Kamis, 09 Januari 2014

Studi Tentang Jumlah Dan Jenis Tikus Serta Pinjal dan Pengendaliannya Di Perumahan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia   
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto  
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011   

Abstrak 
Azis Awaludin
Studi Tentang Jumlah Dan Jenis Tikus Serta Pinjal dan Pengendaliannya Di Perumahan Griya Bukateja Baru Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja Kebupaten Purbalingga Tahun 2011 
XVII + 58 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Pada dasarnya perumahan mempunyai peranan penting bagi manusia yaitu sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Menurut Kepmenkes RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999, persyaratan kesehatan tempat tinggal atau rumah salah satu adalah hunian harus terbebas dari  binatang penular penyakit (vektor penyakit), tidak ada tikus yang bersarang di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jumlah dan jenis tikus serta pinjal di Perumahan Griya Bukateja Baru Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. 
Metode yang digunakan adalah dengan memasang perangkap hidup pada dapur dan halaman rumah. Perangkap tikus yang positif dibawa langsung ke laboratorium untuk di lakukan penghitungan dan indentifikasi tikus serta pinjalnya. 
Hasil penelitian diperoleh tikus  19 ekor selama 4 hari dari tanggal 11-14 Juni 2011, dengan 3 spesies yaitu: Rattus-rattus diardii 17 ekor atau 89,47%,  Bandicota indica 1 ekor atau 5,26%, Rattus norvegicus 1 ekor atau 5,26%. Diperoleh hasil indeks umum pinjal 1,15, dengan indeks umum pinjal spesies tikus Rattus-rattus diardii (tikus rumah) sebesar 1,23,  spesies tikus Bandicota indica (tikus wirok) indeks umum pinjal sebesar 1. Untuk spesies tikus R.norvegicus (tikus riul) diperoleh indeks umum pinjal 0, karena tidak ditemukan pinjal.  Peneliti menyimpulkan diperoleh 19 ekor tikus dengan 3 spesies yaitu Rattus-rattus diardii, Bandicota indica, dan Rattus norvegicus, serta diperoleh 22 ekor pinjal dari tikus yang tertangkap dengan 2 spesies yaitu Xenopsylla cheopis dan Neopsylla sondaica. Kemudian unttuk inspeksi sanitasi rumah sehat diperoleh 4 atau 17% masuk dalam kriteria rumah sehat, dan 19 rumah atau 83 % dalam kriteria rumah tidak sehat. Saran yang dapat peneliti berikan adalah  melakukan upaya pengedalian tikus berupa perbaikan sanitasi lingkungan, rat proofing, agar populasi tikus dan pinjal dapat dikendalikan dan pada populasi yang rendah.  

Daftar bacaan : 18 (1972 – 2011) 
Kata kunci      : Tikus , Pinjal
Klasifikasi      :  -

STUDI SANITASI GOR GOENTOER DARJONO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011 

Abstrak
Watirah 
STUDI SANITASI GOR GOENTOER DARJONO KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2011 
xvii + 96 halaman : tabel, gambar, lampiran  

Gelanggang olahraga merupakan salah satu sarana penunjang kegiatan olahraga dan penting pengadaannya untuk kelangsungan kegiatan olahraga. GOR Goentoer Darjono merupakan gelanggang olahraga yang terdapat di kabupaten Purbalingga. Pengawasan sanitasi GOR yang meliputi bagian luar dan dalam serta fasilitas sanitasi dan pendukung disesuaikan dengan persyaratan kesehatan tempat- tempat umum untuk mencegah penularan penyakit dan gangguan lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi bagian luar dan dalam, kondisi fasilitas sanitasi dan pendukung GOR serta kualitas air bersih secara mikrobiologi, kondisi pencahayaan, suhu dan kelembaban di mess atlet GOR Goentoer Darjono Kabupaten Purbalingga. 
Jenis Penelitian adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran keadaan sanitasi GOR Goentoer Darjono Kabupaten Purbalingga. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dengan pengelola dan karyawan GOR, observasi langsung pada obyek yang diteliti serta dilakukan pengukuran, meliputi pengukuran pencahayaan, suhu dan kelembaban serta pemeriksaan kualitas air secara mikrobiologis.  Hasil pemeriksaan secara keseluruhan untuk sanitasi Gelanggang Olahraga memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan Dirjen PPM & PLP yang meliputi persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan GOR dari bagian luar dan dalam gedung, fasilitas sanitasi dan pendukung. Sesuai hasil penilaian keseluruhan dengan menggunakan standar penilaian, prosentase yang diperoleh untuk GOR Goentoer Darjono sebesar 66,05% dan tergolong dalam kategori cukup.  Komponen sanitasi yang belum memenuhi syarat antara lain pada fasilitas sanitasi yang meliputi sarana pengolahan limbah, jamban, pengelolaan sampah serta sistem pencegahan vektor dan binatang pengganggu kemudian fasilitas pendukung yang meliputi alat pemadam kebakaran serta PPPK. Penulis menyarankan, limbah seharusnya ada pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air, kebersihan jamban perlu ditingkatkan lagi, tahap akhir pengolahan sampah perlu diperbaiki, sebab pemusnahan sampah dengan cara dibakar di lahan kosong dapat mencemari lingkungan sekitar serta berakibat sebagai tempat perkembangbiakan vektor, dan melengkapi paling tidak satu alat pemadam kebakaran dan perlengkapan PPPK.   

Daftar bacaan : 20 buah ( 1978 – 2009 )
Kata kunci      : Sanitasi
Klasifikasi      : - 

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH NON MEDIS DI RUMAH SAKIT

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan KemenKes SemarangJurusan 
Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstrak 
Rifki Ridho ( Email: Rifki_Ridho@yahoo.co.id )                                                                                 STUDI PENGELOLAAN SAMPAH NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011                       
XVI+64 halaman: gambar, tabel, lampiran 

Sampah non medis adalah salah satu jenis sampah yang dihasilkan dari pelayanan rumah sakit. Sampah non medis dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah non organik, timbulan sampah non medis dapat menjadi permasalahan rumah sakit, sehingga diperlukan suatu pengelolaan sampah non medis yang baik. Tujuan penelitian  untuk mendeskripsikan tahapan proses pengelolaan sampah non medis di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.   
Jenis penelitian dengan cara diskriptif yaitu membuat gambaran yang obyektif  di lapangan, cara pengumpulan datanya dengan ceklist dan keusioner.
Hasil penelitian pengelolaan sampah non medis sudah berjalan dengan baik pada tahap penimbulan sampah yang dihasilkan rata-rata setiap hari 2.531,5 kg dan volume 19.951,9 L, pada tahap ini masih ada tercampurnya sampah non medis dengan sampah medis. Tahap pengumpulan petugas dalam membawa sampah non medis pada gerobag yang tidak sesuai dengan kapasitasnya dan jalur yang dilewati adalah jalur umum yang ramai dengan pengunjung dan pasien, sampah non medis dibawa ke tempat penampungan sementara (TPS) lokasinya yang di areal rumah sakit. Tidak adanya proses pengolahan/pemanfaatan kembali sampah non medis dikarenakan tidak menguntungkan dari segi ekonomi dan tidak adanya lahan yang cukup untuk tahap ini. Pembuangan akhir sampah non medis rumah sakit telah bekerjasama dengan dinas (DCKTR) sampah non medis diangkut ke TPA setiap 2 hari sekali.  Kesimpulan upaya mengatasi masalah tersebut, perlu ditingkatkan kembali pengelolaan sampah non medis mulai dari tahap penimbulan, pewadahan, pengumpulan dan pembuangan akhir, serta melengkapi sarana dan prasarana penujang pengelolaan sampah yang belum ada diharapkan dapat dioptimalkan. Dengan adanya perhatian dan kerjasama yang baik dari semua pihak, baik pihak rumah sakit, pengelola sampah, pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar diharapkan pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada masa yang akan datang menjadi baik.  

Daftar Bacaan   : 19 (1984-2002).                                                             
Kata kunci      : Rumah Sakit, Pengelolaan Sampah Non Medis.                                       Klasifikasi         :

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI STASIUN

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstract
Hendra Wibisono (hendra_wibisono@ymail.com) 
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI STASIUN DAOP V PURWOKERTO TAHUN 2011  
xvi + 63 halaman : lampiran, tabel dan gambar

Stasiun kereta api sebagai salah satu tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya penggunaan jasa kereta api. Stasiun menghasilkan sampah dalam jumlah banyak. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan-gangguan kenyamanan, bahaya banjir, pencemaran lingkungan hingga menimbulkan gangguan-gangguan kesehatan atau sebagai penularan penyakit seperti kolera, disentri. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan tentang penimbulan sampah, pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir sampah di Stasiun DAOP V Purwokerto Tahun 2011. Metode penelitian deskriptif yaitu dengan mendiskripsikan tentang pengelolaan sampah di Stasiun DAOP V Purwokerto, meliputi penimbulan sampah, pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir sampah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan sampah di Stasiun DAOP V Purwokerto jumlah penimbulan sampah rata-rata perhari yaitu 450,88 liter, dengan perincian yaitu jumlah sampah organik 80.53 liter dan jumlah sampah anorganik 370,38 liter. Selain itu peran serta pengunjung, penumpang dan pedagang dalam menghasilkan sampah dan perawatan tempat sampah yang masih rendah serta kesadaran untuk menciptakan lingkungan yang bersih yang masih rendah pula. Hal ini yang menjadi kendala bagi petugas kebersihan dalam pengelolaan sampah di Stasiun DAOP V Purwokerto. Kesimpulan penelitian ini adalah sistem pengelolaan sampah di Stasiun DAOP V Purwokerto.cukup baik (65,2 %), yaitu ada beberapa permasalahan seperti perlu adanya pengawasan dari pengelola stasiun yaitu dengan papan himbauan atau anjuran kesehatan lingkungan di stasiun, sebagai penunjang kegiatan pengelolaan sampah Stasiun DAOP V Purwokerto, bagi para petugas kebersihan harus memakai APD (Alat Pelindung Diri) yang lengkap agar dalam bekerja tidak terjadi kecelakaan kerja. 

