Selasa, 23 September 2014

DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA UNIT RAW MILL PT. HOLCIM INDONESIA Tbk CILACAP PLANT TAHUN 2015

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah Juli 2015 

Abstrak
Bangun Adhi Gunawan (bangungunawan28@gmail.com)
DESKRIPSI INTENSITAS SUARA PADA UNIT RAW MILL PT. HOLCIM INDONESIA Tbk CILACAP PLANT TAHUN 2015 
XVI + 114 halaman : gambar, tabel, lampiran

Menurut teori H.L Blum, salah satu parameter kualitas lingkungan yang perlu diawasi adalah bising. Unit Raw Mill merupakan salah satu unit dalam proses pembuatan semen yang bertujuan untuk menghancurkan dan mencampur bahan baku agar terhomogenisasi dengan cara proses penggilingan menggunakan mesin yang menghasilkan suara yang tidak dikehendaki oleh pekerja PT. Holcim. Menurut hasil wawancara dengan OHS (Occupational Health Safety) PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant,  intensitas suara unit Raw Mill  yaitu berkisar antara 80-90 dB. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui intensitas suara pada Unit Raw Mill PT. Holcim Indonesia Tbk. Cilacap Plant 2015.
Metode peneltian yang digunakan yaitu dengan menganalisis secara deskriptif, yaitu menggambarkan tentang kondisi yang sesungguhnya sesuai data yang diperoleh dalam pengukuran intensitas suara pada Unit Raw Mill PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant. 
Hasil pengukuran intensitas suara pada Unit Raw Mill adalah titik I 96,49 dB, titik II 93,24 dB, titik III 91,29 dB, titik IV 83,89 dB dan titik V 81,15. Jenis alat pelindung diri yang digunakan pekerja di Unit Raw Mill adalah earplug, helmet, rompi, googles, kacamata, safety glass dan masker. Keluhan yang dirasakan adalah keluhan pekerja yang mengalami tuli adalah 0 %, sulit berkomunikasi 100 %, kurang konsentrasi 70 %, gangguan tidur 40 % dan telinga berdengung 80 %. Hasil tersebut diperoleh dengan cara wawancara dari 10 responden di Unit Raw Mill. Kesimpulan bahwa rata-rata intensitas suara Unit Raw Mill tergolong tinggi dan melebihi NAB kebisingan untuk waktu kerja selama 8 jam. Upaya pengendalian kebisingan yang dilakukan perlu ditambah seperti pengcoveran mesin yang menjadi sumber bising agar kesehatan dan keselamatan kerja terjamin dan dapat meminimalisir resiko bahaya terhadap pekerja.

Daftar bacaan : (1979-2015) 27 bacaan
Kata kunci      : Intensitas suara, upaya pengendalian bising, lama paparan, APD 
                         keluhan pekerja
Klasifikasi      : -
Full Text
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Yulian Irfan Widodo  ( dodozscream@gmail.com )
HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT  ( ISPA )  PADA BALITA DI DESA KARANGRAU KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 
XVII + 95 halaman: gambar, tabel,lampiran

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut  ( ISPA )  merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama.Karena masih tingginya angka kejadian penyakit ISPA terutama pada balita.Kondisi lingkungan rumah yang buruk akan meningkatkan resiko terjadinya ISPA. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.
Metode yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan case control.Jumlah responden sebanyak 46 orang, 23 sebagai kasus dan 23 sebagai kontrol.Variabel yang diteliti adalah suhu, kelembaban, pencahayaan, ventilasi, jenis lantai dan kepadatan penghuni. Analisis menggunakkan SPSS versi 17 dengan uji Chi Square dan OR dengan CI 95% dan α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan lingkungan fisik rumah yang memiliki hubungan adalah kelembaban dengan nilai P-value = 0,044 OR = 4,286, ventilasi dengan nilai P-value = 0,001 OR = 10,200, jenis lantai dengan nilai Pvalue = 0,022 OR = 11,733, kepadatan penghuni dengan nilai P-value = 0,018 OR = 5,313. Suhu dan pencahayaan merupakan lingkungan fisik rumah yang tidak memiliki hubungan bermakna tetapi berisiko.
Kesimpulan penelitian ini adalah lingkungan fisik rumah dapat menjadi faktor risiko terjadinya ISPA.Faktor yang memiliki hubungan bermakna adalah kelembaban, ventilasi, jenis lantai dan kepadatan penghuni.Peneliti menyarankan masyarakat untuk membiasakan membuka jendela setiap hari sehingga memperlancar sirkulasi udara dan rumah mendapat pencahayaan yang cukup.

Daftar bacaan : 23  ( 1986 – 2014 )
Kata kunci      : Lingkungan Fisik, Rumah, ISPA
Klasifikasi      :
Fulltext
KementerianKesehatanRepublik Indonesia 
PoliteknikKesehatanKemenkes Semarang 
JurusanKesehatanLingkunganPurwokerto
Program Studi Diploma III KesehatanLingkungan 
KaryaTulisIlmiah, Juni 2014

Abstrak
WistikariLaksaMusliema ( wisti.laksa@gmail.com )
SURVEI PAPARAN RADIASI PADA AREA PEMERIKSAAN KEAMANAN MENGGUNAKAN X-RAY DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG TAHUN 2014 
XIV + 93halaman: gambar, tabel, lampiran

Salah satu dampak penurunan kualitas lingkungan dan gangguan kesehatan manusia adalahr adiasiX-Ray di area pemeriksaan keamanan bandar udara yang menggunakan radioaktif dan dapa tmembahayakan operator dan pengunjung atau penumpang pesawat yang melewatinya. Tujuanpenelitian adalah untuk mengetahui paparan radiasipada area pemeriksaan keamanan menggunakan X-Ray, membandingkannya  dengan peraturan yang berlaku dan mengetahui keluhan yang dialamioleh operator di Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung tahun 2014.
Jenis penelitian ini merupakan analisis deskriptif, yaitumelakukan pengukuran paparan radiasipada area pemeriksaan keamanan di bandar udara yaitu X-Ray dengan menggunakan alat yang disebut Survey meter dan membandingkannya dengan peraturan yang berlaku.
Hasilpenelitian menujukkan bahwa paparan radiasi X-Ray di pintu utamaCheck-in, keberangkatan domestik dan internasional sertakargo, yaitu menunjuk kanangka 0,2 mSv; 0,3 mSv; 0,4 mSv; 0,5 mSv; 0,6 mSv; 0,7 mSv; 0,8 mSv; 1 mSv; 2 mSv; 3 mSv; 4 mSv; 4,8 mSv; dan 5mSv. Berdasarkan peraturan yang berlaku paparan radiasipada area pemeriksaan keamanan bandar udara yang menggunakan alat X-Ray berkisarantara 0,2 mSvsampaidengan 5 mSv, sehinggamasihamanuntuk operator X-Ray, pengunjung  ( penumpang )  dan personil bandara lainnya karena masih di bawah batas dosis yang ditetapkan oleh Bapeten yaitu 5mSv. Keluhan yang dialami operator X-Ray diantaranya adalah pusing, kelelahan mata, vertigo, kekhawatiran operator yang sedang hamil bagi janinnya. Saran kepada instansi terkait adalah untuk melakukan monitoring paparan radiasi dan perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui tindakan pemantauan dan alat pelindung diri yang lebih tepat, sehingga dapat menurunkan risiko bahayaX-Ray di bandar udara.

Daftarbacaan : 21  ( 2006 – 2014 )
Kata kunci     :RadiasiX-Ray
Klasifikasi     : -
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Abstrak
Kusma Windi Astuti (kusmawindiastuti@ymail.com)
STUDI ANGKA KUMAN LINEN SESUDAH DIKELOLA BAGIAN LAUNDRY RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO TAHUN 2014
 XVI +105 Halaman, Gambar, Tabel,Lampiran  

RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo merupakan Rumah Sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 236. Lingkungan rumah sakit yang kurang baik merupakan sumber potensi terjadinya infeksi nosokomial salah satu factor penyebabnya adalah linen. Jika penanganan linen dilakukan tidak baik maka dapat menyebabakan penyebaran penyakit dari ruangan satu ke ruang yang lain, dari orang sakit ke orang sehat, ataupun dari pasien ke petugas rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung angka kuman linen setelah dikelola oleh bagian laundry. 
Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu dengan cara membandingkan hasil penelitian yang dilakukan dengan teori dan peraturan yang berlaku yaitu KEPMENKES RI. NO.1204 / MENKES / SK / X / 2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6x10 3
spora spesies Bacilus per inci persegi. Pengambilan mikroba pada permukaan bahan (linen) dengan menggunakan cara swab (usap), yaitu mengusap permukaan linen dengan kapas steril / cotton bud seluas 4 x 4 cm. Jenis linen yang diambil yaitu dug lubang sedang, perlak, stik laken, jas operasi, seimut, dan sarung bantal. 
Hasil pemeriksaa diperoleh bahwa angka kuman linen di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo masih memenuhi syarat. Pada sampel dug lubang sedang yaitu 2635 inci persegi, perlak 1658,5 inci persegi, stik laken yaitu 15,5 inci persegi jas operasi 15,5 inci persegi, sarung bantal yaitu 3363,8 inci persegi, dan selimut yaitu 16434 inci persegi.
Kesimpulanya adalah walaupun hasil pemeriksaan angka kuman pada linen masih memenuhi syarat dan belum pernah terjadi infeksi nosokomial sebaiknya dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya  infeksi nosokomial. Peneliti menyarankan kepada pihak pengelola laundry untuk lebih memperhatikan proses pengelolaan linen dan petugas yang perlu diberi pembekalan atau pelatihan tentang pengelolaan linen rumah sakit.

