungan iklim kerja, intensitas pencahayaan dengan kelelahan subyektif pada pekerja bagian produksi PT. Charoen Pokphand Jayafarm Hatchery Purwokerto Tahun 2012. 
Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu seluruh pekerja pada bagian produksi PT. Charoen Pokphand Jayafarm Hatchery Purwokerto Tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Spearman. 
Hasil penelitian yang didapat dari pengukuran dan wawancara yaitu iklim kerja pada bagian produksi tidak sesuai dengan standar Nilai Ambang Batas (NAB) begitupun intensitas pencahayaan pada bagian produksi tidak memenuhi syarat karena berada di bawah standar Nilai Ambang Batas (NAB) dan sebagian besar pekerja pada bagian produksi mengalami kelelahan sangat ringan. Dari hasil analisis dengan menggunakan software pengolah data statistik didapatkan nilai p (taraf signifikasi) = 0.277 dan 0,256 dan level signifikansi yang dipakai 
adalah α = 0,05. Maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui tidak ada hubungan antara iklim kerja, intensitas pencahayaan dengan kelelahan subyektif. 
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim kerja dan intensitas pencahayaan pada bagian produksi tidak memenuhi syarat, pekerja pada bagian produksi sebagian besar mengalami kelelahan ringan. Tidak ada hubungan antara iklim kerja serta intensitas pencahayaan dengan kelelahan subyektif. Disarankan kepada pihak perusahaan untuk membuat ventilasi dan penataan lampu dengan baik di ruang kerja serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. 

Daftar bacaan  : 24 (1989-2011) 
Kata kunci       : Kelelahan Subyektif 
Klasifikasi       : - 
  

TINJAUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TERMINAL BUS PURWOKERTO

Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto  
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010 


Abstrak  
Arif Fajar Rachmawan (arif_refa@yahoo.co.id) 
TINJAUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI TERMINAL BUS PURWOKERTO KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2010 
ix + 74 halaman, tabel, lampiran, gambar  

Terminal Bus Purwokerto merupakan Terminal Bus Type A. Berdasarkan pengamatan sekilas peneliti, tentang penanganan sampah di Terminal Bus Purwokerto belum dikelola dengan baik, terlihat dengan adanya sampah yang beserakan dan tidak ada pemisahan sampah organik dan anorganik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di Terminal Bus Purwokerto dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang sistem pengelolaan sampah di Terminal Bus Purwokerto. 
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Untuk memperoleh gambaran tentang aspek manajemen dan aspek teknis operasional pengelolaan sampah di Terminal Bus Purwokerto, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara dengan Kepala Terminal Bus Purwokerto, tenaga kebersihan dan beberapa pedagang serta melakukan pengukuran terhadap volume penimbulan sampah selama 6 hari. 
Terminal Bus Purwokerto merupakan terminal bus milik Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas yang ada di wilayah Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas dengan luas keseluruhan 120. 000,00 m2 yang terdiri dari luas bangunan seluas 9. 276, 48 m2. Aktivitas di terminal bus berlangsung selama 24 jam nonstop dengan jumlah karyawan sebanyak 81 orang, jumlah pedagang sebanyak 183 pedagang dan jumlah pengunjung rata – rata per harinya sebanyak 5000 orang serta menghasilkan volume sampah sebanyak 16, 09 m3/ hari. Simpulan dari hasil penelitian adalah sistem pengelolaan sampah masih terdapat beberapa masalah seperti tempat sampah yang kurang memenuhi persyaratan aspek teknis dan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) hanya sepatu boot saja. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak pengelola terminal bus untuk menyediakan tempat sampah yang memenuhi persyaratan aspek teknis dan menyediakan APD untuk  tenaga kebersihan dengan tujuan dapat meminimalisir kecelakaan kerja.  