Daftar bacaan : 17 (1983-2009)
Kata kunci      : Pengelolaan Sampah, Stasiun Kereta Api
Klasifikasi      : ─

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Coliform DALAM ES CAMPUR YANG DIJUAL DI SEKOLAH

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011 

ABSTRAK
Irma Wardaningsih (irmawe15@gmail.com )
STUDI KANDUNGAN BAKTERI Coliform DALAM ES CAMPUR YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR PADA KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011
xix + 80 Halaman: Halaman, gambar, tabel, lampiran 

Prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman merupakan salah satu upaya dalam pengawasan makanan dan minuman yang meliputi penyediaan bahan baku, penyimpanan bahan baku, pengolahan makanan/minuman, penyimpanan makanan/minuman, pengangkutan makanan/minuman, serta penyajian makanan/minuman. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menghitung jumlah bakteri Coliform, mengetahui kualitas mikrobiologis es campur dan mengetahui kondisi hygiene sanitasi pengelolaan es campur.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan jumlah bakteri Coliform dan kondisi hygiene sanitasi es campur yang dijual di Sekolah Dasar pada Kecamatan Banyumas tahun 2011. Hasil penelitian jumlah bakteri Coliform pada masing-masing sampel es campur yang dijual di SDN 1 Sudagaran (20 kol/ml), SDN 2 Sudagaran (29 kol/ml), SDN Kedunguter (32 kol/ml), SDN Kalisube (20 kol/ml), SDN Kedunggede (36 kol/ml), dan SDN 3 Sudagaran, SDN 1 Kejawar, SDN 1 Pasinggangan, SDN 3 Pasinggangan (>42 kol/ml). Pencemaran bakteri Coliform pada es campur disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya melalui: peralatan makan dan masak yang digunakan, tempat pengolahan es campur, cara pencucian peralatan makan dan masak yang kurang bersih, dan teknik penyimpanan es campur yang masih rentan terhadap serangga dan binatang pengganggu lainnya. Standar yang digunakan menurut Permenkes Kepala Badan POM RI No. 00.06.1.52.4011, tahun  2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan yaitu untuk minuman sari buah/sirup 20 koloni/ml. Kesimpulan bahwa kualitas mikrobiologis es campur yang dijual di Sekolah Dasar pada Kecamatan Banyumas 78% tidak memenuhi syarat dan kondisi hygiene sanitasi pengelolaan es campur secara keseluruhan dikategorikan cukup baik dengan nilai rata-rata 74%. Jadi, disarankan kepada penjamah es campur untuk selalu menyediakan bahan baku es campur yang berasal dari tempat yang bersih, tidak kadaluarsa dan kondisinya masih layak untuk diolah menjadi sebuah produk makanan atau minuman. Selain itu juga harus memperhatikan peralatan masak yang digunakan, tempat masak yang digunakan dan cara memasak yang baik dan benar.

Daftar Bacaan  : 18 (1978 – 2011)
Kata Kunci       : Bakteri Coliform, Es Campur
Klasifikasi        : -

STUDI HACCP PEMBUATAN JENANG JAKET

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah Juli 2011   

Abstrak 
Derajat Ari Wibowo (Email : Arydyon@gmail.com)
STUDI HACCP PEMBUATAN JENANG JAKET MERSI ASLI, KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR, KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011 
xvi + 160 halaman : gambar, tabel, lampiran 

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau Analisis Bahaya Kendali Kritis adalah suatu pendekatan untuk mengenal dan mengukur bahaya yang spesifik sebagai upaya pencegahan dalam pengawasan pengolahan makanan untuk menjamin keamanan makanan. Dengan memperhatikan HACCP dalam pembuatan jenang jaket, sehingga dapat mengukur bahaya yang spesifik dan dapat dilakukan pencegahan bahaya kontaminasi terhadap jenang jaket. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan HACCP pembuatan jenang jaket Mersi asli  , Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan penerapan HACCP
Pembuatan Jenang Jaket Mersi Asli, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Cara pengumpulan data adalah dengan wawancara kepada pemilik industri, obeservasi menggunakan ceklist dan kuesioner, pemeriksaan MPN Coliform jenang jaket wijen di laboratorium sebagai data pendukung.
Hasil penelitian Pembuatan Jenang Jaket Mersi Asli, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten
Banyumas. Bahwa penjamah makanan belum memenuhi syarat karena banyak yang tidak memakai APD (celemek, penutup kepala, sarung tangan),  Alat produksi sebelum dan sesudah digunakan selalu dibersihkan, tempat produksi sudah memenuhi syarat tempat pengolahan, bahan baku dalam keadaan baik, metode pembuatan jenang jaket sudah memenuhi standar. Analisis bahaya yang mungkin terjadi pada proses produksi jenang jaket fisik yaitu kontaminasi pada penjamah makanan kebersihan kuku, kerontokan rambut, kontaminasi biologi pertumbuhan mikroorganisme, kontaminasi kimia terdapat logam berat pada alat produksi yaitu besi Fe pada alat yeng berkarat. Pemantauan dan pemeriksaan makanan jenang jaket dengan uji laboratorium tentang MPN Coliform.
Simpulan kondisi penjamah dan alat belum memenuhi syarat tetapi bahan baku, tempat produksi,
dan metode produksi jenang jaket sudah memenuhi standar. Saran yaitu pemilik industri makanan harus menyediakan APD (sarung tangan, celemek, penutup kepala), penyuluhan tentang personal hygiene, pemeriksaan kesehatan penjamah setiap 6 bulan sekali, pengecekan dan pembersihan alat produksi,  
 
Daftar bacaan : 14 (1986-2010)
Kata kunci      : Studi HACCP Pembuatan Jenang Jaket Mersi Asli,
Klarifikasi      : 

STUDI DESKRIPTIF KADAR Fe DAN Mn SERTA INSPEKSI SANITASI SUMUR GALI DIDESA PEKAJA KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011  


Abstrak 
Denda Dewi Ratna Kusuma
STUDI DESKRIPTIF KADAR Fe DAN Mn SERTA INSPEKSI SANITASI SUMUR GALI DIDESA PEKAJA KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011 
xv + 56 halaman, tabel, gambar, lampiran  

Air bersih harus memenuhi syarat kesehatan salah satunya secara kimiawi ( Fe dan Mn). Salah satu usaha pengawasan air bersih secara kimia yaitu dengan pemeriksaan kadar Fe dan Mn pada sumur gali. Kadar Fe dan Mn yang melebihi standar yang ditetapkan akan menimbulkan gangguan dari segi estetika yaitu bau, keruh, dan berwarna kekuning-kuningan pada air, dan apabila dimasak akan menimbulkan bekas pada peralatan masak. Masyarakat Desa Pekaja menggunakan air sumur gali untuk keperluan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rata-rata kadar Fe dan Mn dan melakukan penilaian inspeksi sanitasi sumur gali di Desa Pekaja.  Jenis penelitian ini adalah deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi terhadap sumur gali, dan pemeriksaan kadar Fe dan Mn di laboratorium.  Berdasarkan 30 sumur gali yang ada di Desa Pekaja yang di periksa ratarata kadar Fe sebesar 2,173 mg/lt, dan Mn 1,484 mg/lt sangat tinggi dan melebihi standar Permenkes RI No.416/Per/IX/1990.
Hasil penilaian inspeksi sanitasi sumur gali pada 30 sumur gali didapatkan hasil 6 unit atau (20 %) sumur gali masuk dalam tingkat resiko pencemran rendah, 15 unit atau (50 %) tingkat resiko pencemaran sedang, 8 unit atau (27 %) tingkat resiko pencemaran tinggi, dan 1 unit atau (3 %) tingkat resiko pencemara amat tinggi.    Peneliti menyarankan kepada masyarakat Desa Pekaja untuk melakukan pengolahan air bersih untuk mengurangi kadar Fe dan Mn yang tinggi pada air bersih dengan melakukan proses aerasi dan filtrasi, sehingga penggunaan air bersih  memenuhi syarat untuk kebutuhan sehari-hari, dan melakukan perbaikan konstrusi sumur gali yang belum sempurna. 