Daftar Bacaan  : 15 (1988-2013)
Kata Kunci      :  Angka Kuman, Pengelolaan Linen
Klasifikasi       :
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Wildan Sani Rahmansyah  ( wildan.rahmansyah@yahoo.com )
PENGARUH KAPASITAS PRODUKSI TERHADAP KADAR BOD LIMBAH INDUSTRI TAHU DI DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
xvi+82 halaman, tabel, gambar, lampiran

Limbah dengan kadar BOD tinggi dapat menimbulkan masalah polusi jika dibuang langsung ke dalam suatu perairan, karena akibat pengambilan oksigen ini akan segera mengganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan biota perairan lainnya. 11 % dari 259 industri tahu di Desa Kalisari membuang limbah cairnya secara langsung ke sungai tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini untuk mengkalkulasi dan menganalisis hasil produksi tahu dengan kadar BOD limbah cair industri pembuatan tahu di desa Kalisari Kecamatan Cilongok Tahun 2014.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian analisis inferensial dengan pendekatan crossectional.
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan random sampling, sampel yang diambil sebanyak 11 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran secara langsung meliputi pH, suhu, debit, kadar BOD. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kapasitas produksi tahu, variabel terikat adalah kadar BOD limbah industri tahu, dan variabel pengganggu adalah pH, suhu, debit limbah, kebutuhan air bersih, banyaknya bahan baku yang digunakan. Produksi tahu industri pertama sebanyak 40 kg, kedua 22 kg, ketiga 26 kg, keempat 70 kg, kelima 130 kg, keenam 220 kg, ketujuh 80 kg, kedelapan 36 kg, kesembilan 80 kg, kesepuluh 50 kg, kesebelas 50 kg. Kadar BOD limbah tahu industri tahu pertama 7481,76 mg/L, kedua 6595,49, ketiga 6783,26 mg/L, keempat 7535,98 mg/L, kelima 6951,89 mg/L, keenam 7680,37 mg/L, ketujuh 7189,25 mg/L, kedelapan 7366,67 mg/L, kesembilan 7579,95 mg/L, kesepuluh 6926,35 mg/L, kesebelas 9004,81 mg/L. Rata-rata suhu limbah tahu yang diperiksa yaitu 63,45°C, pH limbah tahu 5, debit limbah tahu 0,134 L/detik, kebutuhan air bersih sebanyak 6480 L, dan kebutuhan kedelai sebanyak 73 kg.
Kesimpulan uji paired t test diperoleh nilai signifikan 0,651 > 0,05, sehingga tidak ada pengaruh kapasitas produksi terhadap kadar BOD limbah industri tahu. Saran untuk pemilik industri agar menyalurkan limbah ke IPAL komunal, sehingga tidak mencemari lingkungan sungai maupun lingkungan lainnya.

Daftar bacaan : 19  ( 1984-2013 )
Kata kunci     : Produksi Tahu, BOD Tahu
Klasifikasi      : -
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Widya Kresna Nurprihanto (widyakresna8@gmail.com )
STUDI KOMPARASI PEMAKAIAN SARINGAN ARANG SEKAM PADI DENGAN PASIR SUNGAI DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN AIR SUMUR GALI DI DESA PELUMUTAN KECAMATAN KEMANGKON KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014. 
XVI + 74 halaman : gambar, tabel, lampiran  
 
Air merupakan unsur yang sangat pokok di alam serta merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi seluruh makhluk hidup. Salah satu masalah penyediaan air bersih yaitu kekeruhan yang dapat mengakibatkan adanya gangguan kesehatan. Penyaringan merupakan salah satu upaya mengatasi kekeruhan. Filtrasi dapat menggunakan media seperti arang sekam padi dan pasir sungai.  
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemakaian saringan arang sekam padi dengan pasir sungai dalam menurunkan kekeruhan air sumur gali.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di sumur gali milik responden di desa pelumutan kecamatan kemangkon kabupaten purbalingga. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran, pengamatan dan pencatatan.        Hasil penelitian ini diketahui rata-rata sebelum perlakuan arang sekam padi 18 NTU dan sesudah perlakuan menjadi 16,3 NTU ketebalan 10 cm, 13,7 NTU ketebalan 20 cm, 10,3 NTU ketebalan 30 cm, 7,3 NTU ketebalan 40 cm, dan 5,3 NTU ketebalan 50 cm. Rata-rata sebelum perlakuan pasir sungai 18 NTU dan sesudah perlakuan menjadi 16 NTU ketebalan 10 cm, 15,3 NTU ketebalan 20 cm, 12,3 NTU ketebalan 30 cm, 10,3 NTU ketebalan 40 cm, dan 8,3 NTU ketebalan 50 cm. Suhu sebelum perlakuan 28OC dan sesudah perlakuan 27-28 OC. pH air sebelum perlakuan 7 dan sesudah perlakuan 7-8. Berdasarkan analisis data menggunakan uji paired t test diperoleh nilai tabel >  t, artinya ada perbedaan penggunaan saringan arang sekam padi dengan pasir sungai sebagai media saring dalam menurunan kekeruhan air sumur gali.        Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan penurunan kekeruhan air sumur gali menggunakan arang sekam padi dan pasir sungai sebagai media saring. Sebelum perlakuan kekeruhan 18 NTU dan sesudah perlakuan arang sekam padi ketebalan efektif 50 cm rata-rata hasil pengukuran 5,3 NTU, untuk pasir sungai rata-rata hasil pengukuran 8,3 NTU (arang sekam lebih efektif dibandingkan pasir sungai dalam menurunkan kekeruhan air sumur gali). Untuk selanjutnya perlu dilakukan penelitian lanjutan pemakaian saringan arang sekam padi dan pasir sungai dimulai dari ketebalan 60 cm dan seterusnya untuk mendapatkan hasil yang memenuhi syarat.  

Daftar bacaan : 16 (1983-2013)
Kata kunci      : Kekeruhan, Arang Sekam Padi, Pasir Sungai
Klasifikasi      : -
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Umi Chanifah (chanifahumi84@yahoo.co.id)
HUBUNGAN SANITASI ASRAMA DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN (PPTQ)
AL-ASY’ARIYYAH WONOSOBO TAHUN 2014 
XVI + 102 : gambar, tabel, lampiran 

Salah satu tempat umum adalah pondok pesantren, prevalensi penyakit Scabies di Pondok Pesantren dipengaruhi oleh kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dan personal hygiene yang buruk. Kejadian Scabies terjadi setiap tahun pada Santri di PPTQ Al-Asy’ariyyah, dan masih menjadi sebagai prioritas utama. 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Sanitasi asrama dan personal hygiene (perilaku cucitangan, perilaku mandi, perilaku berpakaian dan perilaku tidur) santri dengan kejadian Scabies. 
Metode penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan Cross sectional . dengan jumlah hunian 22 kamar santri dan 90 orang santri sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan pengukuran. Pengolahan data dengan menggunakan editing, coding, saving dan tabulating. Data dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan analisa uji statistic chi square
Hasil penelitian menunjukan sanitasi asrama di PPTQ Al-Asy’ariyyah dalam kondisi Kurang baik (100%) dan Personal hygiene yang dimiliki santri 13,3% baik, 73,3% kurang baik dan 13,3% kurang baik. Santri yang menderita Scabies ada 58 santri (64,4%) dan yang tidak menderita Scabies ada 32 Santri (35,6%). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara sanitasi asrama dan personal hygiene dengan kejadian Scabies di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al-Asy’ariyyah Wonosobo Tahun 2014 . Karena pvalue 0,005 < 0,05 maka Ho ditolak Disarankan bagi pondok pesantren untuk memperbaiki sanitasi asrama, bagi santri agar lebih mengutamakan kesehatan pribadi masing-masing dan bagi dinas kesehatan untuk membantu menangani kasus Scabies di pondok pesantren.