Daftar bacaan : 17 (1981 – 2009) 
Kata kunci      : Sistem pengelolaan sampah 
Klasifikasi      : -  

STUDI KEPADATAN LARVA NYAMUK Anopheles sp PADA SUMUR GALI DI DESA SEPARE WILAYAH PUSKESMAS BANYUASIN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politekenik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah,  Juli 2010


Abstrak 
Baskoro Iwan Santoso (ibaz_silva@ymail.com) 
STUDI KEPADATAN LARVA NYAMUK Anopheles sp PADA SUMUR GALI DI DESA SEPARE WILAYAH PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2010
xvi + 50 : tabel, halaman, lampiran 

Penyakit malaria ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Nyamuk Anopheles sp banyak ditemukan di daerah perbukitan dan persawahan seperti di Bukit Menoreh, Purworejo yang banyak terdapat tempat perkembangbiakan nyamuk. Wilayah Puskesmas Banyuasin merupakan daerah tertinggi kasus malaria di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Separe Wilayah Puskesmas Banyuasin dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi sumur, yang meliputi konstruksi sumur gali, kedalaman, pH air sumur gali dan mengetahui gambaran kepadatan larva nyamuk Anopheles sp di Desa Separe Wilayah Puskesmas Banyuasin, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. 
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan selama 3 hari. Penangkapan larva nyamuk Anopheles sp dilakukan dengan menggunakan cidukan larva  pada sumur gali dengan metode accidental sampling. Setiap sumur gali yang terdapat larva nyamuk Anopheles sp dilakukan penangkapan larva. Jumlah sumur gali di Desa Separe Wilayah Puskesmas Banyuasin sebanyak 36 sumur. 
Hasil penelitian menunjukkan sumur gali yang positif larva nyamuk Anopheles sp sebanyak 6 sumur gali dan sumur gali yang negatif larva nyamuk Anopheles sp sebanyak 10 sumur gali. Kepadatan larva nyamuk Anopheles sp sebanyak 29 larva dengan rata-rata  kepadatan larva Anopheles sp sebanyak 0,48. 
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kepadatan larva Anopheles sp pada sumur gali ditemukan di desa Separe wilayah Puskesmas Banyuasin yang dikategorikan termasuk tidak padat. Dari hasil tersebut maka diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dan Puskesmas Banyuasin juga melakukan survei dan pengendalian larva nyamuk Anopheles sp pada sumur gali sebagai tempat perkembangbiakkan nyamuk.  

Daftar bacaan  : 24 (1985-2010) 
Kata Kunci      : Larva nyamuk Anopheles sp, Malaria 
Klasifikasi       : - 

  

STUDI KEPADATAN LARVA NYAMUK Anopheles sp PADA SUMUR GALI DI DESA SEPARE WILAYAH PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politekenik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah,  Juli 2010


Abstrak 
Baskoro Iwan Santoso (ibaz_silva@ymail.com) 
STUDI KEPADATAN LARVA NYAMUK Anopheles sp PADA SUMUR GALI DI DESA SEPARE WILAYAH PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2010
xvi + 50 : tabel, halaman, lampiran 

Penyakit malaria ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Nyamuk Anopheles sp banyak ditemukan di daerah perbukitan dan persawahan seperti di Bukit Menoreh, Purworejo yang banyak terdapat tempat perkembangbiakan nyamuk. Wilayah Puskesmas Banyuasin merupakan daerah tertinggi kasus malaria di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Separe Wilayah Puskesmas Banyuasin dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi sumur, yang meliputi konstruksi sumur gali, kedalaman, pH air sumur gali dan mengetahui gambaran kepadatan larva nyamuk Anopheles sp di Desa Separe Wilayah Puskesmas Banyuasin, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. 
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan selama 3 hari. Penangkapan larva nyamuk Anopheles sp dilakukan dengan menggunakan cidukan larva  pada sumur gali dengan metode accidental sampling. Setiap sumur gali yang terdapat larva nyamuk Anopheles sp dilakukan penangkapan larva. Jumlah sumur gali di Desa Separe Wilayah Puskesmas Banyuasin sebanyak 36 sumur. 
Hasil penelitian menunjukkan sumur gali yang positif larva nyamuk Anopheles sp sebanyak 6 sumur gali dan sumur gali yang negatif larva nyamuk Anopheles sp sebanyak 10 sumur gali. Kepadatan larva nyamuk Anopheles sp sebanyak 29 larva dengan rata-rata  kepadatan larva Anopheles sp sebanyak 0,48. 
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kepadatan larva Anopheles sp pada sumur gali ditemukan di desa Separe wilayah Puskesmas Banyuasin yang dikategorikan termasuk tidak padat. Dari hasil tersebut maka diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dan Puskesmas Banyuasin juga melakukan survei dan pengendalian larva nyamuk Anopheles sp pada sumur gali sebagai tempat perkembangbiakkan nyamuk.  