Daftar bacaan :12 ( tahun 1958-2011)
Kata kunci      : Kadar Fe dan Mn, inspeksi sanitasi sumur gali 
Klasifikasi      : - 

EFISIENSI PENURUNAN COD LIMBAH CAIR LAUNDRY MENGGUNAKAN TANAMAN ECENG GONDOK ( Eichhornia Crassipes.Sp )

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Skripsi,  Juli 2011 

ABSTRAK 

Fajar Kurniawan (fkurniawan96@yahoo.co.id)
EFISIENSI PENURUNAN COD LIMBAH CAIR LAUNDRY MENGGUNAKAN TANAMAN ECENG GONDOK ( Eichhornia Crassipes.Sp )
XVIII+ 48 Halaman: Gambar, Tabel, Lampiran

Kota Purwokerto merupakan salah satu kota tujuan belajar mahasiswa. Hal tersebut dapat meningkatkan kebutuhan barang dan jasa. Jasa laundry saat ini merupakan salah satu jasa yang banyak diminati di kota pelajar ini. Adanya kehadiran jasa laundry ini dapat membawa manfaat untuk megurangi jumlah pengangguran serta meningkatkan taraf hidup manusia. Jasa laundry ini juga dapat membawa dampak negatif yaitu timbulan limbah laundry yang mengandung kadar COD dihasilkan dari sisa proses laundry yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang sehinga berpotensi untuk menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan terutama pada air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar COD sebelum dan setelah melewati tanaman eceng gondok (Eichhornia Crassipes.Sp ), dengan menggunakan limbah laundry yang diambil dengan waktu 1 x 24 jam pada hari hari ke-0 ( kontrol )ke-2, ke-4 dan    ke-6 ( perlakuan).
Jenis penelitian ini adalah Quacy Exsperimen dengan pendekatan pre dan Post Test Design. Data diperoleh dengan cara pengukuran kadar COD  limbah laundry sebelum dan setelah melewati tanaman  eceng gondok (Eichhornia Crassipes.Sp ), data  diolah dengan editing dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan uji T Test dengan progam SPSS versi 17.00.
Hasil analisa laboratorium pada hari ke-0 ( kontrol ) dihasilkan COD  280 mg/l, setelah perlakuan 1 x 24 jam pada hari ke-2 COD 220 mg/l, pada hari ke-4 COD 208 mg/l  dan pada hari ke-6 COD 192 mg/l dengan rata-rata 206,6 mg/l sudah memenuhi baku mutu menurut  Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No.10 Tahun 2004 adalah 250 mg/L  . Terdapat perbedaan signifikan sebelum dan setelah melewati tanaman eceng gondok dengan nilai t hitung 9,042 dengan probabilitas  0,012 < 0,05 (nilai ).  Kesimpulan terdapat perbedaan penurunan yang signifikan yaitu sebesar
11,92% terhadap penurunan kadar COD limbah laundry setelah melewati tanaman eceng gondok ( Eichhornia Crassipes.Sp ). Peneliti menyarankan kepada masyarakat,  metode bioremediasi dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari dengan memberikan tanaman eceng gondok (Eichhornia Crassipes.Sp ) pada saluran air limbah domestik sebelum dibuang ke badan air (Pre Treatment). 
 
Daftar bacaan  : 19 (1985-2010)
Kata kunci : Limbah Laundry ,COD
Klasifikasi : 

EFISIENSI BIOFILTRASI AEROBIK DALAM PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH TAHU

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Skripsi, Agustus 2011 

Abstrak 
Wahid Hasyim
EFISIENSI BIOFILTRASI AEROBIK DALAM PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH TAHU DI DESA SAMPANG, KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN CILACAP TAHUN 2011
XI + 50 halaman: 2 gambar, 8 tabel, 11 lampiran

Industri tahu merupakan industri kecil bersekala rumah tangga yang meghasilkan tahu dan dalam proses pembuatannya menghasilkan limbah cair. Pengolahan limbah cair perlu dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya pencemaran. Biofiltrasi aerobik merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk menurunkan kadar COD air limbah tahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi model pengolahan biofiltrasi aerobik dalam menurunkan kadar COD air limbah tahu di Desa Sampang, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap.
Metode penelitian ini menggunakan pra experimen, data dikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan pengukuran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air limbah tahu milik Bapak Kuat RT 10 RW 03, Desa Sampang, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap. Sebagai sampel adalah sebagian air limbah tahu milik Bapak Kuat. Jenis penelitian ini merupakan quasy eksperimen dengan pendekatan Pre-Post Tes Design dengan maksud untuk mengetahui efisiensi biofilter aerobik dalam menurunkan kadar COD.
Perlakuan terhadap sampel dilakukan pemeriksaan COD air limbah tahu sebelum dan setelah melewati pengolahan secara biofiltrasi aerobik dengan waktu penahanan berbeda, yaitu (HRT) 5 dan 8  jam dengan jumlah sampel 3 kali replikasi pada  sebelum dan setelah melewati biofilter. 
Kesimpulan penelitian menunjukan penurunan kadar COD air limbah tahu rata-rata pada HRT 5 jam sebesar  34, 53 % dan pada HRT 8 jam sebesar 43, 30 %. Saran bagi pengrajin tahu melakukan pengolahan air limbah tahu sebelum dibuang ke badan air dengan cara pengendapan dan kepada peneliti lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengolahan limbah tahu secara aerobik.

Daftar bacaan  : 18 (1995-2009)
Kata kunci : Limbah tahu, biofilter, COD
Klasifikasi  :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR Pb DALAM DARAH PETUGAS SPBU

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Purwokerto  
Skripsi. Agustus 2011

Abstrak
Hadi Winarso (winarsoh@yahoo.com)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR Pb DALAM DARAH PETUGAS SPBU DI KOTA PURWOKERTO TAHUN 2010 
II + 77 halaman : gambar, tabel, lampiran 

SPBU merupakan satu tempat yang penting bagi masyarakat untuk menyediakan kebutuhan BBM, tingginya produksi kendaraan bermotor yang diikuti meningkatnya kebutuhan BBM akan menjadikan SPBU sebagai tempat yang  memiliki potensi polusi udara yang tinggi karena banyak orang mengisi BBM. Polusi di SPBU berasal dari pembakaran BBM oleh kendaraan dan uap BBM itu sendiri, salah satu bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan adalah timah hitam atau Pb. Mengacu pada penelitian tahun 2010, ditemukan dari 19 orang yang menjadi responden seluruhnya positif terpapar oleh Pb dan dijadikan faktor penyebab paparan Pb dalam darah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah ada pengaruh asupan gizi, kebiasaan merokok, banyaknya BBM terjual, dan penggunaan alat pelindung diri dengan kadar Pb dalam darah tenaga operator SPBU, selanjutnya dicarikan variable mana yang lebih memiliki pengaruh terhadap kadar Pb darah, dengan analisis regresi logistik.
Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode Cross sectional . responden dalam penelitian ini adalah seluruh responden dalam penelitian dahulu (Hadi Winarso.2010) dengan metode sampling adalah purposive sampling dengan instrument penelitian berupa questioner dan check list
Hasil penelitian (p-value) analisis dengan menggunakan metode analisis Chi square menunjukan bahwa pengaruh asupan gizi, kebiasaan merokok, banyaknya BBM terjual, dan penggunaan alat pelindung diri dikatahui masing masing p-value sebagai berikut 0.001, 1.000, 0.006, 0.018 berdasarkan hasil tersebut, maka variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kadar Pb dalam darah adalah banyaknya asupan gizi (P-value < 0,05), dan banyaknya BBM terjual analisis multivariat dengan menggunakan Regresi logistik menunjukan seluruhnya p-value sebesar  0.998 yang berarti tidak ada satupun variabel yang mempengaruhi kadar Pb darah saat dianalisis bersama-sama
Terdapat pengaruh yang signifikan antara asupan gizi dengan kadar Pb darah, dan BBM terjual dengan kadar Pb darah. Semakin baik gizi seseorang kan menurunkan kadar Pb darah,  dan semakin banyak tenaga operator menjual BBM akan meningkatkan kadar Pb dalam darahnya. Saran yang dapat diberikan adalah menghilangkan BBM yang mengandung Pb, mengatur masa istirahat tenaga kerja, muka tidak langsung menghadap ke sumber uap BBM, perbaikan gizi, memakai APD.