Daftar bacaan : 11 (2000-2013)
Kata kunci      : Sanitasi , personal hygiene, Scabies
Klasifikasi      : - 
Full text
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik kesehatan kemenkes semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah,  Juni 2014

Abstrak
Tri Widya Ningrum (widya.ningrum75@yahoo.com)
DESKRIPSI FORMALIN PADA APEL DAN ANGGUR IMPORT DI KIOS BUAH DI
EX KOTATIF PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 
XVI + 69 halaman : 2 gambar+ 12 tabel, + 5 lampiran.

Pangan adalah segala sesuatu yang bersumber dari hayati, hewani dan baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman sebagai konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, atau pembuatan minuman. Formalin merupakan bahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada makanan,formalin umumnya di gunakan industri tekstil untuk mencegah bahan menjadi kusut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  kualitas buah (organoleptik) kulit buah, warna, dan aroma buah secara umum dan mengetahui ada tidaknya kandungan formalin pada apel dan anggur Import yang di jual di kios buah di Ex Kotatif Purwokerto.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan observasi yang bersifat Deskripsi yakni untuk mendeskripsikan kualitas buah (organoleptik)apel dan anggur import secara umum dan mengetahui kandungan formalin pada apel dan anggur impor yang di jual di ex kotatif Purwokerto Tahun 2014
Hasil pemeriksaan laboratorium pada  sampel apel dan anggur import yaitu buah yang mengandung formalin (positif) sebanyak 11 sampel yaitu : Anggur Amerika kode A sebesar 0,218 ppm, Apel Red Delicious kode B sebesar1,406 ppm , Anggur Amerika, Apel Red Delicious kode C sebesar 2, 463 ppm, Anggur Australia sebesar 0, 167ppm, Apel Fuji sebesar 2,063 ppm, Apel Red Delicious sebesar  2,049 ppm ( kode D), Apel Fuji sebesar 4,738 ppm, Anggur Australia sebesar 0,204 ppm, Apel Red Delicious sebesar 5,011 ppm, Apel Grany Smith sebesar 5,053 ppm ( Kode E). Dan  buah import  lainnya ( apel dan anggur ) dinyatakan tidak terdeteksi adanya kandungan  formalin.
Kondisi umum buah apel import jenis Fuji, RD,dan GS dan buah anggur import jenis Australia dan Amerika dari 5 sampel, ini semua dalam kondisi yang baik. Sehubungan dengan ini, maka perlu adanya pengawasan dari Dinas Kesehatan tentang keamanan mutu, dan gizi pangan yang masuk ke wilayah Purwokerto sebagaimana dalam BAB IV Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2004.

Daftar Bacaan :  21 ( 1988  2013 )
Kata Kunci      :  Formalin, Apel dan Anggur Import,  Kios Buah
Klasifikasi       :
Fulltext

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PADA USAHA LAUNDRY

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Tofik Mujahidin (tofikmoe@gmail.com)
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR PADA USAHA LAUNDRY DI KELURAHAN GRENDENG KECAMATAN PURWOKERTO UTARA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 
XV + 103 halaman : gambar, tabel, lampiran   

Kelurahan Grendeng Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas merupakan pemukiman padat rumah penduduk, sebagian saluran air kotor kurang baik dan terdapat sungai kecil yang dimanfaatkan warga untuk pembuangan limbah rumah tangga. Perkembangan industri laundry di Kelurahan Grendeng semakin pesat karena dukungan kondisi sosial dan pendidikan yang baik. Sebagian besar industri laundry yang ada di wilayah tersebut tidak memiliki sistem dan tenaga pengolah limbah sehingga beresiko terhadap pencemaran lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan limbah cair usaha laundry di Kelurahan Grendeng.        
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah usaha laundry yang diteliti yaitu 39 usaha. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara dan pemeriksaan laboratorium.        Hasil penelitian menunjukan bahwa semua responden usaha laundry tidak memiliki sarana pengolah limbah. Limbah cair yang dihasillkan dari responden usaha laundry tidak ada yang diolah. Pemeriksaan 6 sampel limbah cair menghasilkan suhu dan pH memenuhi syarat, kadar BOD dan COD tidak memenuhi syarat dan kadar fosfat untuk 2 sampel tidak memenuhi syarat sesuai dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-51/MENLH/10/1995.       Pengelolaan limbah cair pada usaha laundry di Kelurahan Grendeng belum dilakukan dengan baik sehingga beresiko terhadap pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya pengusaha laundry mengolah dan membuang air limbah dengan kondisi sarana yang baik. 
Daftar Bacaan : 21 (2002-2014)
Kata Kunci      : laundry, limbah cair
Klasifikasi       : -
Fulltext


                                                                                           Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                             Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                             Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                 Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                  Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Abstrak
TITIS DWI HAPSARI (titisdwihapsari@yahoo.com)
DOSIS KAPORIT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGHASILKAN SISA CHLOR SESUAI STANDAR PADA AIR SUMUR GALI  DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
XVI + 68 halaman, gambar, tabel, lampiran

Kualitas air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat harus bebas dari mikroba pathogen seperti Coliform sp. Air sumur gali percobaan di Desa Sokaraja Kulon memiliki kandungan Coliform sp > 2400 kol/100 ml, hal ini dapat berisiko terjadinya penyakit Water Borne Desease. Chlorinasi adalah salah satu cara membunuh mikroba pathogen dalam air bersih. Chlorinasi yang memenuhi persyaratan menghasilkan sisa chlor  0,3 mg/l (0,2-0,5 mg/l) pada air sumur gali.
Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan metode one shoot case study. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran. Penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Analisis data yang digunakan adalah uji pair  “t” test. 
Hasil penelitian rata- rata sisa chlor 0,29 mg/l dengan dosis kaporit 60% 2,64 mg/l, sedangkan sisa chlor yang diharapkan adalah 0,3 mg/l. Kemudian dilakukan perhitungan statistik menggunakan uji pair  “t” test  dengan hasil signifikasi 0,21 > α (0,05).
Kesimpulan penelitian adalah Ho diterima diterima yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara sisa chlor setelah diberi dosis kaporit dengan sisa chlor yang diharapkan pada air sumur gali di Desa Sokaraja Kulon. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan pemberian dosis kaporit sebesar 2,64 mg/l menghasilkan sisa chlor sesuai standar pada air sumur gali di Desa Sokaraja Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.  Kepada masyarakat Desa Sokaraja Kulon yang mempunyai masalah pada air sumur gali  terutama yang mengandung Coliform sp sangat tinggi dapat didesinfeksi melalui penambahan kaporit dengan dosis minimal 2,64 mg/l . 

Daftar bacaan : 26 (1975 – 2013)
Kata kunci      : Chlorinasi
Klasifikasi      :   
Fulltext
KementerianKesehatanRepublik Indonesia 
PoliteknikKesehatanKemenkes Semarang 
JurusanKesehatanLingkunganPurwokerto
Program Studi Diploma III KesehatanLingkungan 
KaryaTulisIlmiah, Juni 2014

Abstrak  
TithaYudaPratiwi (titha.yuda@gmail.com)
KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA PERMUKAAN KEMASAN MINUMAN KALENG YANG DIJUAL PEDAGANG DI TERMINAL BUS PURWOKERTO TAHUN 2014 
XVI +63 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tegar Sri Argadhitya mengenai Studi Angka Kuman pada Permukaan Kemasan Minuman Kaleng yang dijual Pedagang di Terminal Bus Purwokerto Tahun 2013 didapatkan hasil rata-rata 659 kol/cm2. Keberadaan jasad renik yang tinggi dikhawatirkan terdapat bakteri pathogen (Escherichia coli) pada kemasan minuman kaleng. 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat bakteri Escherichia coli pada permukaan kemasan minuman kaleng yang dijualpedagang di Terminal Bus Purwokerto.  Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan analisa laboratorium untuk mengetahui angka kuman Escherichia coli pada permukaan kemasan minuman kaleng yang dijual di Terminal Bus Purwokerto.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemeriksaan laboratorium usapan permukaan kemasan minuman kaleng yang dijualpedagang di Terminal Bus Purwokerto 2 sampel tidak memenuhi syarat (mengandung kuman Escherichia coli) dan 6 sampel sudah memenuhi syarat (tidak mengandung kuman Escherichia coli) sesuaidengan Permenkes RI No. 1096/Menkes/PER/2011 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga.  Dari 8 sampel terdapat 2 sampel tidak memenuhi syarat dan 6 sampel memenuhi syarat, tingkat sanitasi tempat penjualan kurang baik, dan tingkat pengetahuan kurang baik. Berdasarkan kesimpulan tersebut diharapkan kepada pedagang kemasan minuman kaleng untuk lebih menjaga kebersihan hygiene sanitasi makanan dan minuman terutama pada tempat penjualan dengan melindungi barang dagangan sehingga kecil kemungkinan terjadinya kontaminasi pada barang dagangan yang dijual.