Daftar bacaan  : 24 (1985-2010) 
Kata Kunci      : Larva nyamuk Anopheles sp, Malaria 
Klasifikasi       : - 

  

EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PT WANA MAKMUR SEJAHTERA KABUPATEN PURBALINGGA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013

Abstrak  
Alvian Yuneko Legowo (yunekoalvian@yahoo.com) 
EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PT WANA MAKMUR SEJAHTERA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2013
XV + 81 halaman: gambar, tabel, lampiran  

PT.Wana Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kayu lapis. Industri tersebut memiliki instalasi pengolahan air limbah yang dalam pengolahannya masih menghasilkan BOD, COD, pH, Amonia  yang tidak memenuhi syarat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada. Dengan mengetahui kinerja dari Instalasi Pengolahan Air Limbah maka dapat diketahui apakah IPAL yang ada berfungsi dengan baik dan kualitas dari air limbah yang dibuang ke badan air memenuhi syarat atau tidak berdasarkan Perda Prop. Jateng No. 05 tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah. 
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional dengan analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data lapangan dan laboratorium yang dianalisis kemudian dibandingkan dengan peraturan yang berlaku. 
Hasil penelitian menunjukan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah hanya mengalirkan air limbah dari bak satu ke bak berikutnya. Debit air limbah yang diolah adalah 2,25 m3/hari. Kualitas effluent yaitu Suhu 25,4 °C, Warna 29 TCU, Bau air limbah berbau, Kekeruhan 1,68 NTU, BOD 231,94 mg/l, COD 400 mg/l, pH 7,5, Amonia 9,59 mg/l. Kadar BOD, COD, dan Amonia belum memenuhi Perda Prop. Jateng No. 05 tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah dengan nilai maksimal BOD 75 mg/l, COD 125 mg/l, Amonia 4 mg/l. 
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan, bahwa pengolahan air limbah belum memenuhi syarat, karena BOD, COD dan Amonia melebihi baku mutu air limbah. Disarankan agar dibangun IPAL baru yang sesuai dengan kriteria industri pengolahan kayu lapis. 

Daftar bacaan   : 11 (1994-2012) 
Kata kunci        : INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) 
Klasifikasi         : -
Full Text

HUBUNGAN SANITASI SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS TERHADAP KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGAMBIRAN KECAMATAN LEMAHWUNGKUK KOTA CIREBON

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010 

Abstrak  
Ani Septiani(ani.septiani05@yahoo.co.id) 
HUBUNGAN SANITASI SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS TERHADAP KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGAMBIRAN KECAMATAN LEMAHWUNGKUK KOTA CIREBON TAHUN 2010 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, salah satu faktor penyebab adalah pemanfaatan air bersih. Sanitasi sumur gali merupakan sarana air bersih yang harus memenuhi syarat, baik konstruksi fisik maupun kualitas bakteriologis.  
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross sectional, sebagai populasi adalah kepala keluarga yang memiliki sumur gali dan yang menjadi sampel adalah sumur gali yang sudah diperiksa kualitas bakteriologisnya. Analisis data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi square (X2). 
Hasil penelitian adalah konstruksi fisik sumur gali yang tidak terlindung = 40, lantai yang tidak disemen = 41, di sekitar sumur gali yang tidak bersih = 24, jarak sumur gali yang kurang dari 10 meter = 28, adanya sumber pencemar = 34, adanya genangan air di sekitar sumur gali = 37, adanya serangga atau tikus = 20. Tidak terdapat hubungan antara sanitasi sumur gali dengan kejadian diare dengan nilai P = 0,443 (P kurang 0,05), PR (Prevalensi Rasio) = 0,27. Tidak terdapat hubungan antara kualitas bakteriologis dengan kejadian diare dengan nilai P = 0,724 (P kurang 0,05), PR (Prevalensi Rasio) = 0,53. Tidak adanya hubungan dikarenakan frekuensi kualitas fisik sumur gali maupun kualitas bakteriologis sama jeleknya. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih sering melakukan pemeriksaan kualitas bakteriologis secara berkala. Perbaikan sarana sanitasi sumur gali yang dianggap sudah tidak memenuhi syarat tetapi masih digunakan oleh masyarakat. 