Daftar Bacaan  : 1988 – 2010
Kata Kunci  : Kadar Pb dalam darah
Klasifikasi  : -

PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan  
Skripsi, Juli 2011

ABSTRAK
Wahyu Dwi Astuti (adayudisini@yahoo.com)
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2011 
xiv + 71 halaman; gambar, tabel, lampiran

Pengomposan kotoran sapi dengan serbuk gergaji merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Komposisi bahan kompos yang diracik sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nilai C/N ratio kompos yang dapat diterima oleh tanah dan tanaman. Penelitian ini dilakukan dengan mencampurkan bahan baku kotoran sapi dengan variasi serbuk gergaji 0% (kontrol), 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai C/N ratio kompos kotoran sapi dengan variasi serbuk gergaji pada waktu sebelum, saat, dan setelah proses pengomposan.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Quasi Experimental dengan disain Time series. Sampel berupa kotoran sapi dengan pemberian serbuk gergaji sebesar 0% (kontrol), 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%. Data diperoleh dari hasil observasi, pengukuran, dan hasil pemeriksaan kompos yang diperiksa di Laboratorium Ilmu Pertanahan UNSOED. Penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna dari variasi pemberian serbuk gergaji terhadap C/N ratio kompos kotoran sapi.
Hasil penelitian menunjukkan nilai C/N ratio kompos kotoran sapi sebelum proses pengomposan dengan variasi pemberian serbuk gergaji 0% (22,55 : 1), 2,5% (23,91 : 1), 5% (22,69 : 1), 7,5% (25,87 : 1), dan 10% (21,19 : 1). Pada saat proses pengomposan, variasi pemberian serbuk gergaji 0% (28,21 : 1), 2,5% (31,11 : 1), 5% (29,46 : 1), 7,5% (19,63 : 1), dan 10% (14,74 : 1). Setelah  proses pengomposan, variasi pemberian serbuk gergaji 0% (13,99 : 1), 2,5% (13,58 : 1), 5% (18,26 : 1), 7,5% (18,83 : 1), dan 10% (18,30 : 1). Nilai C/N ratio kompos yang mendekati ideal pada awal pengomposan berada pada variasi 0%, tahap pematangan hingga selesai proses pengomposan C/N ratio ideal berada pada serbuk gergaji 2,5%. Hasil analisis Deskriptif yang dikaji diperoleh hasil bahwa setiap kompos kotoran sapi dengan variasi serbuk gergaji 0% (kontrol), 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% memiliki nilai C/N ratio yang berbedabeda, mulai dari hari ke-1, ke-15, dan ke-30. 
Peneliti menyarankan, selalu mengendalikan faktor-faktor penghambat dalam proses pengomposan dan bagi para pemula pembuat kompos sebaiknya menggunakan serbuk gergaji dengan prosentase 2,5% karena nilai C/N ratio hasil pengomposan mendekati C/N ratio tanah. 

Daftar bacaan    : 12 (1982-2009)
Kata kunci         : kompos, serbuk gergaji, C/N ratio
Klasifikasi   : -

EFEKTIFITAS LARUTAN GULA JAWA, LARUTAN GULA PASIR, DAN LARUTAN GULA BATU GUNA MENANGKAP NYAMUK Aedes aegypti MENGUNAKAN OVITRAP.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Skripsi, Juli 2011 

Abstrak  
Okto Sudaryo
EFEKTIFITAS LARUTAN GULA JAWA, LARUTAN GULA PASIR, DAN LARUTAN GULA BATU GUNA MENANGKAP NYAMUK Aedes aegypti MENGUNAKAN OVITRAP. 
Xv + 56 halaman : tabel, gambar, lampiran   

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, salah satu wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Selatan yaitu Kelurahan Karangpucung adalah termasuk kelurahan yang endemis Demam Berdarah dan untuk ikut mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian menangkap nyamuk Aedes aegypti menggunakan ovitrap yang diisi dengan berbagai larutan, yaitu larutan gula jawa, larutan gula pasir, dan larutan gula batu di salah satu rumah diwilayah kelurahan karangpucung tepatnya dirumah Ibu Rasiwen dengan alamat Jl, Gerilya No. 744 RT 01 RW XI.  Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah termasuk penelitian penjelasan dengan metode eksperimen quasi kerena dilaksanakan pada komunitas dan bertujuan untuk menghasilan tindakan pencegahan, yaitu memberi perlakuan pada sampel kemudian diamati dan membandingkan jumlah nyamuk Aedes aegyti tertangkap dimasing-masing ovitrap. Ovitrap pertama diisi dengan larutan gula jawa, ovitrap kedua diisi larutan gula pasir, dan ovitrap ketiga diisi larutan gula batu serta ovitrap keempat diisi air sebagai kontrol.   Penelitia dilakukan sembilan kali, dihitung tiga hari sekali dengan hasil penghitungan jumlah nyamuk yang masuk kedalam ovitrap adalah sebagai berikut jumlah nyamuk yang masuk kedalam oitrap yang diisi larutan gula jawa sebanyak 34 ekor (42,6%), yang masuk ovitrap dengan larutan gula pasir 21 ekor (26,9%), dan yang masuk ovitrap dengan larutan gula batu 21 ekor (26,9%), yamg masuk ovitrap diisi air 2 ekor (2,5%).  Dari hasil uji statitik menggunakan Anova one way Test hasilnya adalah ada perbedaan yang signifikan antara ovitrap yang diisi larutan gula jawa dibanding dengan larutan gula pasir an larutan gula batu (0,00) lebih kecil dari nilai p≤0,05. 

Daftar bacaan : 14(1985-2011)
Kata kunci  : Ovitrap
Klasifikasi  : -     

STUDI PENGELOLAAN INCENERATOR DI HOSPITAL

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto  
Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Skripsi, Juli 2011

ABSTRAK 
Norberto Da Cruz (betmardu@yahoo.com)
STUDI PENGELOLAAN INCENERATOR DI HOSPITAL NACIONAL GUIDO VALADARES DILI TIMOR LESTE TAHUN 2011 
Xiii+73 Halaman, Tabel, Gambar, Lampiran 

Hospital merupakan sarana kesehatan yang cukup berperan dalam pembangunan dibidang kesehatan. Kegiatan yang berada di institusi rumah sakit yang meliputi  pelayanan medik, rawat jalan, rawat inap serta kegiatan lainnya akan menghasilkan bahan buangan yang berbentuk sampah padat, cair dan gas dimana sampah tersebut dapat bersifat infeksius dan bisa mencemari lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah tentang pengelolaan incenerator, mengetahui sumber daya manusia dalam pengelolaan incenerator, mengetahui sumber dana untuk operasional dan pemeliharaan incenerator, mengetahui metode yang digunakan di incinerator, mengetahui cara pengoperasian mesin incinerator, mengetahui bahan yang digunakan di incenerar, dan proses proses sebelum dan setelah dibakar di incinerator sampai reduksi sampah medis di incenerator  Hospital Nacional Guido Valadares Dili Timor Lleste.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu tetang Studi Pengelolaan Iincenerator di Hospital Nacional Guido Valadares Dili Timor Leste.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa incinerator yang ada di Hospital Nacional Guido Valadares Dili jumlahnya 1 unit dan  melakukan aktifitas pembakaran sampah medis setiap harinya sebesar 91 kg dari total 17 ruangan yang menghasilkan sampah medis
Kesimpulan penelitian ini adalah pengelola incinerator di Hospital Nacional Guido Valadares Dili Timor Leste masih memerlukan penanganan yang lebih baik khususnya dalam hal pengoperasian incinerator menurut kriterianya.Untuk meningkatkan pengetahuan pengelola incenerator yang lebih baik dan professional maka disarankan agar pihak penngelola incinerator dapat mengoperasikan incenerator sesuai dengan syarat kesehatan.  

Daftar bacaan    : 18 (1982 - 2009 )
Kata kunci         : Incenerator, Hospital,Pengelolaan.
Klasifikasi         :  
Full text

HUBUNGAN KADAR DEBU DAN LAMA PAPARAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA PETUGAS SAT LANTAS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma IV kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Skripsi, Juli 2011

ABSTRAK  
Jaenuri ( jay_zaen@yahoo.co.id )
HUBUNGAN KADAR DEBU DAN LAMA PAPARAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA PETUGAS SAT LANTAS POLRES PURBALINGGA DI POS LANTAS KOTA PURBALINGGA TAHUN 2011
 xvii + 81 halaman ; gambar, tabel, lampiran  

Jumlah kendaraan bermotor yang melintasi kota Purbalingga pada saat pengamanan Lebaran tahun 2010 Polres Purbalingga sebanyak 23.500 unit. Anggota sat lantas Polres Purbalingga yang menderita ISPA menurut data dari Poliklinik Polres Purbalingga tahun 2010 sejumlah 325 orang.
Tujuan penelitian ingin mengetahui hubungan antara kadar debu dan lama paparan dengan kejadian ISPA pada petugas pos lantas sat lantas Polres Purbalingga. 
Jenis penelitian yang digunakan yaitu explanatory riset dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang dipakai adalah regresi logistik. Data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dan pengukuran kadar debu, suhu dan kelembaban.   Pengukuran kadar debu di 6 pos lantas kota Purbalingga rata – rata adalah 721 µg/Nm2 . Hasil tersebut melebihi NAB ( 230 µg/Nm2 ) sesuai PP no. 41 tahun1999. Lama paparan petugas 6 - 10 jam per hari. Hasil uji statistik kadar debu dan lama paparan dengan kejadian ISPA pada petugas diperoleh nilai Sign 0,098 (> 0,05) untuk kadar debu dan 0,537 (> 0,05) untuk lama paparan sehingga hipotesa diterima.  Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar debu dan lama paparan dengan kejadian ISPA pada petugas pos lantas di kota Purbalingga. Disarankan kepada petugas agar mengurangi paparan dengan pemakaian masker.  