Daftarbacaan : 20 (1987  2014)
Kata kunci     : Escherichia coli, hygiene,sanitasi, kemasanminumankaleng
Klasifikasi     :
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Tika Dwi Lestiani (tikatia8@gmail.com)
HUBUNGAN KADAR DEBU DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN PADA PEKERJA BAGIAN REPAIR DI PT. WANA MAKMUR SEJAHTERA PURBALINGGA TAHUN 2014 
xv+73 halaman : lampiran, tabel gambar

Proses industrilisasi yang mengalami kemajuan pesat berdampak negatif pada manusia dan lingkungan. Debu kayu merupakan salah satu limbah proses produksi apabila masuk saluran nafas akan menimbulkan gangguan paernafasan dan fungsi paru. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hubungan kadar debu dengan gangguan pernafasan pada pekerja bagian repair di PT. Wana Makmur Sejahtera Purbalingga.  Jenis penelitian ini adalah analitik, variabel terikat terdiri dari gangguan pernafasan, variabel bebas meliputi kadar debu dan variabel pengganggu meliputi masa kerja, kelembaban, suhu, arah angin, kecepatan angin, umur, kebiasaan merokok dan APD. Data diperoleh dari hasil pengukuran EPAM 5000 (Enveronmental Particulate Air Monitoring), dan wawancara, kemudian dibandingkan dengan teori dan standar baku mutu yaitu KEPMENKES RI No.1405MenKes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri sebesar 0,15 mg/m3. Data dianalisis menggunakan uji Spearman dan menggunakan SPSS Versi 20.  Hasil penelitian menunjukan kadar debu tertinggi yaitu 0,168 mg/mpada pukul 11.10-11.40 WIB dan diperoleh rata-rata dari pengukuran yaitu 0,11 mg/m3, apabila dibandingkan dengan NAB menunjukan kadar debu dibawah nilai ambang batas. Arah dan kecepatan angin bergerak dari arah utara ke selatan dengan kecepatan 3.6 m/s. Suhu dan kelembaban ruangan sebesar 34 dan 56% melebihi nilai ambang batas sesuai KEPMENKES RI No.1405MenKes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri yaitu suhu ruangan 18-28 oC dan 65-96%. Hasil pengukuran gangguan pernafasan pekerja dikatagorikan ringan sampai berat, berdasarkan uji Spearman 0,022 (< 0,05) .  Kesimpulan hubungan antara kadar debu dengan gangguan pernafasan tergolong hubungan yang erat. Pencegahan pencemaran debu dengan membuatkan dinding pada pabrik dan perawatan exshauster yang ada sehingga dapat meminimalisir banyaknya debu dalam ruangan.

Daftar bacaan  : 21 (1982-2012)
Kata Kunci      : Kadar debu, Gangguan pernafasan
Klasifikasi       : -

Senin, 22 September 2014

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Poltekkes Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan
Prodi D III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Abstrak 
Tera Dini Tantriani (teratantrijasmine@yahoo.co.id)
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN HEPATITIS A DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WANAREJA I KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2014 
xvii + 163 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Hepatitis A suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A, yang mengakibatkan kerugian dalam skala besar karena sifat virus yang dapat menyerang berbagai kelompok umur tanpa mengenal batas-batas negara dan ada hampir di seluruh dunia. Virus Hepatitis A menyebabkan penyakit yang bersifat endemis. Penyebab terjadinya hepatitis A di sebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk (sumber air bersih, tempat cuci tangan dan jamban) dan perilaku hidup bersih dan sehat (cara mengelola makanan-minuman, cara merebus air minum, peralatan makan yang dicampur, cara mencuci peralatan makan, tempat buang air besar, kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar menggunakan sabun, kebiasaan jajan diluar). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian hepatitis A Di wilayah kerja Puskesmas Wanareja I Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.   Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014. Jenis penelitian ini menggunakan Case Control. Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wanareja I Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Seluruh perhitungan menggunakan program computer dan dianalisis dengan uji statistik Chi Square.    Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat yang berhubungan dengan kejadian hepatitis A yaitu sumber air besih (p=0,00; OR=4,267), tempat cuci tangan (p=0,000; OR=8,438), jamban (p=0,000; OR=19,148), , tempat buang air besar (p=0,000; OR=19,148), kategori sanitasi lingkungan (p 0.000; OR 36,000),cara mengelola makanan-minuman (p=0,000; OR=10,800), cara merebus air minum (p=0,002; OR=3,625), peralatan makan dicampur (p=0,041; OR=2,332), cara mencuci peralatan makan (p=0,000; OR=6,250), kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar (p=0,004; OR= 3,399), kebiasaan jajan diluar (p=0,000; OR=6,290), kategori PHBS (p 0,000; OR 58,909).   Kesimpulan penelitian sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan dengan kejadian hepatitis A. Instansi kesehatan melakukan khlorinasi serentak air bersih di desa yang sedang terkena wabah untuk memutus mata rantai, penyuluhan kepada masyarakat tentang penularan hepatitis A dan perlunya menerapkan pola hidup bersih dan sehat disertai selalu mencuci tangan menggunakan sabun setiap setelah buang air besar, sebelum mengolah makanan, sebelum dan setelah makan.

Daftar bacaan : 25 (1991 – 2013)
Kata Kunci : Hepatitis A
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

ABSTRAK
Teguh Tri Wibowo  ( teguhtriwibowo717@yahoo.com )
STUDI JUMLAH ANGKA KUMAN UDARA SEBELUM DAN SESUDAH DESINFEKSI DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSU SINAR KASIH PURWOKERTO TAHUN 2014 
xvii + 91 Halaman : gambar, tabel, lampiran

Pasien bedah merupakan pasien yang mempunyai resiko tinggi terjadi infeksi. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi  ( ILO ) . Berdasarkan Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004 batas maksimum angka kuman udara pada ruang operasi adalah 10 CFU/m
.Data hasil pengukuran rutin setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh rumah sakit Sinar Kasih Purwokerto menunjukan bahwa angka kuman udara ruang operasi masih belum memenuhi syarat yaitu 190 koloni/cm2 ( >10 CFU/m ) . Ruang operasi perlu pengendalian yang baik yaitu dengan cara desinfeksi ruangan dan menjaga kebersihan ruangan.Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jumlah angka kuman udara sebelum dan sesudah desinfeksi di ruang instalasi bedah sentral RSU Sinar Kasih Purwokerto.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel ruangan yang di ambil dengan teknik purposif sampling yaitu 1 ruangan operasi. Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan dan perhitungan koloni kuman, wawancara dan observasi.
Rata – rata angka kuman udara sebelum dilakukan desinfeksi pada ruang operasi 1 yaitu 377.650 CFU/m3, kemudian sesudah desinfeksi rata – rata angka kuman udara Dari hasil pemeriksaan angka kuman udara yang dilakukan baik 196.350 CFU/m3. Sebelum maupun sesudah desinfeksi ruangan belum memenuhi persyaratan angka kuman udara menurut standar angka kuman udara ruang operasi Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004. Saran untuk RSU Sinar Kasih Purwokerto Perlunya pengambilan angka kuman udara secara rutin, penggantian lampu UV yang sudah melebihi waktu pemakaian 3000 jam, memperketat pengawasan kebersihan ruangan.