Daftar bacaan : 18 (1984 - 2009) 
Kata kunci      : Sanitasi Sumur Gali, Kualitas Bakteriologis, Kejadian Diare 
Klasifikasi      :  

HUBUNGAN SANITASI SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS TERHADAP KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGAMBIRAN KECAMATAN LEMAHWUNGKUK KOTA CIREBON

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010 

Abstrak  
Ani Septiani(ani.septiani05@yahoo.co.id) 
HUBUNGAN SANITASI SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS TERHADAP KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGAMBIRAN KECAMATAN LEMAHWUNGKUK KOTA CIREBON TAHUN 2010 
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran  

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, salah satu faktor penyebab adalah pemanfaatan air bersih. Sanitasi sumur gali merupakan sarana air bersih yang harus memenuhi syarat, baik konstruksi fisik maupun kualitas bakteriologis.  
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross sectional, sebagai populasi adalah kepala keluarga yang memiliki sumur gali dan yang menjadi sampel adalah sumur gali yang sudah diperiksa kualitas bakteriologisnya. Analisis data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi square (X2). 
Hasil penelitian adalah konstruksi fisik sumur gali yang tidak terlindung = 40, lantai yang tidak disemen = 41, di sekitar sumur gali yang tidak bersih = 24, jarak sumur gali yang kurang dari 10 meter = 28, adanya sumber pencemar = 34, adanya genangan air di sekitar sumur gali = 37, adanya serangga atau tikus = 20. Tidak terdapat hubungan antara sanitasi sumur gali dengan kejadian diare dengan nilai P = 0,443 (P kurang 0,05), PR (Prevalensi Rasio) = 0,27. Tidak terdapat hubungan antara kualitas bakteriologis dengan kejadian diare dengan nilai P = 0,724 (P kurang 0,05), PR (Prevalensi Rasio) = 0,53. Tidak adanya hubungan dikarenakan frekuensi kualitas fisik sumur gali maupun kualitas bakteriologis sama jeleknya. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih sering melakukan pemeriksaan kualitas bakteriologis secara berkala. Perbaikan sarana sanitasi sumur gali yang dianggap sudah tidak memenuhi syarat tetapi masih digunakan oleh masyarakat. 

Daftar bacaan : 18 (1984 - 2009) 
Kata kunci      : Sanitasi Sumur Gali, Kualitas Bakteriologis, Kejadian Diare 
Klasifikasi      :  

Jumat, 05 Februari 2016

PENGARUH PEMAKAIAN PERASAN DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti



Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015


Abstrak
Riska Alfianastuti (alvianariska117@yahoo.co.id)
PENGARUH PEMAKAIAN PERASAN DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti  TAHUN 2015
XIV + 53 halaman : gambar, tabel, lampiran

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit endemis yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Upaya penting yang dapat dilakukan untuk memutus mata rantai penularan penyakit, yaitu menggunakan insektisida. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi populasi vektor nyamuk DBD stadium larva, yaitu  dengan bahan kimia yang membahayakan kesehatan manusia. Cara yang dapat digunakan dalam mematikan larva Aedes aegypti dengan bahan alami, yaitu menggunakan larvasida nabati. Yang merupakan larvasida nabati salah satunya daun Belimbing Wuluh, karena daun Belimbing Wuluh mengandung Saponin, Tanin, Flavonoid dan Alkaloid yang dapat membunuh larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis yang efektif dari perasan daun Belimbing Wuluh yang dapat mematikan larva Aedes aegypti Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre experiment dengan rancangan static group comparation untuk menghitung kematian larva Aedes aegypti pada konsentrasi 30%, 60%, dan 90% perasan daun Belimbing Wuluh. Konsentrasi tersebut dimasukkan kedalam bekerglass berukuran 100 ml yang masing-masing berisi 25 ekor larva Aedes aegypti dan diamati selama 24 jam. Penelitian dilakukan dalam tiga kali replikasi, dan data dianalisis menggunakan analisis Anova (Analysis of Variance). 
Hasil penelitian perasan daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap kematian larva Aedes aegypti mempunyai signifikasi 0,004 konsentrasi 30% dengan kematian 93,3%, konsentrasi 60% dengan kematian 100%, dan konsentrasi 90% dengan kematian 96%.Kesimpulan ektrak daun Belimbing Wuluh mampu membunuh larva Aedes aegypti sebesar 100%. Diharapkan penelitian selanjutnya diharapkan ada penyempurnaan pada perasan agar pada saat pengaplikasian tidak merupah sifat fisik air bersih