Daftar bacaan  :  20 ( 1982 – 2010 )
Kata kunci  :  Kadar debu, lama paparan, ISPA
Klasifikasi  :  -
 
 

Hubungan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan    
Skripsi, 22 Juli 2011

Abstrak
Fauzan Ma’ruf (fauzanmaruf@yahoo.com)
Hubungan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Banyumas tahun 2011
xx + 99 halaman : gambar, tabel, lampiran.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kabupaten Banyumas merupakan daerah endemis DBD dan berdasarkan endemisitas DBD tahun 2010 diketahui bahwa sebanyak 24 dari 39 wilayah Puskesmas merupakan endemis DBD dan sisanya sporadik DBD. Pada tahun 2009 di Kabupaten Banyumas terjadi 379 kasus atau 20,52 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,38%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lingkungan dengan kejadian penyakit DBD di Kabupaten Banyumas.
Metode penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan disain studi Case Control, jumlah sempel kasus sejumlah 25 kasus dan 25 kontrol. Alasan penggunaan disain ini karena studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status pajanannya. Data yang diperoleh dianalisis ke dalam analisis univariat, bivariat dengan uji Chi-square (X2) dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu variabel keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di tempat penampungan alami (p = 0,042; OR = 7,579) dan bepergian/ mobilitas (p = 0,045; OR = 3,188). Hasil analisis multivariat diketahui variabel yang berpengaruh besar/ dominan berhubungan dengan kejadian penyakit DBD adalah variabel melakukan bepergian dari wilayah desa tempat tinggalnya atau mobilisasi (p = 0,011).
Simpulan penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian penyakit DBD yaitu variabel lingkungan biotik berupa keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di tempat penampungan alami dan lingkungan sosial berupa responden yang bepergian/ mobilitas. Variabel yang berpengaruh dominan adalah variabel bepergian atau mobilisasi. Disarankan untuk perlu adanya pertemuan dan kesepakatan serta dukungan dari tiap-tiap organisasi masyarakat/ LSM dan lintas sektor dalam rangka penanganan kejadian penyakit DBD yang setiap tahunnya terjadi. Kerja sama ini dapat diwujudkan dengan memfokuskan kegiatan sanitasi lingkungan pada daerah yang rawan kejadian DBD/ atau endemis.

Daftar bacaan : 27 (1985-2011)
Kata kunci : Lingkungan, Demam Berdarah Dengue (DBD)
Klasifikasi  : -

STUDI KOMPARASI ANGKA KUMAN UDARA SEBELUM DAN SESUDAH DESINFEKSI DENGAN BAHAN Didecyldimethylammonium Chloride

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstrak
Siti Laela Qomariyah
STUDI KOMPARASI ANGKA KUMAN UDARA SEBELUM DAN SESUDAH DESINFEKSI DENGAN BAHAN Didecyldimethylammonium Chloride DI KAMAR ISOLASI RUANG SOKA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO  
XVI+73 halaman : tabel, gambar, lampiran

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto adalah rumah sakit daerah tipe B yang memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Kapasitas tempat tidur sebanyak 497 dan angka BOR 85,06%. Rumah sakit selain menjadi tempat pelayanan orang sakit, dapat juga sebagai tempat penularan penyakit termasuk kamar isolasi soka yang merupakan kamar perawatan untuk penyakit dalam pria seperti TB Paru yang berpotensi terjadinya infeksi nosokomial melalui perantara udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan angka kuman di udara sebelum dan sesudah desinfeksi pada kamar isolasi soka RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Jenis variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (desinfeksi), variabel terikat (angka kuman udara), variabel pengganggu (suhu, kelembaban, pencahayaan, sanitasi ruangan). Analisis data menggunakan uji Paired T Test (pre-post).  Berdasarkan hasil pemeriksaan, rata-rata angka kuman udara sebelum desinfeksi adalah 148 CFU/m3, sesudah desinfeksi adalah 0 CFU/m. Prosentase penurunan angka kuman di udara mencapai 100%. Rata-rata suhu sebelum desinfeksi 26,2ºC, sedangkan sesudah desinfeksi 26,6ºC. Rata-rata kelembaban sebelum desinfeksi 62,9%, sedangkan sesudah desinfeksi 61,9%. Rata-rata besar pencahayaan sebelum desinfeksi 109 Lux, sedangkan sesudah desinfeksi 110 Lux. Untuk sanitasi ruangan kamar isolasi soka dikategorikan baik (91,89%).
Peneliti menyimpulkan pemberian desinfektan dengan bahan  aktif Didecyldimethylammonium Chloride dapat mengurangi angka kuman di udara. Peneliti menyarankan untuk melakukan proses desinfeksi sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang benar, serta untuk peneliti lain dapat menggunakan bahan desinfektan atau metode yang berbeda untuk mengetahui penurunan angka kuman di udara. 

Kepustakaan : 21(1982-2011)
Kata Kunci   : Rumah Sakit, kuman udara, desinfeksi
Klasifikasi    : -

Metode Pembuangan Tinja

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program  Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstrak
Yoke Septinola Studi Deskriptif
Metode Pembuangan Tinja Di Kelurahan Ciporang Kecamatan Ciporang Kabupaten Kuningan Tahun 2011 
viii + 53 Halaman: tabel, gambar, lampiran 

Gangguan terhadap kesehatan lingkungan dan penularan penyakit seperti penyakit saluran pencernaan, penyakit diare, dan lain-lain, tinja perlu ditangani secara saniter. Faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan membuang tinja pada masyarakat adalah faktor teknis dan non teknis. Faktor non teknis yang meliputi: kebiasaan, agama, kepercayaan, tingkat ekonomi, partisipasi masyarakat atau keluarga, dan tingkat pendidikan serta pengetahuan. Sedangkan faktor teknis antara lain meliputi: penentuan type  pembuangan tinja, luas lahan, penentuan lokasi, dan peletakan jamban. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode pembuangan tinja di Kelurahan Ciporang Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan hanya untuk menggambarkan sarana pembuangan tinja yang ada di Kelurahan Ciporang Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Cara pengumpulan datanya yaitu wawancara dan observasi dengan menggunakan kwisioner dan checklist. Subyek dalam penelitian ini adalah semua sarana pembuangan tinja yang ada di Kelurahan Ciporang Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan.
Hasil dari kunjungan pada sarana pembuangan tinja yang ada di Kelurahan Ciporang Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan, seluruh sarana pembuangan tinja sudah menggunakan jamban angsa trine sebanyak 100%. Dari seluruh jamban, yang menampung tinja dalam tangki pembusukan sebanyak 85.13%, dan sisanya sebanyak 14.87% tidak menampung tinjanya melainkan mengalirkan langsung ke sungai.
Kesimpulan penelitian yaitu pada sistem pembuangan tinja masih ada yang tidak memenuhi standar, yaitu tinja yang dibuang pada jamban tidak ditampung dan diolah, melainkan langsung dialirkan ke selokan atau badan air besar. Saran penulis yaitu agar masyarakat dapat membangun penampungan tinja, karena tinja yang dibuang pada jamban kemudian langsung ke sungai dapat mencemari air permukaan, dan bisa menimbulkan sumber penyakit baru.   

Daftar bacaan :  10 (1958-2010)
Kata kunci      :  Tinja, Sarana Pembuangan Tinja, Deskriptif 
Klasifikasi     :

STUDI KOMPARASI PENGENDAPAN KONVENSIONAL DENGAN PENGENDAPAN KONVENSIONAL KOMBINASI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) UNTUK MENURUNKAN TSS (Total Suspended Solids) PADA LIMBAH CAIR DOMESTIK

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Progam Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan 
Skripsi,   Juli 2011

ABSTRAK
Ahmad Imam Muttaqin
STUDI KOMPARASI PENGENDAPAN KONVENSIONAL DENGAN PENGENDAPAN KONVENSIONAL KOMBINASI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) UNTUK MENURUNKAN TSS (Total Suspended Solids) PADA LIMBAH CAIR DOMESTIK TAHUN 2011
xvi +  59 halaman,  4 tabel,  6 lampiran  