Daftar Bacaan : 18  ( 2002 – 2014 )
Kata kunci      : Rumah Sakit, Ruang Bedah Sentral, Kuman Udara
Klasifikasi      :
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkugan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Abstrak
Taufik Nurohim (Taufiknuroim@yahoo.co.id)
STUDI DESKRIPTIF KADAR DEBU PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KAYU UD. KARTIKA  SARI DI DESA PRIGI KECAMATAN SIGALUH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014. 
XVI+ 67, Tabel, Gambar, Lampiran 

Bahan, alat, produksi dan lingkungan kerja berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Parameter kadar debu, suhu, kelembaban, kecepatan angin, arah angin merupakan  hal yang harus diperhatikan bagi pekerja dan lingkungan kerja sekitar untuk mengetahui kualitas lingkungan kerja, sumber bahaya, pengendalian resiko dan meminimalisir kecelakaan kerja.  
Tujuan penelitian adalah untuk mengukur kadar debu, suhu, kelembaban, kecepatan angin, arah angin pada proses produksi pabrik kayu UD. Kartika Sari di desa Prigi Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan crossectional . Jumlah sampel ada beberapa parameter yang diukur debu total, suhu, kelembaban, kecepatan angin, arah angin. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengumpulan, dan dokumentasi. Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan lampiran.
Hasil penghitungan  kadar di bagian produksi pada lima titik didapatkan hasil melebihi standar dengan rata-rata 59,6224mg/m3, suhu melebihi standar dengan rata-rata 310C, kelembaban sesuai dengan standar dengan ratarata 54,4% (Kepmenkes No 1405/MENKES/SK/XI/2002 , kecepatan angin ratarata 0,12m/s, arah angin berbeda-beda arah.Pengukuran dilakukan pada pukul 13.51-16.30, dengan waktu pengukuran 30 menit/titik. Kesimpulan kadar debu di lima titik sampel melebihi standar kepmenkes 1405 (0,15 mg/m3), suhu melebihi dari persyaratan yang di tentukan, kelembaban sesuai dengan persyaratan yang di tentukan, kecepatan angin rata-rata 0,12m/s, arah angin berbeda-beda. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini pengelola melakukan perawatan mesin, mengurangi jam kerja, pada ruang produksi dilengkapi alat scrubbing, peletakan mesin blower lebih dekat dengan mesin, mengawasi pemakaian masker pada pekerja.
     
Daftar bacaan : 11 (1982 - 2014)
Kata kunci      : Udara, Debu, Pekerja, APD
Klasifikasi      : -
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
                                                                                                                 Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014
 
Abstrak  
Syukron Wilda Akhsani (syukron_wa@yahoo.co.id)
HUBUNGAN PEWADAHAN SAMPAH DENGAN KEPADATAN LALAT DI RUMAH MAKAN SOTO SOKARJA TAHUN 2014
XVI +  52 halaman: narasi, gambar, tabel, lampiran 

Rumah makan adalah tempat umum yang dikunjungi banyak orang, yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, maka persyaratan sanitasi harus dilakukan dengan baik. Persyaratan sanitasi dalam upaya mencegah penularan penyakit antara lain, pengendalian vektor dengan penanganan pewadahan sampah. Penanganan pewadahan ini sangat penting, karena  dengan penanganan pewadahan yang baik, maka dimungkinkan akan meminimalkan jumlah lalat yang hinggap di wadah tersebut, dengan demikian risiko penyebaran penyakit oleh vektor lalat semakin rendah.
Jenis penelitian analitik inferensial, yaitu untuk mengetahui hubungan tindakan penanganan pewadahan sampah dengan kepadatan lalat.
Hasil pengamatan 7 dari 11 rumah makan, pewadahan sampahnya kurang baik dan 4 rumah makan kondisi pewadahannya dikategorikan cukup. Tingkat kepadatan lalat menunjukkan tingkat kepadatan yang mendominasi adalah tingkat sedang, rata-rata kepadatan 3 ekor/blockgrill. Dari uji statistika didapatkan nilai p menunjukkan lebih kecil dari nilai signifikasi (α) yaitu p = 0,00198< 0,05.  Terdapat hubungan antara pewadahan sampah dengan kepadatan lalat di rumah makan soto Sokaraja. Para pengelola rumah makan sebaiknya memperhatikan kondisi pewadahan sampah agar kondisinya selalu bersih dan dapat menampung sampah dengan baik, lebih intensif dalam melakukan pengawasan terhadap kepadatan lalat yang berada di rumah makan.

Daftar bacaan : 12 (1986-2011)
Kata kunci      : Pewadahan sampah, kepadatan lalat.
Klasifikasi      :
Fulltext

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH SAKIT

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Abstrak

Suparko (parko_kesling1a@yahoo.com)
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2014        

Rumah sakit adalah suatu instansi yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan. Dalam melakukan pelayanan kesehatan rumah sakit tentunya memproduksi sampah. Sampah akan menimbulkan dampak negatif apabila tidak ada pengelolaan sampah yang baik (dalam hal ini sampah medis). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengelolaan sampah medis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto .        Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan riset observasional untuk mengetahui pengelolaan sampah medis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.        Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sampah medis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto masuk kriteria baik dengan prosentase 80,6 % berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 tentang persyaratan kesehatan rumah sakit.        Pengelolaan sampah medis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sudah baik dengan prosentase 80,6%, namun hasil pembakaran sampah medis belum sempurna dan tidak ada pengelolaan lebih lanjut. Diharapakan kepada penanggung jawab bidang sampah medis melakukan pemantauan terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah medis agar pengelolaan sampah medis dapat berjalan dengan baik.

Daftar bacaan : 11 (1992  2014)
Kata kunci      : Rumah Sakit, Sampah medis, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Klasifikasi      : 
Fulltext
 
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO  
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
KARYA TULIS ILMIAH 2014 

Abstrak
Sukma Indah Ardiani (iindavicious@yahoo.com)
STUDI DESKRIPTIF TENTANG KONDISI LINGKUNGAN DAERAH KASUS LEPTOSPIROSIS DI DESA SIKAPAT KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
xiv + 67 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menyerang manusia maupun hewan. Tikus adalah reservoar utama dan penular Leptospira paling berbahaya. Kejadian leptospirosis dipengaruhi oleh lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan biotik meliputi vegetasi dan trapp succes. Lingkungan abiotik meliputi pencahayaan, kelembaban, suhu, dan riwayat banjir. Tujuan penelitian mengetahui gambaran tentang kondisi lingkungan daerah kasus leptospirosis di Desa Sikapat Kecamatan Sumbang Kabupaten Cilacap.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan observasional yaitu penelitian dengan menggambarkan kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian Leptospirosis.
Hasil penelitian ini adalah 95% rumah memiliki vegetasi lebih dari 3 jenis, 100% terdapat reservoar, bukan daerah banjir, suhu rata-rata 28C, rata-rata kelembaban 61%, dan rata-rata pencahayaan 209 lux.  Kesimpulan penelitian vegetasi lebih dari 3 jenis tumbuhan, terdapat reservoar, bukan daerah banjir, rata-rata suhu udara 28oC, rata-rata kelembaban 61%, dan rata-rata pencahayaan 209 lux tidak berpotensi menularkan bakteri Leptospira. Saran yang diberikan kepada penderita dan masyarakat adalah membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dan kaki menggunakan sabun, menghindari mandi dan berenang di air kotor, memasang perangkap tikus secara rutin menggunakan alas kaki saat akan keluar rumah, dan menutup lubang yang memungkinkan adanya tempat perkembangbiakan tikus.
     
Daftar bacaan  : 12 (2001-2013)
Kata kunci       : Leptospirosis, lingkungan biotik dan abiotik
Klasifikasi       : - 
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, 27 Juni 2014

Abstrak
Sri Rizqi (sririzqi16@yahoo.co.id)
STUDI KADAR TIMBAL PADA MAKANAN JAJANAN DAN KONDISI SANITASI PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI JALAN H.R. BUNYAMIN PURWOKERTO UTARA TAHUN 2014
XVI + 66 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Pb merupakan salah satu zat pencemar udara yang berasal dari sisa pembakaran kendaraan bermotor. Jumlah Pb yang ada di udara dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya antara lain makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan, kondisi sanitasi pada pedagang kaki lima serta kepadatan kendaraan di Jalan H.R. Bunyamin Purwokerto Utara tahun 2014. 
Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan, kondisi sanitasi pada pedagang kaki lima serta kepadatan kendaraan di Jalan H.R. Bunyamin Purwokerto Utara tahun 2014. 
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu onde-onde sebelum paparan 37 x 10-6 ppm dan sesudah paparan 45 x 10-6 ppm, bakwan sebelum paparan 53 x 10 ppm dan sesudah paparan 75 x 10-6 ppm, kue sus sebelum paparan 52 x 10 ppm dan sesudah paparan 67 x 10-6 ppm dengan pemaparan selama 6.5 jam diperoleh hasil masih dibawah nilai ambang batas SNI 7387:2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat pada pangan yaitu 0.25 ppm. Kondisi sanitasi tempat penjualan makanan jajanan dikategorikan baik dengan nilai 92.3% dan 84.6%. Sedangkan untuk Kepadatan kendaraan di sekitar tempat tersebut yaitu arus stabil untuk sepeda motor dan arus bebas untuk mobil. 
Kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah telah terjadi peningkatan kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan pedagang kaki lima di Jalan H.R. Bunyamin Purwokerto Utara tetapi masih dibawah nilai ambang batas dan masih aman dikonsumsi oleh pembeli. Penjual lebih memperhatikan terhadap makanan jajanan yang tersaji ketika dalam posisi wadah yang terbuka dan segera menutup kembali ketika pembeli sudah tidak memilih makanan jajanan lagi, pemberian masukan pada distributor melalui penjual untuk membungkus/ mengemas makanan jajanan yang dijual serta penyediaan etalase pada tempat penyediaan makanan. 