Daftar bacaan : 25 (1987-2014)
Kata kunci       : larva Aedes aegypti, perasan daun Belimbing Wuluh
Klasifikasi        : -
Full text

Kamis, 04 Februari 2016

EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PT WANA MAKMUR SEJAHTERA KABUPATEN PURBALINGGA


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 


Abstrak  
Alvian Yuneko Legowo (yunekoalvian@yahoo.com) 
EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PT WANA MAKMUR SEJAHTERA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2013
XV + 81 halaman: gambar, tabel, lampiran  

PT.Wana Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kayu lapis. Industri tersebut memiliki instalasi pengolahan air limbah yang dalam pengolahannya masih menghasilkan BOD, COD, pH, Amonia  yang tidak memenuhi syarat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada. Dengan mengetahui kinerja dari Instalasi Pengolahan Air Limbah maka dapat diketahui apakah IPAL yang ada berfungsi dengan baik dan kualitas dari air limbah yang dibuang ke badan air memenuhi syarat atau tidak berdasarkan Perda Prop. Jateng No. 05 tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah. 
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional dengan analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data lapangan dan laboratorium yang dianalisis kemudian dibandingkan dengan peraturan yang berlaku. 
Hasil peneliian menunjukan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah hanya mengalirkan air limbah dari bak satu ke bak berikutnya. Debit air limbah yang diolah adalah 2,25 m3/hari. Kualitas effluent yaitu Suhu 25,4 °C, Warna 29 TCU, Bau air limbah berbau, Kekeruhan 1,68 NTU, BOD 231,94 mg/l, COD 400 mg/l, pH 7,5, Amonia 9,59 mg/l. Kadar BOD, COD, dan Amonia belum memenuhi Perda Prop. Jateng No. 05 tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah dengan nilai maksimal BOD 75 mg/l, COD 125 mg/l, Amonia 4 mg/l. 
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan, bahwa pengolahan air limbah belum memenuhi syarat, karena BOD, COD dan Amonia melebihi baku mutu air limbah. Disarankan agar dibangun IPAL baru yang sesuai dengan kriteria industri pengolahan kayu lapis. 

Daftar bacaan   : 11 (1994-2012) 
Kata kunci        : INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) 
Klasifikasi         : -   
Full text

STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009


ABSTRAK
Citra Adhityarini
STUDI HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT TERHADAP PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2009
xix+63  halaman : tabel, gambar, lampiran

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung karena kondisi kesehatan lingkungan yang jelek dan kebiasaan cara hidup yang tidak sehat. Desa Kembangan merupakan wilayah yang angka kesakitan diarenya cukup tinggi, yaitu mencapai 10%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita, mengetahui gambaran mengenai kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban masyarakat Desa Kembangan, mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan, pemanfaatan air bersih dan penggunaan jamban terhadap penyakit diare pada balita di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik inferensial dengan pendekatan Cross sectional, sedangkan dalam menganalisis hasil menggunakan analisa uji statistik Chi Squere (X†).
Hasil penelitian dilakukan terhadap sampel balita yang ada di Desa Kembangan, diketahui ada peningkatan kejadian diare pada balita sebesar 20%, responden yang biasa cuci tangan 21,82%, memanfaatkan air bersih 60,9%, menggunakan jamban 41,8%. Terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan terhadap penyakit diare pada balita dengan nilai P = 0,028 
Hal ini kemungkinan karena kurang mengertinya masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat serta tingkat ekonomi yang rendah. Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih giat dalam melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesehatan desannya sendiri. 