Air limbah domestik merupakan sumber pencemaran air yang sangat potensial. Salah satu parameter air limbah domestik adalah TSS. Perlu dilakukan pengolahan awal (Pre Treatment) untuk mengurangi kadar TSS dalam air limbah domestik sebelum di buang ke badan air. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar TSS  setelah melewati pengendapan konvensional dan pengendapan konvensional kombinasi eceng gondok (Eichhornia crassipes), dengan menggunakan metode Gravimetri sesuai dengan SNI 06-6989.3-2004.  Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan pendekatan pre dan Post Test Design. Pengumpulan data diperoleh dengan cara pengukuran kadar TSS air limbah domestik sebelum dan setelah melewati pengendapan konvensional dan pengendapan konvensional kombinasi eceng gondok (Eichhornia crassipes), kemudian diolah dengan editing dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan uji T Test dengan progam SPSS versi 16.0.  Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata penurunan kadar TSS  pengendapan konvensional adalah 190,33 mg/lt (48,21%) selama 2 X 24 jam dan pengendapan konvensional kombinasi eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah 276,66 mg/lt (75,62%). Terdapat perbedaan signifikan pengendapan konvensional dan pengendapan konvensional kombinasi eceng gondok dengan
nilai t hitung sebesar -2,912 dengan probabilitas  0,044 < 0,05 (nilai ). Kesimpulan terdapat perbedaan penurunan yang signifikan yaitu sebesar 26,08% terhadap penurunan kadar TSS air limbah domestik setelah melalui pengendapan konvensional dan pengendapan konvensional kombinasi eceng gondok (Eichhornia crassipes).   Peneliti menyarankan kepada masyarakat, metode bioremediasi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada saluran air limbah domestik sebelum dibuang ke badan air (Pre Treatment). Bagi peneliti lain percobaan penambahan variasi tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) 20%, 50%, dan 100 %, dari luas permukaan bak pengendapan untuk memperoleh hasil yang lebih bervariasi dan menyempurnakan hasil penelitian yang dilakukan

Daftar bacaan : 12 (1987-2008)
Kata kunci : TSS, Eceng Gondok, Pengendapan, Air limbah Domestik
Klasifikasi :

TINJAUAN SANITASI STASIUN BESAR KERETA API PURWOKERTO

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi D III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011


Abstrak
Syaiful Romadlon (syaiful_romadlon@yahoo.co.id) 
TINJAUAN SANITASI STASIUN BESAR KERETA API PURWOKERTO TAHUN 2011  
xvi + 61 halaman : lampiran, tabel dan gambar  

Stasiun kereta api sebagai salah satu tempat-tempat umum harus senantiasa mendapatkan pengawasan sanitasinya, karena dapat sebagai tempat terjadinya penularan penyakit antar pengunjung, timbulnya penyakit sebagai akibat dari kondisi sarana dan prasarana, terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja serta akan menurunkan kualitas lingkungan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keadaan sanitasi Stasiun Besar Kereta Api Purwokerto Tahun 2011.   Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara observasi, pengukuran, wawancara serta studi kepustakaan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan Sanitasi Stasiun Besar Kereta Api Purwokerto Tahun 2011 hasil prosentase yang diperoleh adalah sebesar 80,82% dengan rincian adalah bagian luar stasiun sebesar 80%, bagian dalam stasiun sebesar 88,89%, dan fasilitas umum sebesar 74,19%.  Kesimpulan penelitian adalah sanitasi stasiun bagian luar dalam keadaan baik hanya perlu adanya penambahan rambu lalu lintas, penerangan untuk malam hari dan dijaga kebersihannya. Sanitasi bagian dalam adalah baik hanya perlu dijaga kebersihannya dan pengontrolan kondisi peralatan dan bangunan stasiun, serta penataan ruangan di perkantoran yang masih mengganggu lalu lintas dalam ruangan. Fasilitas pelayanan umum  dalam keadaan cukup sehingga perlu dilakukan adanya perbaikan di sarana fasilitas umum baik di musholla maupun di rumah makan atau kantin. Kebisingan di Stasiun Besar Kereta Api Purwokerto perlu ditanggulangi secara baik  dari pengendalian secara administratif, subtitusi sampai penggunaan alat pelindung diri. Disarankan kepada pimpinan yaitu memantau semua kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, kebersihan dan sanitasi di stasiun. Untuk PT. KAI yaitu melakukan pengontrolan kesehatan terhadap karyawan Stasiun Kereta Api Purwokerto. 

Daftar bacaan : 18 (1981-2010)
Kata kunci      : Sanitasi Stasiun
Klasifikasi      :

Studi Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Di Pabrik Tepung Tapioka

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstrak
Novita Kartika Puji
Studi Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Di Pabrik Tepung Tapioka Sari Bumi  Karya Desa Penican Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 
xvii + 59 halaman : gambar, tabel, lampiran

Penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu cara mengendalikan bahaya di lingkungan kerja, terutama bagi pekerja di Pabrik Tepung Tapioka Sari Bumi  Karya.  Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  mendeskripsikan  jumlah  alat pelindung diri,  jenis alat  pelindung diri, kesesuaian jumlah APD dengan jumlah pekerja,  kondisi  alat  pelindung  diri,  penggunaan  APD,  pengawasan  terhadap APD,  alasan  pekerja  tidak  menggunakan  APD,  jenis  bahaya  dan  resiko kecelakaan kerja di Pabrik Tepung Tapioka Sari Bumi Karya.
Jenis  penelitian  ini  adalah  penelitian  deskriptif  yang  bertujuan  untuk menggambarkan keadaan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja di Pabrik Tepung Tapioka Sari Bumi Karya. Subyek penelitian ini adalah pekerja sebanyak 30 orang di Pabrik Tepung Tapioka Sari Bumi Karya. Cara pengumpulan datanya yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner dan checklist.
Hasil penelitian Jenis dan jumlah APD yang ada yaitu masker  6 buah, sarung tangan 6 buah,  helm 2 buah,  penutup kepala 12 buah dan sepatu 5 buah.  Jumlah APD kurang sesuai dengan  jumlah pekerja. Kondisi APD 100% dalam keadaan baik. Pengawasan terhadap APD dilakukan  setiap hari  oleh mandor  produksi.  Jenis bahaya yang ada yaitu tangga dan lantai licin, tepung yang beterbangan, bara api dari tungku dan debu batu bara. Resiko kecelakaan kerja yang ada yaitu terpeleset, sesak nafas, batuk – batuk dan menimbulkan luka bakar pada kulit.
Peneliti  menyimpulkan  bahwa  jenis  dan  jumlah  APD yang  ada  yaitu masker 6 buah, sarung tangan 6 buah, helm 2 buah, penutup kepala 12 buah dan sepatu 5 buah. Jumlah APD kurang sesuai dengan jumlah pekerja. Kondisi APD 100% dalam keadaan baik. Pengawasan terhadap APD dilakukan setiap hari oleh mandor produksi. Jenis bahaya yang ada yaitu tangga dan lantai licin, tepung yang beterbangan, bara api dari tungku dan debu batu bara.  Resiko kecelakaan kerja yang ada yaitu terpeleset, sesak nafas, batuk – batuk dan menimbulkan luka bakar pada kulit. Disarankan kepada pengusaha untuk menyediakan alat pelindung diri dalam jumlah yang mencukupi.

Daftar bacaan : 19 ( 1994 – 2011 )
Kata kunci      : Penggunaan APD
Klasifikasi      : -

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstrak
Khalimah Khasanah
FAKTOR  –  FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN  KELELAHAN SUBYEKTIF  PADA  PEKERJA  BAGIAN  PRODUKSI  PT.  INDUSTRI SANDANG NUSANTARA  (PERSERO) PATAL I CILACAP TAHUN 2011. 
xviii+93 halaman : tabel, gambar, lampiran

Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai  penurunan efisiensi  dan ketahanan dalam bekerja. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat  subyektif.  Secara  umum gejala kelelahan dapat  dimulai  dari  yang sangat  ringan  sampai  perasaan  yang  sangat  melelahkan.  Banyak  faktor  yang mempengaruhi kelelahan subyektif antara lain, faktor tenaga kerja (jenis kelamin, umur pekerja, masa kerja), faktor lingkungan fisik (kebisingan, penerangan, suhu, kelembaban). Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  mengetahui  hubungan jenis kelamin, umur pekerja, masa kerja,  status gizi,  dan  shift kerja  dengan kelelahan subyektif pekerja bagian produksi PT. Industri Sandang Nusantara (Persero) Patal I Cilacap.
Jenis  penelitian  yang  digunakan  adalah  jenis  penelitian  observasional dengan pendekatan  cross sectional. Sampel  dalam penelitian ini adalah pekerja bagian  produksi  PT.  Industri  Sandang  Nusantara  (Persero)  Patal  I  Cilacap sebanyak  69 orang. Pengumpulan  data  dilakukan  dengan  wawancara  dan pengukuran. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Product Moment.
Hasil penelitian yang diperoleh tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan  kelelahan  subyektif,  tidak  ada  hubungan  antara  umur  pekerja  dengan kelelahan  subyektif,  tidak  ada  hubungan  antara  masa  kerja  dengan  kelelahan subyektif, tidak ada hubungan antara status gizi  dengan kelelahan subyektif, dan tidak ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan subyektif.
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis  kelamin,  umur  pekerja,  masa  kerja,  status  gizi,  dan  shift kerja  dengan kelelahan  subyektif  pekerja  bagian  produksi PT.  Industri  Sandang  Nusantara (Persero) Patal I Cilacap. Disarankan kepada pihak perusahaan untuk melakukan pengecekan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan penerangan setiap satu minggu satu kali,  melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal satu tahun satu kali.