Daftar bacaan  : 21 (1992-2014)
Kata kunci       : Timbal, Makanan jajanan, dipinggir jalan
Klasifikasi       :
Fulltext

                                                                                          Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                        Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang
                                                                                           Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                               Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                  Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

ABSTRAK
Sri Rezeki Indah Astiani (indahastiani@yahoo.co.id)
STUDI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DI PT BUDI MAKMUR KECAMATAN GEDONG KUNING YOGYAKARTA TAHUN 2014
XVI+45 halaman : gambar, tabel, lampiran 

PT Budi Makmur merupakan salah satu industri penyamakan kulit yang berada di yogyakarta. PT Budu Makmur mengolah kulit mentah yang berasal dari kulit kambing yang diolah menjadi sarung tangan, sepatu. PT Budi Makmur juga menghasilkan limbah cair  yang masih dialirkan ke sungai dan apabila tidak diolah dengan benar limbah tersebut bisa membahayakan ekosistem yang berada di sungai. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tahapan proses pengolahan limbah cair enyamakan kulit, parameter limbah cair sebelum dan sesudah melalui proses [engolahan (COD, BOD, TSS dan pH), kondisi pengolahan limbah cair penyamakan kulit.
Jenis penelitian diskriptif. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data lapangan dan laboratorium yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan ketentuan teori dan baku mutu limbah cair penyamakan kulit yang ada.
Hasil penelitian menyebutkan sumber limbah berasal dari proses penyamakn kulit. Limbah cair yang dihasilkan kurang lebih 8.000-12.000 galon tiap 1.000 pond kulit basah yang diolah. Kualitas inffluen yaitu BOD 1.946,06 mg/lt, COD 1.965 mg/lt, TSS 1.774 mg/lt dan pH 7,50. Kualitas effluen yaitu BOD 98,61 mg/lt, COD 100 mg/lt, TSS 1130 mg/lt dan pH 7,49. Tahapan pengolahan limbah cair yaitu: bak penyaring, bak equalisasi, pengendapan, aerasi dan yang terakhir lumpur aktif.
Kesimpulan PT Budi Makmur sudah optimal dalam menurunkan kadar yang terkandung dalam limbah cair penyamakan kulit yang dihasilkan namun effluen yang dihasilkan masih melebihi baku mutu yang ada. Untuk PT Budi Makmur, disarankan untuk lebih memperhatikan pengolahan limbah cairnya.   

Daftar bacaan : 25 (1987-2012)
Kata kunci      : Limbah Cair Penyamakan Kulit
Klasifikasi      : 
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014   

Abstrak 
Sri Dian Pratiwi
IDENTIFIKASI PENAMBAHAN ZAT PEWARNA SINTETIS RHODAMIN B DAN METHANIL YELLOW PADA JELLY  YANG DIJUAL DI PASAR WAGE KECAMATAN PURWOKETO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 
XVI + 55 halaman: gambar, table, lampiran 

Jelly merupakan salah satu jajanan yang digemari anak-anak. Selain karena rasanya yang segar dan manis, jajanan ini juga tersedia di pasaran dalam warna dan bentuk yang beragam. 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan Rhodamin B dan Methanil Yellow pada jelly yang dijual di Pasar wage Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian Deskriptif yaitu data yang diperoleh kemudian dibandingkan  dengan standar yang ada. Hasil ada tidaknya kandungan Rhodamin B dan Methanil Yellow pada jelly diperoleh dengan dengan cara melakukan pemeriksaan di Laboratorium menggunakan metode Asam Basa, dan pemeriksaan organoleptik pada jelly serta pengetahuan pedagang mengenai Rhodamin B dan Methanil Yellow sebagai bahan tambahan makanan yang dilarang diperoleh dengan cara wawancara.
Hasil pemeriksaan  laboratorium menunjukkan seluruh sampel jelly negatif mengandung Rhodamin B dan Methanil Yellow. Pemeriksaan secara organoleptik dihasilkan 5 sampel tidak berwarna mencolok, sedangkan 1 sampel berwarna mencolok. Pengetahuan pedagang menunjukan 6 dari 8 pedagang memiliki kriteria sangat baik dengan nilai 75%.
Kesimpulan seluruh sampel jelly negatif mengandung Rhodamin B dan Methanil Yellow. Pemeriksaan secara organoleptik dihasilkan 5 sampel jelly tidak berwarna mencolok sedangkan 1 sampel jely berwarna mencolok. Kuesioner tingkat pengetahuan pedagang jelly sebagian besar pedagang mendapat kriteria sangat baik dengan nilai 75%. Disarankan petugas Puskesmas setempat untuk meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan mutu makanan serta melakukan penyuluhan tentang zat pewarna berbahaya seperti Rhodamin B dan Methanil Yellow.

Daftar bacaan  : 14 (2007  2014)
kata kunci        : Rhodamin B dan Methanil Yellow
klasifikasi        :
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Abstrak
Sofiyatul Mardiyah (Sofhiey_cimoets@yahoo.com)
PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI AIR RENDAMAN JERAMI SEBAGAI ATRAKTAN TERHADAP JUMLAH TELUR NYAMUK Aedes sp YANG TERPERANGKAP DI RW 04 KELURAHAN KARANGPUCUNG KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 
XV + 84 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) menyebutkan bahwa berbagai penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, salah satunya adalah demam berdarah (DBD) yang semakin meningkat tahun demi tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Berbagai Konsentrasi Air Rendaman Jerami Sebagai Atraktan Terhadap Jumlah Telur Nyamuk Aedes sp yang Terperangkap Di Rw 04 Kelurahan Karangpucung Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas Tahun 2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan rancangan static group comparation design. Penentuan sampel menggunakan kriteria inklusi
yaitu 5 rumah penderita DBD pada tahun 2013 yang berada di Rw 04 Kelurahan Karangpucung. Analisis data menggunakan uji Kruskall Wallis sebagai alternative pengganti uji One Way Anova. 
Hasil uji statistik Kruskal Wallis diperoleh (p=0,009)≤(α0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara jumlah telur nyamuk Aedes sp yang terperangkap pada masing-masing ovitrap. Kemudian dilanjutkan uji perbedaan menggunakan analisis non parametrik dengan uji U Mann Whitney yaitu kelompok 1 & 2 signifikan (p=0,093) artinya tidak ada beda, kelompok 1 & 3 (p=0,198) artinya tidak ada beda sedangkan kelompok 2 & 3 signifikan (p=0,002) artinya ada beda.
Kesimpulan ada pengaruh berbagai konsentrasi air rendaman jerami sebagai atraktan terhadap jumlah telur nyamuk Aedes sp yang terperangkap di Rw 04 Kelurahan Karangpucung Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas tahun 2014. Dari hasil tersebut maka diharapkan masyarakat dapat mengaplikasikan ovitrap dengan atraktan air rendaman jerami konsentrasi 20%.