Daftar bacaan  : 10 (1981  2009) 
Kata kunci       : Pola Hidup Bersih dan Sehat, Diare Balita
Klasifikasi        :

Rabu, 03 Februari 2016

STUDI ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Prof Dr MARGONO SOEKARJO

Departemen Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009


Abstrak    
Yusda Dhani Kusuma 
STUDI ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Prof Dr MARGONO SOEKARJO TAHUN 2009 
xiv + 53 halaman: Tabel, gambar, lampiran   

RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto berstatus rumah sakit type B Pendidikan dengan kapasitas tempat tidur 104 buah dan angka BOR 89,28%. Rumah sakit selain sebagai tempat pelayanan kesehatan, dapat berperan sebagai tempat penularan penyakit, terutama ruang perawatan pasien. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit, lantai ruang melati mempunyai kemungkinan besar terjadinya infeksi nosokomial, karena ruangan ini khusus bangsal bayi risiko tinggi. Infeksi nosokomial dapat terjadi di ruangan ini melalui perantara benda hidup dan benda mati.  
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kuman pada lantai di ruang Melati RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, pengukuran, pemeriksaan dan perhitungan jumlah kuman. Pengolahan data dengan cara editing, coding, dan tabulating. Data dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis data dilakukan dengan analisis tabel. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kuman pada lantai ruang Melati RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo sudah memenuhi standar yang disyaratkan, berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 yaitu 5-10 koloni/cm2 untuk ruang perawatan, dan hasil penelitian pada ruang Melati yaitu 3 koloni/cm2.  Pembersihan lantai di Ruang Melati RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo dilakukan dengan cara pengepelan dua kali sehari menggunakan desinfektan mampu menurunkan jumlah kuman sebesar 61,2%.  Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pemberian desinfektan pada saat pengepelan dapat menurunkan jumlah kuman pada lantai. Penulis menyarankan dalam pengepelan ruang perawatan selalu menggunakan desinfektan, dan untuk menjaga agar angka kuman lantai tetap dibawah standar 5-10 koloni/cm dengan dilakukan pemeriksaan angka kuman secara teratur maksimal tiga bulan sekali. 

Kepustakaan   : 14 (1985  2004) 
Kata Kunci     : Rumah Sakit, Kuman lantai, Desinfektan 
Klasifikasi      : 

STUDI KADAR DEBU DI KAWASAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) KARANGKANDRI KABUPATEN CILACAP

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009 


Abstrak  
YULIANS ROSDHATAMA 
STUDI KADAR DEBU DI KAWASAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) KARANGKANDRI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2009 
xiv + 88 halaman : lampiran, tabel, gambar  

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat secara optimal dan berkesinambungan terus digalakkan, salah satunya adalah mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehatagar dapat melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan. Pencemaran udara yang disebabkan oleh debu batubara di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Karang Kandri Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap meresahkan warga di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tersebut. Sebaran polutan debu berwarna coklat pekat berterbangan menyelumuti pemukiman penduduk sehingga tidak sedikit warga yang menderita gangguan pernafasan, batuk, mata perih bahkan bau batubara yang menyengat. 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kadar debu di sebelah timur, barat dan utara PLTU pada jarak pengukuran 500 m, 750 m, 1000 m serta untuk mengetahui  hubungan antara jarak pengukuran dengan tingkat kadar debu. Jenis penelitian ini adalah analisis inferensial dengan metode observasional yang bermagsud untuk mengetahui dan memperoleh data tentang tingkat kadar debu di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Karangkandri. 
Hasil penelitian didapat dengan cara pengukuran kadar debu menggunakan alat pengukur Environental Particulate Air Monitoring 5000, jenis pengukuran adalah debu 10 m (PM 10) dengan durasi pengukuran selama 10 menit. Pengukuran dilakukan pada 3 lokasi yaitu lokasi timur, barat dan utara yang masing-masing lokasi dibagi 3 titik pengukuran pada jarak 500 m, 750 m dan 1000 m. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dianalisis dengan uji korelasi pearson product moment disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak pengukuran dengan tingkat kadar debu (p = 0,521). 
Diharapkan pihak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk lebih meningkatkan kualites pabrik yang ramah lingkungan sehingga tercipta derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 

Daftar bacaan : 18 (1982  2009) 
Kata kunci      : Kadar Debu  
Klasifikasi       :  _
Full text