Daftar bacaan : 29 (1967-2011)
Kata kunci      : Kelelahan subyektif
Klasifikasi      : -

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN RISIKO KECELAKAAN KERJA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO 
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2011



ABSTRAKS
GLADIS PAMELA
HUBUNGAN  FAKTOR  LINGKUNGAN  FISIK  DENGAN  RISIKO KECELAKAAN KERJA  DI BAGIAN PRODUKSI PT.  HOLCIM TBK PABRIK CILACAP TAHUN 2011. 
81 halaman : tabel, gambar, lampiran

Kecelakaan  kerja  adalah  kecelakaan  yang  terjadi  berhubungan  dengan hubungan kerja,  termasuk penyakit  yang timbul karena hubungan kerja.  Penyebab terjadinya  kecelakaan kerja  pada dasarnya  disebabkan oleh dua hal,  yaitu  unsafe condition dan  unsafe action.  Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui  hubungan antara kebisingan, pencahayaan dan iklim kerja dengan risiko kecelakaan kerja.
Jenis  penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan  cross  sectional. Penelitian  ini  dilakukan  dengan  maksud  untuk  mengetahui  hubungan kebisingan,  pencahayaan  dan  iklim kerja  dengan  risiko  kecelakaan  kerja  pekerja bagian produksi  di  PT.  Holcim Tbk Pabrik Cilacap.  Sampel  dalam penelitian  ini adalah pekerja bagian produksi PT. Holcim Tbk Pabrik Cilacap sebanyak 51 orang.
Penelitian ini  menggunakan software  pengolahan data statistik,  data yang ada  diolah  dengan  menggunakan  uji  korelasi  Spearmen.  Level  signifikansi  yang dipakai adalah 0,05 dan didapatkan nilai P (taraf signifikansi) = 0,330. Dengan p ≥ α maka  menunjukan  hubungan  antara  variabel  bebas  dan  variabel  terikat  tidak signifikan. 
Hasil  penelitian  ini  yaitu  tidak  ada  hubungan  antara  kebisingan, pencahayaan, dan iklim kerja dengan risiko kecelakaan kerja di bagian produksi.
Berdasarkan hasil  tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebisingan, pencahayaan dan iklim kerja dengan risiko kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi. Disarankan kepada pihak perusahaan untuk memperhatikan kondisi lingkungan  kerja,  dan  membuat  peraturan  serta  sanksi  bagi  pekerja  yang  tidak memakai APD dengan lengkap dengan membuat peraturan yang tegas.

Daftar bacaan : 13 (1990-2006)
Kata kunci      : Risiko Kecelakaan Kerja
Klasifikasi      : -

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstrak  
Tita Nur Maslihah
HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF PADA BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI KUE KERING SEDAP JAYA DI DESA SIDAMULYA KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011
xvi+ 59 halaman : gambar, tabel, lampiran  

Sikap tubuh dalam bekerja harus merupakan sikap tubuh yang ergonomis, agar dicapai efisiensi kerja dan produktivitas yang optimal dengan memberikan rasa nyaman dalam bekerja. Sikap kerja berdiri dan sikap kerja duduk merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan pekerjaan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan crossectional. Sampael dalam penelitian ini adalah pekerja bagian produksi industri kue kering sedap jaya. Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan subyektif pada pekerja Industri Kue Kering Sedap Jaya.
Hasil penelitian yang diperoleh tidak ada hubungan antara sikap kerja dengan kelelahan subyektif, sikap kerja pekerja  dan tidak ada hubungan antara tingkat kelelahan subyektif pada pekerja.
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa sikap kerja tidak mempengaruhi kelelahan subyektif. Sikap kerja duduk ataupun berdiri dapat menyebabkan kelelahan berat jika tidak dilakukan dengan benar. Saran yang diberikan kepada pemilik diadakan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja mengenai kelelahan kerja subyektif yang dilakukan secara berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun untuk mengurangi resiko kelelahan kerja pada pekerja.

Daftar bacaan : 12 (1989-2010)
Kata kunci      : Kelelahan subyektif
Klasifikasi      : -
 

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGGERGAJIAN

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
 Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Karya Tulis Ilmiah, 13 Juli 2011 

Abstrak  
TIKA DESITRIYANTI
FAKTOR  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGGERGAJIAN DI UD. HASIL SAW MILL CILACAP TAHUN 2011
xvi + 71 halaman + 2 gambar + 12 tabel

Undang  undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Kematian, cacat, cedera, penyakit, dan lain  lain sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekerjaan bertentangan dengan dasar kemanusiaan, maka perlu undang  undang dan ketentuan  ketentuan pelaksanaannya dalam keselamatan kerja. Undang  undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Setiap perusahaan wajib melaksanakan pengendalian kecelakaan kerja melalui seluruh aspek dengan pendekatan sistemik yang baik. 
Subyek penelitian pekerja pada bagian Penggergajian UD. HASIL SAW MILL Cilacap. Jenis penelitian penjelasan (survey explanatory). Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan Regresi Linier Sederhana. 
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara perilaku pekerja terhadap kejadian kecelakaan kerja (p = 0,465), terdapat pengaruh antara penggunaan alat dengan kejadian kecelakaan kerja (p = 0,035), terdapat pengaruh antara penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja (p = 0,007), tidak terdapat pengaruh antara sistem kerja dengan kejadian kecelakaan kerja (p = 0,299), tidak terdapat pengaruh antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja (p = 0,918).
Kesimpulan penelitian adalah perilaku pekerja, alat, APD, sistem kerja, dan masa kerja berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja pada bagian penggergajian UD. HASIL SAW MILL Cilacap. Perusahaan hendaknya memberikan pengawasan yang ketat kepada karyawan pada saat bekerja untuk memastikan. Menggunakan APD pada saat bekerja, menguasai peralatan kerja, perilaku dan sikap yang profesional dalam bekerja serta selalu mengikuti sistem kerja yang telah ditetapkan perusahaan. Pekerja hendaknya selalu menggunakan APD dan mematuhi semua sistem kerja yang diberlakukan perusahaan. Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap hendaknya melakukan pemantauan untuk memastikan telah berusaha maksimal dalam menerapkan manajemen K3.

Daftar bacaan : 13 (1981  2009)
Kata Kunci     : Kecelakaan kerja
Klasifikasi      : -

STUDI INDEKS KERAGAMAN MAKROBENTOS PADA SEGMEN SUNGAI SERAYU

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia  
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang  
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan  
                                                                                                                   Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

Abstrak 
Oktia Maulida
STUDI INDEKS KERAGAMAN MAKROBENTOS PADA SEGMEN SUNGAI SERAYU DI DESA KEMBANGAN KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2011
IX + 94 halaman : gambar, tabel, lampiran    
    
Makrobentos merupakan suatu indikator biologis yang terdapat di perairan yang tenang maupun di perairan yang mengalir digunakan untuk menilai secara makro perubahan keseimbangan ekologi, khususnya ekosistem, akibat pengaruh limbah yang dibuang ke perairan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi spesies makrobentos, menghitung indeks keragaman makrobentos serta mengetahui karakteristik sungai Serayu.         
Metode penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey dan pengambilan sampel yaitu dengan melakukan pengamatan, mengambil sampel untuk selanjutnya dilakukan pengujian sampel dan identifikasi spesies makrobentos.        
Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan yaitu pada stasiun pengamatan Purwanegara menunjukkan karakteristik sungai dengan substrat dasar berupa batuan, kerikil, dan pasir. Indeks diversitas 0,871, dan  ditemukan 9 spesies yaitu Gastropoda, Plecoptera, Ephemeroptera, Oligochaeta dan Trichoptera. Stasiun Kembangan menunjukkan karakteristik sungai dengan substrat dasar berupa batuan, kerikil, pasir dan tanaman lumut. Indeks diversitas makrobentos yaitu 1,151, dan ditemukan 11 spesies  yaitu Gastropoda, Plecoptera, Ephemeroptera, Trichoptera, Hirudinea dan Lintah Putih. Kemudian pada stasiun pengamatan Somagede menunjukkan karakteristik sungai dengan substrat dasar batuan, kerikil, pasir dan lumpur. Indeks keragaman makrobentos yaitu 1,23, dan ditemukan 6 spesies yaitu Gastropoda, Lintah Putih, Ephemeroptear,  Hirudinea, Plecoptear, dan Trichoptera.         Berdasarkan hasil yang didapatkan, menurut teori Shannon-Wiener dapat disimpulkan bahwa kualitas perairan pada stasiun pengamatan Purwanegara menunjukkan kualitas perairan tercemar berat. Sedangkan pada stasiun pengamatan Kembangan dan Somagede menunjukkan kualitas perairan tercemar sedang.