Daftar bacaan  :  30 (2004 - 2013)
Kata Kunci      : Telur nyamuk Aedes sp, Air rendaman jerami, Atraktan
Klasifikasi       :
Fulltext
 
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politekhnik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma Iii Keshatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak   Sherly Candra Dewi (sherlycandra38@yahoo.com)
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 PURWOKERTO TIMUR DESA ARCAWINANGUN TAHUN 2014  
XVII + 87 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Salah satu penyebab terjadinya ISPA adalah rendahnya kualitas udara yang ada didalam rumah, baik secara fisik, biologi,  maupun kimia. Kasus ISPA kebanyakan menyerang anak di bawah 5 tahun (balita) dan menyebabkan kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Purwokerto Timur Desa Arcawinangun Tahun 2014.
Metode yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan case control jumlah responden sebanyak 64 orang, 32 sebagai kasus dan 32 sebagai kontrol. Variabel yang diteliti adalah pencahayaan, ventilasi, suhu, kelembaban, jenis lantai, dinding dan kepadatan penghuni. Analisis menggunakan SPSS 16 dengan uji Chi Square dan OR dengan CI 95% dan α 0,05.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang memiliki hubungan adalah ventilasi (p=0,001 , OR=5,727), kelembaban (p=0,017 , OR=3,824), suhu (p=0,002 , OR=5,571), jenis lantai (p=0,000 , OR=9,000), jenis dinding (p=0,000 , OR=8,273), kepadatan penghuni (p=0,000 , OR=6,600).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kecamatan Purwokerto Timur yang terbagi menjadi tiga Desa yaitu Desa Purwokerto Wetan, Desa Arcawinangun dan Desa Mersi. Desa Arcawinangun termasuk desa yang kasus ISPA nya tinggi hal ini dikarenakan faktor lingkungan fisik rumah yang meliputi pencahayaan, ventilasi, suhu, kelembaban, jenis lantai, jenis dinding, dan kepadatan penghuni memiliki hubungan yang signifikan dan beresiko tinggi untuk terkena ISPA karena faktor tersebut diatas tidak memenuhi syarat. Disarankan pencahayaan selalu dibuka pada pagi hari agar sinar matahari dapat masuk, ventilasi selalu dibuka setiap hari agar sirkulasi udara lancar dan suhu juga akan stabil artinya tidak terlalu panas dan dingin, membersihkan lantai setiap hari agar tidak lembab, jenis lantai sudah dari keramik dan jenis dinding sudah permanen. 

Daftar bacaan  :  17 (1995 - 2013)
Kata kunci       :  Lingkungan Fisik Rumah, ISPA
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah,   Juli 2014

Abstrak
Seti Yuliowati (se05ty@yahoo.com)
KADAR FORMALIN PADA IKAN ASIN JAMBAL ROTI (Arius thalassinus) DiI KAWASAN WISATA TELUK PENYU CILACAP TAHUN 2014
XVI + 62 halaman : gambar, tabel, lampiran

Latar belakang dan tujuan, Ikan merupakan komoditi ekspor yang mudah mengalami pembusukan dibandingkan produk daging, buah dan sayuran. Ikan jambal roti adalah produk ikan asin yang berasal dari ikan Manyung (Arius thalassinus), merupakan salah satu bahan makanan yang dalam pencampuranya sering ditemukan bahan tambah makanan yang dilarang pemerintah yaitu formalin. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kadar formalin yang terdapat pada ikan asin jambal roti (Arius thalassinus) yang dijual di kawasan wisata Teluk Penyu Cilacap Tahun 2014.
Metode penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan analis laboratorium, untuk memperoleh gambaran tentang kondisi fisik ikan asin Jambal roti (Arius thalassinus), mengukur tingkat pengetahuan pedagang dan pemeriksaan kadar formalin pada ikan asin Jambal roti (Arius thalassinus) di kawasan wisata Teluk Penyu Cilacap Tahun 2014.
Hasil pemeriksaan kondisi fisik dari 10 sampel ikan asin Jambal roti (Arius thalassinus) yang diukur secara organoleptik didapatkan hasil kategori baik dengan presentase 70%. Hasil pemeriksaan dari 10 sampel 9 sampel negatif (tidak mengandung formalin) pada sampel nomer 1,2,3,4,5,7,8,9,10 dan 1 sampel mengandung formalin 0,5 mg pada sampel nomer 6.

Kesimpulan satu sampel dinyatakan positif mengandung formalin 0,5 mg pada sampel 6 maka sampel 6 dinyatakan tidak aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat pengetahuan pedagang masih kurang tentang bahan tambah makanan yg dilarang, peneliti perlu memberi masukan tentang bahaya formalin sebagai bahan tambahan makanan sehingga dikemudian hari pedagang tersebut mengetahui tentang bahaya formalin sebagai bahan tambahan makanan yang dilarang. 


Daftar bacaan  : 19 (1987-2013)
Kata kunci       : Kondisi fisik,Tingkat pengetahuan,Formalin
Klasifikasi       :
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah,    Juli 2014

Abstrak 
Sahrur Romadhona (dhona_nha@ymail.com)
PEMANFAATAN BRIKET KULIT KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF TERHADAP PEMANASAN AIR DI DESA BOGARES KIDUL KECAMATAN PANGKAH KABUPATEN TEGAL  
XVII + 59 halaman: gambar, tabel, lampiran

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Sementara itu, kulitnya belum dimanfaatkan secara maksimal, karena oleh masyarakat hanya dibuang begitu saja dan dibakar, sehingga menimbulkan pencemaran udara di lingkungan. Menurut penelitian Achmad Fauzi dkk, 2010, Briket Kulit Kacang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Bogares Kidul Kecamatan Pangkah pada tanggal 1 Maret 2014 di peroleh data bahwa terdapat sampah kulit kacang dari hasil pembuatan kacang Bogares. Tujuan penelitian untuk menganalisis warna api briket kulit kacang tanah, menentukan jumlah briket kullit kacang tanah yang dibutuhkan untuk mendidihkan 1 liter air, dan menganalisis waktu pemanasan briket kulit kacang tanah untuk  mendidihkan 1 liter air.
Metode penelitian Pra eksperimen dengan metode one shoot case study. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengamatan, perhitungan, pengukuran briket kulit kacang tanah.  Hasil penelitian menunjukan briket kulit kacang tanah dapat mendidihkan 1 liter air dalam waktu 10 menit dengan jumlah briket 20 biji, sedangkan nyala api briket bertahan selama 30 menit, dan warna api yang dihasilkan yaitu kuning biru. Uji korelasi menunjukan nilai signifikansi 0,021 ( < 0,05 ) dari jumlah briket dengan temperatur maksimal, maka Ha diterima. Korelasi antara jumlah briket dan waktu untuk mencapai suhu maksimal diperoleh nilai signifikansi 0,865 (> 0,05), yang berarti Ha ditolak.
Kesimpulan briket kulit kacang tanah dapat digunakan untuk mendidihkan 1 liter air, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan gas elpigi. Hasil korelasi menunjukan adanya pengaruh antara jumlah briket dengan temperatur, sedangkan antara jumlah briket dengan waktu pemanasan tidak terdapat pengaruh. Saran diberikan kepada masyarakat untuk memanfaatkan kulit kacang tanah dalam bentuk briket sebagai pengganti bahan bakar dan untuk Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal, sebaiknya menggerakkan masyarakat dalam pengolahan sampah, khususnya sampah kulit kacang tanah.

Daftar bacaan : 13 (2005  2014 )
Kata kunci      : Kulit Kacang, Briket
Klasifikasi      : -
Fulltext
 

                                                                                           Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
                                                                                             Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
                                                                                            Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
                                                                                Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
                                                                                                                 Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014

Abstrak
Rudi Wijaksono (rudilaas67@gmail.com)
STUDI SANITASI KOLAM RENANG TIRTO ASRI DI DESA WALIK KECAMATAN KUTASARI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014 
xvi + 97 halaman : tabel, gambar, lampiran 

Objek Wisata Kolam Renang Tirto Asri Walik merupakan salah satu objek wisata di Purbalingga, yang merupakan salah satu tempat - tempat umum yang perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan sanitasi. Sanitasi kolam renang yang memenuhi syarat bertujuan memutus rantai penularan penyakit. Tujuan penelitian sanitasi di Objek Wisata Kolam Renang Tirto Asri Walik yang meliputi sanitasi bagian luar, sanitasi bagian dalam, dan mengukur sisa chlor di kolam anak.
Metode penelitian deskriptif yaitu menggambarkan tentang keadaan sanitasi, sanitasi bagian luar meliputi lokasi, lingkungan, tempat sampah, Tempat Penampungan Sampah semetara (TPS), dan tempat parkir, sanitasi bagian dalam meliputi tata bangunan, kontruksi bangunan, persyaratan kesehatan kamar/ ruang, persyaratan kesehatan fasilitas sanitasi, pengeloaan sampah, dan kualitas air kolam renang di Objek Wisata Kolam Renang Tirto Asri Walik, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, serta mengukur sisa chlor. Teknik penilaian sanitasi menggunakan Permenkes RI no. 061/ Menkes/ Per/ 1/ 1991 yang dikembangkan sesuai penelitian ini.  Hasil penilaian dengan checklist dan kuesioner kolam renang belum memenuhi persyaratan kesehatan. Sanitasi bagian luar Objek Wisata Kolam Renang Tirto Asri Walik didapatkan hasil penilaian keseluruhan cheklist adalah 64,2%, kategori cukup baik dan hasil penilaian kuesioner adalah 66,6%, kategori cukup baik. Dan sanitasi bagian dalam Objek Wisata Kolam Renang Tirto Asri Walik didapatkan hasil penilaian keseluruhan cheklist adalah 63,5%, kategori cukup baik dan hasil penilaian kuesioner adalah 54,16%, kategori kurang baik. Hasil pengukuran sisa chlor rata-rata 0,025 mg/lt pada kolam renang anak belum memenuhi persyaratan menurut Permenkes RI no. 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 tentang salah satu daftar persyaratan kualitas air kolam renang sisa chlor adalah 0,2  0,5 mg/lt.
Kesimpulan sanitasi secara keseluruhan dan sisa chlor pada kolam renang anak di Objek Wisata Kolam Renang Tirto Asri Walik belum memenuhi persyaratan kesehatan. Peneliti menyarankan perlu ditingkatkannya pemantauan kebersihan di Objek Wisata Tirto Asri Walik, memasang tata tertib untuk pengunjung dan himbauan yang bersifat mengajak untuk menjaga kebersihan dipasang disetiap kegiatan pengunjung, pembuatan TPS, tempat cuci tangan, peturasan, sarana pembuangan air limbah, dan dilakukan chlorinasi secara kontinyu.