STUDI TENTANG SIKAP KERJA DUDUK PENGEMUDI KOBELCO DENGAN KELUHAN PINGGANG DI PT. TAMBANG BATUBARA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009  


Abstrak  
Yesica Ledy 
STUDI TENTANG SIKAP KERJA DUDUK PENGEMUDI KOBELCO DENGAN KELUHAN PINGGANG DI PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PERSERO)TBK. TANJUNG ENIM TAHUN 2009 
XVII + 52 halaman + tabel + gambar + lampiran   

Penelitian ini berjudul  Studi Tentang Sikap Kerja Duduk Pengemudi Kobelco Dengan Keluhan Pinggang Di PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)Tbk. Tanjung Enim Tahun 2009. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui sikap kerja duduk pengemudi kobelco, gambaran antropometri pengemudi, jenis keluhan yang dialami pengemudi dan upaya pencegahan terhadap keluhan dominan yang dialami oleh pengemudi kobelco.  
Jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilaksanakan 01 April 2009 sampai 30 April 2009. data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan pengukuran. 
Hasil penelitian menunjukkan beberapa bagian tempat duduk pengemudi kobelco sudah sesuai dengan antropometri pengemudi yang menggunakannya. Diketahui bahwa timbulnya sikap duduk yang kurang benar, diakibatkan posisi tubuh pengemudi saat mengemudi kurang benar, dan mengakibatkan keluhan yang dialami yaitu kesemutan, pegal  pegal pada bagian pinggang. 
Agar tidak timbul sikap duduk yang salah dan keluhan pada bagian  bagian tubuh pengemudi kobelco, maka pada waktu bekerja diusahakan agar bersikap secara alamiah dan bergerak optimal dengan menggunakan waktu istirahat dengan efisien.   

Daftar Bacaan : 8 (1990-2006) 
Kata Kunci      : Sikap Kerja Duduk Pengemudi, Keluhan Pinggang 
Klasifikasi        : −
Full text

Studi penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di ruang produksi PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Patal Cilacap

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2009   

Abstrak  
Yayi Nur Hudaningrum 
Studi penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di ruang produksi PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Patal Cilacap Tahun 2009. 
xvii+ 44 halaman : gambar, tabel, lampiran  

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan cara yang benar merupakan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Patal Cilacap yang bergerak di bidang pemintalan, dalam operasionalnya menggunakan mesin-mesin pemintal yang dapat menimbulkan kecelakaan akibat kerja, maka dipelukan penggunaan APD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis APD, jumlah APD, kondisi APD, kesesuaian APD, pengawasan penggunaan APD pada pekerja di ruang produksi PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Patal Cilacap. 
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan menggambarkan keadaan penggunaan alat pelindung diri pada PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Patal Cilacap. Subyek penelitian adalah alat pelindung diri pada pekerja di ruang Produksi PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Patal Cilacap. Jumlah pekerja yang dijadikan responden yaitu pada shiff pertama (I) yang berjumlah 64 orang dari dua pabrik yaitu pabrik CP.1 dan pabrik CP.2. cara pengumpulan data yaitu wawancara kepada para pekerja dan observasi. Jenis APD yang disediakan yaitu pakaian kerja, sepatu kerja, masker, topi kerja, dan alat pelindung telinga. Masing-masing APD berjumlah 64 buah dan disediakan untuk semua para pekerja yang ada di ruang produksi. Semua jenis APD yang disediakan dalam kondisi baik. APD yang disediakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja. Pengawasan penggunaan APD dilakukan oleh kepala shiff atau mandor. 
Simpulan dari penelitian ini adalah jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan jenis pekerjaan dan jumlah tenaga kerja, APD dalam keadaan baik, pengawasan dilakukan oleh mandor. Saran bagi perusahaan agar diperoleh hasil yang lebih obyektif perlu pengawasan dilakukan oleh instansi diluar perusahaan misal Departemen Tenaga Kerja. Bagi pekerja untuk selalu memakai APD dan menjaga APD dengan baik serta berhati-hati dalam bekerja. 

Daftar bacaan   : 8 (1994-2006) 
Kata kunci        : APD-Industri Patal Cilacap 
Klasifikasi        : -
Full Text