Dafar bacaan  : 17, (1974-2009)
Kata Kunci     : Makrobentos 
Klasifikasi      : -

PENGARUH KONSENTRASI KAPORIT TERHADAP PENURUNAN KADAR AMONIAK ( NH ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Progam Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011 

Abstrak  
Nur Cholis Majid
PENGARUH KONSENTRASI KAPORIT TERHADAP PENURUNAN KADAR AMONIAK ( NH ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT EMANUEL PURWOREJO KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 
xv + 48 halaman, tabel, gambar, lampiran 

Limbah cair rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Pengolahan limbah amoniak (NH) perlu dilakukan dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Penghilangan NH3 salah satunya dengan asam hipoklorit (HOCl-3) atau kaporit, sehingga menjadi kloramin yang tidak berbahaya atau sampai menjadi NH yang biasanya tergantung pada pH.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kaporit terhadap penurunan kadar NH32,  pada limbah cair Rumah Sakit Emanuel Purworejo Klampok. Jenis penelitian ini adalah Quacy Exsperiment. Variabel bebas penelitian ini adalah konsentrasi kaporit, variabel terikat adalah kadar amoniak, variabel kontrol adalah volume limbah cair, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan dan variabel pengganggu adalah pH dan suhu. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran pH, suhu dan kadar amoniak sebelum dan sesudah perlakuan dengan kaporit. Analisis yang digunakan uji Paired T Test dan uji Anova.
Hasil uji Paired T Test ada pengaruh antara sebelum perlakuan dengan konsentrasi kaporit 2,5 ml/l nilai signifikan 0,042 < 5% berarti ada pengaruh pemberian kaporit konsentrasi 2,5 ml/l, antara sebelum perlakuan dengan konsentrasi 5 ml/l nilai signifikan 0,022 < 5% berarti ada pengaruh pemberian kaporit konsentrasi 5 ml/l, antara sebelum perlakuan dengan konsentrasi 7,5 ml/l  nilai signifikan 0,018 < 5% berarti ada pengaruh pemberian kaporit konsentrasi 7,5 ml/l. Uji Anova nilai signifikan 0,037 < 5% berarti ada pengaruh pemberian kaporit.
Peneliti menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari pemberian kaporit dengan konsentrasi 2,5 ml/l, 5 ml/l, 7,5 ml/l pada limbah cair Rumah Sakit Emanuel Purworejo Klampok. Peneliti menyarankan pihak rumah sakit dapat menggunakan kaporit sebagai salah satu cara untuk menurunkan kadar NH
Peneliti lain disarankan untuk melanjutkan penelitian lanjutan dengan konsentrasi 20 ml/l sehingga dapat menurunkan amoniak sampai 0,1 mg/l sesuai baku mutu yang ditetapkan Perda Jateng No.10 Tahun 2004.

Daftar bacaan : 1987-2010 (17)
Kata Kunci     : Amoniak, Kaporit, Limbah cair
Klasifikasi      :  
Full text

STUDI FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS ENZIM CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI BAWANG MERAH

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Kesehatan Lingkungan Purwokerto 
Karya Tulis Ilmiah. Juli 2011

Abstrak
Nana Mulyani (bundana_putra@yahoo.com)
STUDI FAKTOR  FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS ENZIM CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA TEGALGANDU KECAMATAN BREBES TAHUN 2011 
ii +  101 halaman : gambar, tabel, lampiran 

Desa Tegalgandu merupakan salah satu daerah pertanian yang ada di Kecamatan Wanasari  Kabupaten Brebes dengan tingkat penggunaan pestisida yang sangat tinggi. Sehingga petani berisiko keracunan pestisida. Untuk itu, perlu dilakukannya pengambilan sampel darah dari setiap petani khususnya petani bawang merah untuk pemeriksaan enzim cholinesterase darah. Hal ini dilakukan berdasarkan tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui aktivitas enzim cholinesterase darah, faktor  faktor yang berhubungan dengan aktivitas enzim cholinesterase darah dan hubungan antara faktor  faktor tersebut dengan aktivitas enzim cholinesterase darah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Waktu penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April dan dilanjutkan selama bulan Juni tahun 2011. Adapun lokasi penelitian, yaitu di Desa Tegalgandu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes dengan jumlah responden sebanyak 45 orang. Sedangkan pengumpulan sampel dilakukan dengan Accidental Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah petani bawang merah dan instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi penyemprotan (p = 0,016) dengan aktivitas enzim cholinesterase darah pada petani bawang merah di Desa Tegalgandu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Petani bawang merah yang mengalami keracunan pestisida adalah petani yang sering melakukan penyemprotan, yaitu sebanyak ≥ 3 kali dalam seminggunya.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, pemakaian APD dan dosis pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase tersebut. Untuk itu, disarankan agar petani lebih berhati  hati dalam mengaplikasikan pestisida serta mengikuti aturan  aturan yang berlaku dalam penggunaan pestisida sehingga dapat mengurangi risiko/dampak keracunan pestisida. 

Daftar bacaan : 1985 - 2008
Kata kunci      : Enzim Cholinesterase darah

STUDI KEGIATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PNPM – MP ( PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – MANDIRI PERKOTAAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang 
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan 
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011

ABSTRAK
Drajat Musa Abdilah  ( Bapaknya tatan@ yahoo.co.id )
STUDI KEGIATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PNPM – MP  ( PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – MANDIRI PERKOTAAN DI DESA LEDUG KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2009 - 2011
Xvii+ 72 Halaman : gambar, tabel, lampiran

Kesehatan dan kemiskinan merupakan masalah yang perlu penanganan serius di masyarakat, untuk itu pemerintah terus melakukan terobosan untuk memecahkan masalah tersebut, salah satunya dengan PNPM  ( Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perkotaan ) . Desa ledug adalah salah satu desa yang melaksanakan PNPM – MP. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran pelaksanaan kesehatan lingkungan yang ada pada PNPM – MP Desa Ledug.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan maksud menggambarkan kegiatan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Desa Ledug pada kegiatan PNPM – MP. Cara pengumpulan data adalah dengan melakukan wawanancara kepada masyarakat, kader dan tokoh masyarakat, observasi menggunakan checklist yang langsung ditanyakan kepada masyarakat.
Hasil penelitian ini adalah kegiatan kesehatan lingkungan meliputi kegiatan penyehatan air, kegiatan penyehatan makanan dan minuman, kegiatan pemberantasan vektor dan binatang pengganggu, kegiatan sanitasi kawasan permukiman, kegiatan penyehatan tanah dan pengelolaan sampah, serta kegaitan kesehatan dan keselamatan kerja. Metode yang digunakan adalah wawancara yang mendalam pada masyarakat.Kesimpulan dari penelitian ini adalah kegiatan kesehatan lingkungan dilaksanakan pada PNPM – MP Desa Ledug, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Saran kepada masyarakat adalah untuk lebih meningkatkan kegiatan kesehatan lingkungan pada PNPM – MP agar diperoleh taraf hidup yang lebih baik.

Daftar Bacaan : 1983-2011 ( 24)
Kata Kunci      : PNPM – MP, Desa Ledug
Klasifikasi       :

STUDI EFISIENSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH UNTUK MENURUNKAN KADAR SIANIDA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan 
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2011 

Abstrak
Laras Satriani
STUDI EFISIENSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH UNTUK MENURUNKAN KADAR SIANIDA DI INDUSTRI TAPIOKA SARI BUMI KARYA DESA PENICAN KECAMATAN KEMANGKON KABUPATEN PURBALINGGA 
xvi + 42 halaman, tabel, gambar, lampiran

 Perkembangan dunia industri dapat menyebabkan dampak negatif yakni terganggunya lingkungan akibat limbah yang dihasilkan. Salah satu industri yang menghasilkan air limbah yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah industri tapioka. Air limbah tapioka mengandung berbagai macam zat pencemar salah satunya adalah Sianida. Sianida adalah senyawa kimia yang sangat beracun dan berbahaya. Kandungan Sianida yang tinggi akan sangat beracun terhadap hati dan dapat mengganggu peredaran Oksigen kedalam sel tubuh sehingga tubuh kekurangan Oksigen. Upaya pengendalian pengendalian pencemaraan air limbah di Industri Tapioka Sari Bumi Karya dengan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi instalasi pengolahan air limbah Industri Tapioka Sari Bumi Karya Desa Penican Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga dalam menurunkan kadar Sianida (CN). 
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan Sianida di laboratorium.  Data disajikan dalam bentuk narasi terstruktur dan tabel analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Paired T-test untuk membandingkan kadar Sianida sebelum dan sesudah masuk IPAL.
 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar Sianida pada inlet sebesar 6,86 mg/l sedangkan pada outlet sebesar 1,10  mg/l telah melebihi baku mutu Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang baku mutu air limbah yang dihasilkan oleh industri tapioka yaitu sebesar 0,3 mg/l. Berdasarkan uji statistik, nilai signifikan 0,034 < α (0,05),  sehingga  ada perbedaan antara kadar Sianida  pada inlet dan outlet dengan penurunan kadar Sianida 83,96%
Kesimpulan dari penelitian ini adalah instalasi pengolahan air limbah di Industri Tapioka Sari Bumi Karya belum efisien dalam menurunkan kadar Sianida (CN). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk menurunkan kadar Sianida (CN) pada Industri Tapioka Sari Bumi Karya menggunakan metode Multi Soil Layering (MSL). 

Daftar bacaan : 1980-2011 (24)
Kata Kunci     : IPAL, Sianida, Air limbah, Limbah Tapioka
Klasifikasi      :  -