Daftar bacaan : 11 (1990  2014)
Kata kunci      : Sanitasi, Kolam Renang
Klasifikasi       : - 
Fulltext
 
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatn Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014 

Abstract
Rizqi Rizal Pratama  (rizalpratama@yahoo.com)
STUDI DESKRIPTIF SANITASI RUMAH TIPE 36 PADA PERUMAHAN TEGALSARI KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP TAHUN 2014 
xvi + 54 halaman : lampiran, tabel, gambar 

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik demi kesehatan keluarga dan individu, oleh sebab itu diperlukan sanitasi yang baik untuk menghindari terjadinya penularan penyakit dan menurunya kualitas lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sanitasi rumah tipe 36 pada Perumahan Tegalsari Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.  Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara observasi, pengukuran wanwancara serta studi kepustakaan untuk memperoleh gambaran umum tentang kondisi sanitasi rumah tipe 36 pada Perumahan Tegalsari Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap dengan sampel sebanyak 5 rumah.  Hasil penelitian, secara umum kondisi sanitasi rumah tipe 36 pada Perumahan Tegalsari termasuk dalam kategori telah memenuhi syarat dengan nilai rata-rata, pecahayaan 100% belum memenuhi syarat, suhu ruangan 100% memenuhi syarat, kelembaban ruangan 100% telah memenuhi syarat, ventilasi sebanyak 20% telah memenuhi syarat, penataan ruang sebanyak 40% telah memenuhi syarat, kepadatan hunian sebanyak 100% telah memenuhi syarat, penyediaan air bersih, sarana pembuangan kotoran manusia dan pembuangan limbah sebanyak 100% memenuhi syarat, pembuangan sampah sebanyak 20% memenuhi syarat, kondisi lantai, dinding dan langit-langit sebanyak 100% memenuhi syarat.  Kesimpulan secara umum kondisi sanitasi pada Perumahan Tegalsari Kecamatan Sidareja telah memenuhi syarat, namun ada beberapa aspek yang belum sesuai dengan standar kesehatan yaitu pencahayaan sebanyak 100% belum memenuhi syarat, ventilsai sebanyak 80% belum menenuhi syarat dan pembuangan sampah sebanyak 80% belum menenuhi syarat. Disarankan pemerintah secara rutin melakukan inspeksi rumah sehat dan memberikan penyuluhan.

Daftar Bacaan  : 16 ( 1985-2012 )
Kata Kunci       : Sanitasi, Perumahan
Klasifikasi        :
Fulltext
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Ratna Pramurditya (ratnapramurditya@yahoo.co.id)
DESKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERANTASAN .SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN KARANGPUCUNG KECAMATAN PURWOKERTO .SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN.2014.
xvii + 110 halaman : gambar,tabel, lampiran       

Incidence Rate penyakit DBD meningkat yang disebabkan kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat. Penyakit DBD disebabkan virus dengue melalui gigitan nyamuk genus Aedes (Aedes aegypti dan Aedes albopictus). Jumlah kasus DBD tertinggi tahun 2013 di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Purwokerto Selatan (92 kasus). Kelurahan Karangpucung (21 kasus) paling tinggi kasus DBD. Tindakan PSN DBD termasuk kegiatan survei jentik nyamuk telah dilakukan di Kelurahan Karangpucung namun ABJ belum mencapai target (94,09%). Tujuan penelitian pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Karangpucung Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas Tahun 2014.        Jenis penelitian ini yaitu observasional dengan analisis deskriptif pendekatan survei kualitatif yaitu memberikan gambaran mengenai pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Karangpucung. Sampel sebanyak 98 KK yang tersebar pada 12 RW di Kelurahan Karangpucung dengan cara Systematic Random Sampling.        Pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Karangpucung dilakukan 95 KK (97%). RW 1 (39%) dan RW 2 (29%) paling rendah pelaksanaan PSN DBD, RW 9 (66%) dan RW 7 (63%) paling tinggi pelaksanaan PSN DBD. Survei gerakan 3M plus paling rendah yaitu praktik tidur menggunakan kelambu (4%), memelihara ikan pemakan jentik (6%), penggunaan kawat kasa pada lubang ventilasi (12%), penaburan abate (17%). Hasil survei jentik di Kelurahan Karangpucung yaitu ABJ tidak memenuhi syarat (79%), HI tidak memenuhi syarat (21%), CI tidak memenuhi syarat (5%), BI memenuhi syarat (23%). RW 2 dan RW 4 memiliki ABJ paling rendah dan HI, CI, BI paling tinggi, sesuai dengan jumlah kasus DBD paling tinggi di RW 4 (5 kasus) dan RW 2 (1 kasus).       Kesimpulan adalah pelaksanaan PSN DBD di Kelurahan Karangpucung belum semua masyarakat aktif melakukan PSN DBD dengan gerakan 3M plus. Jentik nyamuk masih banyak ditemukan sehingga sasaran PSN belum tercapai (ABJ masih < 95%). Masyarakat dan kader disarankan lebih aktif dalam pelaksanaan PSN DBD. 

Daftar bacaan : 29 (1992-2013)
Kata kunci      : PSN DBD
Klasifikasi      : -
Fulltext
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto  
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014

Abstrak
Ratna Ariyani ( ratna_ariyani@yahoo.co.id)

Studi Sanitasi Pasar Wage Purwokerto 

Pasar adalah salah satu tempat dimana orang banyak berkumpul dan beraktivitas setiap harinya, pasar berperan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pasar tradisional bagi golongan masyarakat menengah kebawah.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi sanitasi Pasar Wage Purwokerto Kabupaten Banyumas tahun 2014. Metode Peneletian Descriptif dengan cara observasi dan wawancara.
Pasar Wage Purwokerto memiliki lahan seluas 10.305,44, m†  yang terdiri dari 2 kios yaitu kios lantai I dan kios lantai II dan terdapat 2 los yaitu di lantai I dan II. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan formulir (cheklist) Pasar Wage Purwokerto tergolong kriteria kurangdengan score memenuhi syarat 57 % tidak memenuhi syarat 31% dilihat dari  aspek sanitasinya sepertipenyedian air bersih dengan presentase 100 % dikategorikan baik, pengelolaan sampah dengan presentase 54,5 %  dikategorikan kurang hasil pengukuran volume  total sampah yang ada di pasar wage purwokerto sebanyak 9, 184 m‡/hari , pembuangan air limbah dikategorikan kurang dengan presentase 57,2 %, jamban dan kamar mandi dikategorikan baik dengan presentase 71,4 %, pengendalian vektor dikategorikan tidak memenui syarat, pengelolaan makanan dan minuman dikategorikan kurang dengan presentese 33,3 %.
 Kesimpulan bahwa Pasar Wage Purwokerto dikategorikan kurang ( Hasil penilaian berdasarkan Keputusan Mentri kesehatan Nomor 519/Menkes/SK/VI/2008). Untuk memperbaki sarana sanitasi yang kurang sebaiknya Pasar Wage Purwokerto sebaiknya perlu penambahan urinior untuk pria, perlu penambahan tempat sampah yang tertutup disetiap kios dan los , sebaiknya perlu penambahan pembuatan spictank untuk pembuangan air limbah, sebaiknya ada pemisahan kamar mandi pria dan wanita.

Daftar bacaan :2003-2014
Kata kunci     : sanitasi pasar
Klasifikasi     :
Fulltext